Oleh Chaerol Riezal
“Kenapa harus pake jilbab?”
Ini adalah
pertanyaan yang sering saya tanyakan kepada perempuan yang pernah saya
jumpai selama ini, dan belum bisa mereka
jawab dengan sempurna mengenai jilbab. Beberapa dari kawan cewek saya di kampus
yang saya tanyakan, di antaranya mereka mengatakan: “sejak dulu saya kurang
perhatian kepada jilbab dan setelah merasa beranjak dewasa, saya lebih sering
memakai jilbab kemana pun saya pergi, dan itu merupakan identitas seorang wanita
muslim (Islam)” itu kata Zahara Wanda. Di samping itu ada juga yang mengatakan,
“bila seorang perempuan memakai jilbab, ketika dia hendak pergi ke pasar atau
tempat umum, maka tidak banyak laki-laki dan orang-orang yang ingin menggoda
dia karena perempuan itu telah menutup
auratnya oleh jilbab”, ungkap kawan saya
Zahara Ulfa. Bukan hanya perempuan saja yang saya tanyakan, tapi kepada
laki-laki juag ada, salah satunya Rizal Saivana, menurut dia: “terkadang
seseorang wanita ketika memakai jilbab maka akan lebih nampak kecantikannya
daripada tidak memakai jilbab karena apabila perempuan telah memakai telah
menutup seluruh auratnya, sungguh laki-laki berkata itulah wanita muslim yang
sesungguhnya.” Lebih kurang beginilah ungkap kawan saya.
Sebagian
lagi ada yang mengatakan mengenai jilbab ini adalah. Zal, Saya lebih cantik
kalau nggak pakek jilbab. Sebagian lagi mengatakan, saya lebih cantik pake
jilbab Zal ketimbang enggak pake. Tapi tentu bagi saya sendiri bukan itu alasan
perempuan pake jilbab. Karena kalau ingin sekedar dibilang lebih cantik, saran
saya kepada perempuan lebih baik memilih pergi ke salon ketimbang berjilbab.
Yea kan?
Memang saya
menulis ini, saya bukan orang yang lihai dalam bidang ilmu Agama Islam yang
kuat, seperti teman-teman saya cewek yang lain yang memakai jilbab. Pun saya
juga bukan terlahir dari keluarga yang punya dasar iman yang kuat. Saya
masih tertatih-tatih soal praktek beragama. Bahkan terus terang saya katakan,
saya punya teman cewek yang sampai sekarang masih suka merasa ‘ribet’ kalo
kemana-mana harus pake jilbab. Hobi dia dari dulu pake kaos dan celana pendek,
dan masih terus berlanjut sampai sekarang. Dan terkadang, dia masih pengin
keluar pake celana pendek saja.
Jujur saya
nggak hapal ayat Al-Qur’an atau Hadist tentang perintah memakai jilbab.
Pernah saya suruh baca kepada teman saya itu, tapi hanya lewat sekilas mata
saja. Dulu, dia memutuskan berjilbab karena liat temen SMA nya yang pake jilbab.
Namanya Agus Suci. Saya lupa dulu alasan dia berjilbab apa. Tapi yang
saya ingat, dia memutuskan berjilbab setelah berdiskusi dengan teman cewek
lainya itu tentang Sholat. Waktu itu, sholat dia masih bolong-bolong
(parah) katanya. Saya juga begitu,
akibat kelalean. Heheheheh.....
“Kenapa
kamu kadang nggak sholat?” Tanya saya pada dia waktu itu, di sebuah
istirahat siang entah kapan.
“Nggak tahu,
males aja.” Jawabannya seenaknya.
“Kenapa bisa
males sholat?” Tanya teman saya heran.
Dan dia
diam. Tidak tahu jawabannya.
Sejak hari
itu, dia mulai sering bertanya soal sholat, cara baca Al Qur’an, jilbab
dan banyak hal tentang agama Islam. Dan hasilnya, dia memutuskan berjilbab
saat masuk kuliah.
Selama berjilbab,
dia perlahan-lahan menemukan jawaban, kenapa “Aku” sebagai seorang perempuan
beragama Islam, harus memakai jilbab?
Pertama, dia merasa lebih ‘terhormat’ dan lebih
‘dihargai’ sebagai perempuan, ketika memakai jilbab. Buktinya sederhana
saja, jumlah pria nggak jelas yang sering godain dia kalau ketemu di jalan
semakin berkurang setelah dia memakai jilbab. Paling-paling kalo godain, mereka
cuma berani bilang ‘Assalamu’alaikum’ (yang langsung dia jawab
‘Wa’alaikumsalam’ dengan pelan atau dalam hati saja). Jilbab menjaga perempuan muslimah.
Kedua, jilbab ‘membatasi’ dia untuk melakukan hal-hal
yang dilarang dalam agama Islam, seperti: memaki, mengucapkan kata kotor, tidak
puasa saat Ramadhan, nggak sholat, berbohong, dsb. Meskipun sampai sekarang
saya dan dia juga belum begitu sempurna menjalankan itu semua, tapi paling
tidak saya sudah memberi saran dan dia lebih ‘tahu diri’ karena pake jilbab.
Beberapa minggu yang lalu dia menghubungi saya dan mengatakan, Rasanya kok malu
kalau saya, seorang perempuan berjilbab, tiba-tiba mengucapkan kata kotor di
depan umum. Sekali lagi sikap saya memang belum sempurna saat ini jal, terima
kasih atas saran yang kamu berikan. Terakhir dia bilang, tapi jilbab mengajari
saya untuk jadi lebih sempurna jal. Jilbab menyempurnakan sikap, kepribadian, dan ibadah kita.
Ketiga, dia
tahu ibu dia senang dan bangga melihat saya berjilbab. Dan dia senang jika ibu
saya senang. Itu saja.
Dan yang terakhir,
tadi pagi dia SMS saya: Bapak Dosen saya
bercerita tentang aturan jilbab. Bahwa berjilbab adalah kewajiban setiap
muslimah di seluruh dunia. Dan bahwa berjilbab itu baik adanya.
Kata
beliau, seseorang dari dunia Barat pernah ada yang heran dan
bertanya ,”kenapa perempuan muslim harus berjilbab?” Seorang ulama
menjawab pertanyaan itu dengan sebuah analogi. Dilemparkannya dua lolipop
ke tanah, di hadapan orang itu. Satu lolipop ia buka bungkusnya, sementara satu
lagi masih terbungkus dengan rapi. Kemudian sang ulama bertanya,” Mana
yang akan kamu ambil?”
Orang
tersebut mengambil satu lolipop yang masih terbungkus rapi. Lantas sang ulama
berujar dengan bijak, “Begitulah seorang muslimah yang berjilbab.”
Cerita itu
entah kenapa membuat saya tersenyum, dan lebih bersyukur. Paling tidak, Saya
melihat teman cewek saya itu masih ‘terbungkus’ rapi. Dan saya yakin, hanya
orang baik yang akan ‘mengambil’ dia nanti jika tiba saatnya.
So,,, buat
semua sahabat-sahabatku cewek yang muslimah, kenapa masih ragu untuk berjilbab
sayang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar