Kisahnya bermula beberapa minggu dan bulan yang lalu. Setelah
berminggu-minggu aku hanya berani melihat Dia saja, akhirnya suatu pagi ketika
akan masuk ruang kelas. Aku mendapati Dih berada di depannya yang akan masuk ke
ruang yang sama. Aku pun untuk pertama kalinya bertegur sapa dengan Dia.
“Ladies first” Aku mempersilakan Dia untuk masuk ruangan lebih dulu. Dia
tak menjawab kata-kata aku, hanya senyum kecil yang merekah dari bibir Dia yang
ranum.
Mungkin senyum kecil itu hanya bermakna biasa di mata orang lain, hanya
makna terima kasih saja. Tapi bagi Aku senyum itu terasa begitu berbeda karena
senyum itu muncul dari seorang wanita yang selama berminggu-minggu telah
mengganggu pikiranku, menghilangkan nafsu makannya, menjadikan malam-malamnya begitu
lama dan tentunya wanita itu tanpa permisi dan izin dari sang empunya telah
masuk ke dalam hati Aku. Aku merasa telah mendapat senyum dari seorang bidadari
yang membuatnya melambung tinggi ke awan dan melihat dunia ini bagai
titik-titik indah. Aku merasa ini adalah
sebuah celah untuk mendekati Dia.
Mulai saat itu Aku sibuk untuk mengetahui seluk beluk tentang Dia, tapi aku
pun tak tahu caranya karena aku tak mempunyai banyak teman di kampusnya, bukan
karena Aku orang yang menyebalkan tapi lebih karena Aku adalah pribadi yang
terlihat aneh, dia lebih senang sendiri dari pada berkumpul dengan temannya.
Sepertinya dia mempunyai dunianya sendiri dan dia menikmati dunianya.
Malam itu Aku mendapati malamnya semakin panjang dari malam-malam panjang
yang lalu. Setelah mendapatkan kesenangan yang bukan kepalang itu, kemudian Aku
bingung dan bimbang langkah apa yang akan Aku lakukan. Dilihatnya lagi nomer
itu dan kemudian Aku taruh lagi handphonen di kasur, tak lama berselang Aku
ambil lagi handphone dan kemudian Aku taruh lagi, dan Aku ambil lagi dan taruh
lagi hampir berpuluh kali.
Keesokan harinya Aku bangun dengan perasaan yang indah, ringan dan
menyenangkan hati. Aku tak tahu apa sebabnya, mungkin karena hidup sekarang
akan lebih berwarna dengan harapan Diah akan masuk dalam kehidupanku. Aku pun
bergegas mandi dan berdandan, lama dia berada di depan cermin dan bertanya
dalam hati apakah diriku sudah rapi dan wangi. Tak seperti biasanya memang, Aku
yang cuek dan terkesan selalu tampil ala kadarnya ke kampus dan bahkan
seringnya Aku tak mandi sekarang berdandan rapi.
“ah,, kurang ajar wanita ini, belum apa-apa dia sudah merubahku” Aku
menggerutu dalam hati ketika mendapati dirinya ternyata terlihat rapi dan
menarik. Tapi Aku tetap tersenyum karena ini demi wanita yang ia puja dan
perjuangan ini memang tak seberapa.
Pagi itu Aku satu ruang dalam perkuliahan yang kebetulan diambil oleh Diah.
Dia pun berjumpa dengan Dia di depan ruang kelas, Aku berjalan ragu mendekati
Dia yang berdiri tenang.
Akhirnya Aku dapat Nomor HP nya. Pendekatan Aku berhasil dan hubungannya
dengan Dia beberapa minggu ini berjalan seperti yang Aku inginkan. Itu tak mengherankan
bagiku karena Aku adalah pribadi yang menarik mungkin terlihat eksentrik, dia
punya dunianya sendiri dan wawasannya meliputi dunia orang lain. Aku begitu nyambung
dengan Dia walaupun Dia adalah seorang duta dunia wanita yang mempunyai
pembawaan kalem dan terlihat begitu menjaga kehormatannya dan penampilannya.
Dia ternyata begitu cerewet ketika berbincang dengan Aku tak terlihat lagi
kesan yang kalem pada diri Dia tapi Aku menyukai ini karen dia berpikir ini
adalah Dia yang sebenarnya. Aku melakukan perannya sebagai pendengar yang baik
dan terlihat antusias dengan semua yang dibicarakan Dia. Yang lebih
menyenangkan hati Aku adalah ketika Dia memintanya untuk membuat soal dan Dia berkata
bagi lah. Ternyata Dia memanfaatkan Aku juga mungkin dia hanya mengetes doang.
Hahahahahah.....
