Kalau kita mau berfikir “fair”,
tidak tendensius dan mempunyai maksud tertentu serta keberpihakan kepada pihak
tertentu, tentunya kita tidak akan menjelekan pihak tertentu dan mati-mati’an
membela pihak yang lain. Sudah jelas : PBB mengakui Negara yang namanya NKRI
yang mempunyai wilayah berdasarkan UUD 1945 dari Sabang di Aceh sampai Merauke
di Irian barat (papua sekarang) dengan batas-batas wilayah yang ditetapkan dan
disetujui oleh Negara-negara anggota PBB termasuk didalamnya Negara yang
berbatasan langsung maupun tidak langsung dengan NKRI, yang meliputi :
Australia/Papua new guinea, Philipina, Vietnam, Thailand, Malaysia/Brunei,
India/Srilangka, dan Cina. Itu sudah sah, dan TIDAK ADA NEGARA yang namanya
“RI-JAWA YOGYA”.
Bunga Rampai Aceh
28 November 2013
Soekarno Setelah Rampok Aceh Pakai RIS Dan NKRI Baru Lapor Ke PBB
“Inilah mimbar bebas, mr. Dirman
berargumentasi dengan berpijak pada kondisi “seakan-akan" Aceh adalah
daerah terpisah dari NKRI, sedangkan saya berpijak pada kondisi dimana NKRI
berdiri sebagai negara Kesatuan dan tidak terpisahkan yang terdiri dari
propinsi-propinsi salah satunya Aceh dengan pengakuan baik oleh PBB maupun
dunia internasional. Jadi apapun yg mr. Dirman katakan, pasti saya ada
diseberangnya. Ok.”
Soekarno Pakai RIS Untuk Menelan Negara Bagian RIS, Aceh & Janji Terauchi Bukan Dasar Hukum Pembentukan NKRI
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Saudara Ahmad, dengan adanya
perkataan Terauchi, maka jelaslah sudah yang mana wilayah indonesia itu
sekarang, walaupun akhirnya Jepang tidak menunaikan janjinya untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia karena sudah kalah dalam PD II, dan hal ini patut
disyukuri karena kemerdekaan Indonesia bukan diberi tapi direbut. Dan setelah
Jepang menyerah kalah, maka atas desakan pemuda untuk merdeka, sehingga terjadi
peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta ke Renggas Dengklok. Dan akhirnya
disepakati kalo Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, dan perkataan
Indonesia dalam proklamasi meliputi wilayah Hindia Belanda seperti yang
dikatakan Terauchi, yang otomatis ini membuat Aceh termasuk didalamnya.
Seokarno Mengingkari Nikmat Dengan Menelan Negara-Negara Bagian RIS Dan Aceh
“NKRI buat saya merupakan suatu
nikmat yang besar yang harus disyukuri, bukan merupakan suatu laknat dari ALLah
SWT. Persetan dengan hasil Perjanjian Renville. Jika kamu mensyukuri nikmatKu,
maka akan Aku tambah nikmatKu itu, tapi jika kamu mengingkarinya ketahuilah
sesungguhnya azabKu sangatlah pedih. Kita bisa saksikan, mereka yang
mengingkari nikmat itu, mereka sendiri yang akan atau telah merasakan azab (di
dunia) dari Allah SWT. Kita tinggal milih, apakah bergabung dengan kelompok yang
mengingkari atau dengan kelompok yang wensyukuri nikmat persatuan dan kesatuan
dalam wilayah NKRI itu.” Ungkap Agus Hermawan.
Pengikut NKRI Terus Mempertahankan Aceh Yang Dirampok Soekarno Dan Dilaporkan Ke PBB
Kita tidak usah menjadi seorang “rocket
scientist” untuk bisa menilai mentalitas, dan apa yang ada didalam otak Warwick
ini, seorang agen bayaran Zionist International yang dibayar untuk mengadu
domba antar suku dan agama di Indonesia dengan “menyamar dan berpura-pura”
sebagai seorang muslim dan seorang pejuang Aceh.
Orang Mimpi Yang Tidak Merasa Aceh Dicaplok Soekarno Cs
Memang jelas rakyat Aceh telah
berjuang untuk menentukan nasibnya sendiri sejak Aceh dicaplok Soekarno.
“Assalamu'alaikum wr wbr.
Saya juga pernah belajar
sejarah. Saya menilai bahwa sejarah itu bisa berebda-beda tergantung dari sudut
apa kita pandang. Waktu saya belajar sejarah dulu, memang benar kalau RIS yang
16 negara itu tidak termasuk Aceh di dalamnya. Karena pada saat itu semua
daerah sudah membentuk negara sendiri kecuali Jogja dan Aceh. Maka siapa
Indonesia ???? Itulah Jogja dan Aceh, sedangkan yang lain adalah negara
serikat/bagian. Kalau memang Aceh di caplok oleh Indonesia (Sukarno), maka
nenek moyang kami orang Aceh akan melawannya sejak di bentuknya NKRI pada masa
lalu itu. Tapi karena nenek moyang kami tidak merasa di caplok oleh NKRI maka
kami bisa hidup damai selama 26 tahun. Karena pada tahun 1976 Mr. Hasan Tiro
telah mendeklarasikan mimpi indahnya yang sekaligus nightmares kami. Saya mau
tanya ??? Mengapa Hasan Tiro atau nenek moyangnya tidak langsung melawan pada
saat Aceh diikutsertakan dalam NKRI pada tahun 1950 itu. Mengapa harus menunggu
1 generasi (26 tahun kemudian).”
Mereka Tak Sadar Hidup Di RI-Jawa-Yogya Yang Dibentuk Dari Penghancuran Negara Daerah Dan Negeri Lain
“Cobalah
Anda jujur pada diri Anda apakah, selama ini cukup jujur, rajin, punya etika
dan moralitas, ulet pantang putus asa dan satu lagi tawakkal ? jangan melulu
salahkan orang lain, salahin orang Jawa, Kalo Anda sedikit pintar dan ulet Anda
juga bisa jadi orang sukses. Di Indonesia ini tidak ada kelas sosial, siapapun
yang punya kemampuan dapat bermigrasi secara vertikal, seoarang anak tukang
pangkas seperti Dr. Sofyan Jalil (Aceh, orang alue Lhok), yang sekarang jadi
komisaris pupuk Iskandar muda, Dr. Ermaya yang jadi ketua Lemhanas (Orang
Sunda), Ryas Rasyid Calon Presiden (Orang Makassar) sepanjang Anda mampu,
silahkan Anda berkarya jangan Anda cuap-cuap dijajah padahal Anda tidak
melakukan apapun walau untuk diri Anda sendiri. Saya kasian juga sama Anda” (Teuku
Mirza, teuku_mirza2000@yahoo.com ,Sun, 15 Feb 2004 23:10:19 -0800 (PST))
Kejahatan Soekarno Dengan RI Atau RI-Jawa-Yogya-Nya Masuk RIS Dan Menelan Negara Bagian RIS
Sekarang menjadi semakin jelas
bahwa saudara Ahmad Sudirman tidak tahu sejarah Indonesia, karena setelah tidak
dapat mempertahankan alasan yang dicari-cari, dalil yang dibuat-buat dan fakta
yang diputar balik dari buku 30 Tahun Indonesia Merdeka terbitan Sekretariat
Negara yang menerangkan bahwa pembentukan negara antah berantah RI-Jawa-Yogya
yang semula didasarkan perjanjian
Renville 17 Januari 1948 sekarang dirobahnya menjadi berdasarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Dengan demikian tulisan saudara Ahmad Sudirman tentang
tentang sejarah Indonesia tidak dapat dijadikan bahan diskusi karena
pengetahuannya terbatas pada dongeng pembentukan negara antah berantah RI-Jawa-Yogya
yang tidak pernah ada di dunia ini. Selebihnya, keterangan saudara Ahmad
Sudirman yang menyalin kembali buku 30 Tahun Indonesia Merdeka terbitan
Sekretariat Negara atau buku Gerakan Perjuangan & Pembebasan Republik Islam
Federasi Sumatera Medan, cetakan pertama, 1987, suruh anak kecil menyalin juga
bisa. Yang jelas jika issue sentralnya adalah tentang caplok mencaplok, maka
tidak ada dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka atau buku-buku sejarah
Indonesia manapun yang isinya tentang pencaplokkan tanah Aceh, karena sejak
masa Hindia Belanda, penjajahan Jepang dan sejarah kemerdekaan Indonesia
wilayah negara RI adalah meliputi wilayah Hindia Belanda termasuk tanah Aceh.
Jika sekarang ada pencaplokan tanah Aceh maka yang mencaplok adalah saudara
Ahmad Sudirman dan antek-antek kapitalis dengan memanfaatkan Teungku Mohammad
Hasan di Tiro.
Kalau Malu Atau Merasa Hina Disebut Penjajah, Hentikan Penjajahan Di Aceh
“Ustaz Ahmad yang saya hormati.
Saya heran sekali orang-orang Jawa cepat sekali melenting bila disebut Penjajah
Jawa, tetapi mereka tidak segan-segan menyebutkan “gerombolan separatis Acheh”
(dulu Gerombolan DI/TII Acheh atau Jawa Barat). Soalnya kan dalam melapor
sesuatu orang perlu identify siapa yang dimaksud? Mengapa orang RI tidak
segan-segan menyebut “teroris Moro”, “teroris Patani”, “pembantai-pembantai
Serbia”, “teroris Irlandia” atau “Basque”, dsb., tetapi mereka merasa dihina
bila disebut Jawa?. Kalau kita hendak menjelaskan siapa yang menjajah Aceh, dan
kita sebut “penjajah Indonesia” saja umpamanya, tanpa kualifikasi dengan “Jawa”,
maka itu artinya orang Toraja, atau orang Kubu, atau orang Riau, dllnya, juga
kita tuduh menjajah Acheh, padahal yang menjajah Acheh itu kan RI yang asal
usulnya, seperti dijelaskan Ustaz beratus kali, kan RI-Jawa-Yogya? (NKRI itu
sebenarnya hanya nama yang diada-adakan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Sebenarnya secara legal NKRI itu tidak ujud karena tidak ada satu undang-undang
atau dokumen resmi pun yang menyebutkan pembentukannya. Bagi bangsa Acheh, NKRI
itu tidak lain dan tidak bukan dari Negara Kolonial RI). Kalau bangsa Jawa malu
atau merasa terhina disebut penjajah, maka hentikanlah perbuatan tersebut dan
orang akan berhenti menyebutkan mereka penjajah.” Ungkap M.N.Djuli.
Acheh Bukan Milik RI Dan Rakyat Indonesia Melainkan Milik Rakyat Acheh
“PBB
sebagai organisasi negara-negara yang merdeka, mengakui wilayah NKRI meliputi
Wilayah Hindia Belanda termasuk Aceh. Sebagai negara merdeka dan berdaulat
berdasarkan pengakun negara-negara Dunia, NKRI dapat menentukan sistem
pemerintahannya, termasuk menetapkan Pimpinan negeri Aceh apakah setingkat
Gubernur/Propinsi atau digabung dalam propinsi Sumatera Utara, atau menjadikan
Aceh daerah istimewa sebagaimana kesepakatan Rakyat Aceh dengan Rakyat
Indonesia lainnya di dalam sebuah parlemen. Bpk Ahmad berupaya untuk meyakinkan
bahwa Aceh itu terpisah dari NKRI, tetapi factnya dan berdasarkan penjelasan
Bapak memberikan pemahaman bahwa Aceh itu secara hukum berada dalam NKRI. Dipeta
UMUM baik yang dikeluarkan oleh RI atau pun terbitan luar negeri, tentu Pak
Ahmad Sudirman tidak dapat membantah bahwa Aceh merupakan Wilayah RI.
Oknum/organisasi yang mencoba memisahkan Aceh dari NKRI, maka ia akan
berhadapan tidak saja dengan Rakyat Aceh, tetapi juga Rakyat Indonsia. Kalau
fact sudah terbentang jelas, apa yang dapat diputar balikkan, kecuali mereka
yang tidak dapat melihat. Yang atas tetap atas yang bawah tetap bawah meskipun
ia terbalik (namanya terbalik).” Tutur
Rasjid Prawiranegara.
Sumatera, Siapa Punya ? “Seruan Kepada Bangsa-Bangsa Sumatera Ke-2”
Saya berterima kasih banyak
atas sambutan hangat yang sudah saudara-saudara berikan di seluruh Sumatera
atas Seruan saya yang pertama, yang bernama “Sumatera Siapa Punya?” beberapa waktu yang lalu. Ini bermakna saya tidaklah “bertepuk sebelah tangan”! Hari ini saya ucapkan
selamat datang kepada Angkatan Riau Merdeka, Angkatan Jambi MerdekA dan Angkatan
Minang Merdeka kedalam barisan Sumatera Merdeka!
Sumatra, Siapa Punya? “Seruan Kepada Bangsa-Bangsa Sumatera Ke-1”
Stockholm, 1 Febuari,
1991
Bismillahi arrahman arrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ucapan ini saya tujukan kepada
Saudara-saudara saya bangsa Sumatera, dari Acheh sampai ke Lampung, dari Sabang
sampai ke Bangka dan Belitung. Perjumpaan kita hari ini bermakna: Saya sudah
datang untuk mengunjungi Saudara-saudara sekalian, dan masing-masing, dimana
saja Saudara-saudara berada: di rumah, di kantor, di pasar, atas Tanah ibu
Sumatera, atau di perantauan. Mengapa saya lakukan ini? Sebab saya menghargai
dan memuliakan Saudara-saudara saya se-Sumatera: setiap anak Sumatera mempunyai
berat yang menentukan dalam neraca saya. Saudara-saudara bukan hanya satu angka
yang tidak berarti apa-apa dalam statistik, sebagaimana dibuat oleh
perampok-perampok Jawa selama 46 tahun yang akhir-akhir ini, yakni sejak tahun
1945. Dalam statistik mereka, kita semua akhirnya jatuh dalam keranjang sampah
minoriti yang tetap, walaupun kita berjumlah 25 juta jiwa. Kita yang hidup atas
Tanah kita sendiri, tetapi dinamakan minoriti dari satu bangsa lain, yang hidup
di pulau atau negeri lain, di seberang lautan, yang tidak ada hubungan apa-apa
dengan kita. Bangsa Jawa tidak ada hak untuk memerintah di pulau Sumatera,
walaupun mereka lebih banyak dari kita, sebagaimana bangsa Cina tidak ada hak
untuk memerintah bangsa-bangsa lain di Asia, walaupun mereka berjumlah lebih
1000 juta jiwa. Hak kita untuk merdeka sendiri di Sumatera adalah mutlak, tidak
ada sangkut-pautnya dengan bangsa Jawa. Mereka tidak boleh meminoriti-kan kita
diatas Tanah ibu kita sendiri, Sumatera. Dalam sistem demokrasi, konsep
minoriti itu diterima dengan syarat bahwa minoriti itu dapat menjadi majoriti
sesewaktu dan dengan pasti-pasti. Tetapi dibawah penjajahan Jawa yang bernama “Indonesia”, ini tidak bisa terjadi sebab
bangsa Jawa mahu menjadi majoriti yang tetap selama-lamanya. Mereka memakai
nama “demokrasi” hanya untuk propaganda dan
penipuan politik semata-mata.
Nafas Terakhir Indonesia
Oleh Nab Bahani As
Dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia tercatat, bahwa berdirinya Budi Utomo selain awal
dari kebangkitan nasionalisme modern bangsa Indonesia, juga bercita-cita untuk
menyatukan seluruh rakyat Indonesia --dari 134 suku yang mendiami kepulauan
Nusantara dari Sabang sampai Merauke-- dalam satu semangat kebangsaan nasional,
yang puncaknya kemudian lahir Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, dengan pengakuan
pemuda-pemuda Indonesia sebagai satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa
sebagai wujud nasionalisme Indonesia yang lebih nyata.
Apa Isi Naskah Perjanjian Helsinki RI – GAM
Kontroversi
soal bendera dan lambang baru Aceh terus berlanjut. Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh menilai, Aceh berhak memiliki
lambang dan bendera baru tersebut sesuai Perjanjian Helsinki.
Ali Hasjmy, Seorang Ulama, Politikus dan Sastrawan Aceh
Nama aslinya Muhammad Ali Hasyim
Alias Al Hariry, Asmara Hakiki dan Aria Hadiningsun. Anak kedua dari 8 orang
bersaudara. Ayahnya, Teungku Hasyim, pensiunan pegawai negeri. Tahun 1975
diangkat sebagai guru besar (Prof) dalam ilmu dakwah oleh IAIN Ar-Raniry, Banda
Aceh. Ali Hasjmy dikenal sebagai sastrawan, ulama, dan tokoh daerah. Dalam
usaha memulihkan keamanan daerah, Pemerintah pernah mengangkatnya sebagai
gubernur Aceh periode 1957-1964 dan Gubernur diperbantukan Menteri Dalam Negeri
Jakarta periode 1964-1968.
11 November 2013
L.K. Ara Penyair Asal Aceh Tengah
L. K.Ara, lahir di Takengon, Aceh,
12 November 1937. Pernah menjadi redaktur budaya Harian Mimbar Umum (Medan),
Pegawai Sekretariat Negara, terakhir bekerja di Balai Pustaka hingga pensiun
(1963-1985). Bersama K. Usman, Rusman Setiasumarga dan M. Taslim Ali,
mendirikan Teater Balai Pustaka (1967). Memperkenalkan penyair Tradisional
Gayo, To’et, mentas di kota-kota besar Indonesia. Menulis puisi, cerita
anak-anak dan artikel seni dan sastra. Dipublikasikan di Koran dan majalah di
Indonesia, Malaysia dan Brunai.
Langganan:
Postingan (Atom)