Dia sepertinya menurut Aku sedang menguji sesuatu padaku, tapi itu tak
sedikitpun membuat Aku risih karena aku tahu Aku akan dengan mudah melewati
ujian yang diberikan Dia. Aku segera memberikan sepotong pertanyaan yang dia
minta. Dengan lancar, ya dengan lancar karena memang saat itu Aku sedikit
menguasai materi yang diberikan dosen. Tiap tampilan makalah selalu dia meminta
soal untuk di pertanyakan dalam diskusi di ruang kuliah, Yah memang begitulah
Aku waktu itu, tak akan ada yang percaya bila pemuda yang tampil acak-acakan ke
kampus dan seringnya tak mandi itu, ternyata mempunyai hubungan yang mesra
dengan materi Sejarah. Aah bogoknya aku. Hehehehehhe....
Dunia Aku, kulihat menjadi begitu menggarihkan setelah Aku kenal dengan
gadis itu. Ceritanya padaku begitu menggebu dan senyum tak pernah absen dari
bibirnya. Ya, wajar saja pikirku karena cinta bisa merubah segalanya. Dan Aku
telah terkena virus cinta yang memabukkan itu, membuatnya melayang-layang,
hanya senang yang Aku rasa dan Aku sekarang mulai bertanya-tanya apakah sudah
saatnya untuk menyatakan perasaannya pada gadis itu. Gadis yang telah
memutar-balikkan dunia ku ini, gadis yang dengan segala pesonanya itu telah
membuat Aku jatuh cinta.
Tapi seorang temanku hanya mengerti satu sisi tentang gadis pujaannya dan
aku kira dia tak akan tahu sisi lain dari gadis pujaannya itu, tak mengapa aku
pun tak akan merusak imaji temanku tentang gadis itu, dan dalam hatiku aku
berharap gadis itu memang akan mencintaiku temanku yang aku cintai ini.
Gadis ini, Dia setelah aku selidiki ternyata mempunyai kisah yang rumit
tentang cinta. Cintanya pada seorang lelaki yang bernama bla..bla, ternyata ia
belum lama putus dengan pacarnya. Dan seperti yang aku dengar dari kawannya,
Dia sangat mencintai pacarnya. Kau tahu kawan bagaimana cinta seorang wanita
kepada lelakinya, gila, unstoppable dan tulus. Ya begitulah cinta Dia pada sang
Pacar, walau cowok itu telah mencampakkannya dan menyakitinya tapi cinta wanita
itu tak pernah berhenti pada pacarnya, tak pernah berkurang sedikitpun padanya.
Yang aku takutkan adalah Aku begitu yakin dengan perasaanku dengan wanita
ini tapi di sisi lain wanita ini hanya mencari pelarian dari gundah gulana
hatinya dan saat itu Aku lah yang menjadi tempat persinggahan sementara untuk
mengalihkan segala permasalahan hatinya. Aku tak akan rela jika wanita ini
hanya akan mempermainkan perasaan Aku saja, tapi apalah daya diriku. Tak
mungkin aku mengatakan disisi lain. Aku hanya berharap cewek itu memang punya
rasa pada Aku. Dan aku akan senang sekali jika hal itu terjadi.
Aku berkata bahwa aku tak menggertak saja agar Aku ini menjadi lebih berani
untuk mengungkapkan rasanya padanya. Aku berharap akan segera menyatakan
cintanya dan mendapat kepastian dari gadis itu. Tak mungkin aku memendam dan
membohongi perasaanku sendiri untuk mendapatkan hati seorang wanita, apalagi
wanita ini begitu Aku cintai.
Suatu malam Aku berpikir bagaimana cara yang pas dan waktu yang tepat untuk
menyatakan cintanya pada Dia. Aku merasa ragu, takut akan ditampiknya cinta
yang sangat Aku harapkan. Selama beberapa jam Aku hanya duduk termenung di
bawah teras di depan rumah kontrakanya, hampir sebungkus rokok Magnum Aku
habiskan dan 3 gelas kopi habis Aku minum. Tak menemukan jawaban yang Aku
harapkan, Aku mulai lelah dan perasaan yang hanya puas dengan pertemanannya
dengan Dia saat ini mulai melembaga dalam hatinya.
Akhrinya Aku merasa memang harus menyatakan cintaku pada Dia. Tak mungkin
Aku menahan rasa itu lebih lama lagi, semakin lama Aku menahan rasa itu semakin
Aku dibuat sesak oleh perasaan yang tak menentu dalam dadanya. Perasaan yang
begitu menyiksaku, membuat malam-malamku begitu hampa dan tanpa kepastian yang
jelas dari hubungannya. Tak lama berselang ia mengirim pesan pada ku.
Dan sampai sekarang aku belum juga bisa dapatkan dia lalu ku putuskan, ya
sudahlah dia memang bukan jodohku dan ku jadiakan sahabatku saja. Sekarang kuikhlaskan
apa adanya Aku tanpa harus Aku mengeluh karena Tuhan lebih tahu ini yang
terbaik untuk ku, tak perlu lagi ada air mata, hidupku belum habis semua karena
Aku yakin Tuhan masih ada dan akan selalu ada. “Aku malu pada Mu tahu
kekurangan hidupku tapi Aku lebih malu bila Tuhan tahu Aku tak terima hidupku”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar