7 Juni 2012

Jujurku Yang Selanjutnt nya, Perasaan Yang Mendalam, Tuah Mawar Merah

Dengan ditemani segelas coffemix panas dan sebatang rokok yang menyala dan keramaian di tengah acara pernikahan, aku akan menceritakan kisah ini padamu kawan. Kisah yang tak mengenakkan bagiku, kisah yang penuh cinta dan luka dan kisah yang akan selalu ku kenang. Dan tentunya kisah yang berakhir bahagia. Kisah tentang percintaan dua anak manusia yang indah tentunya.

Kisahnya bermula beberapa minggu dan bulan yang lalu. Setelah berminggu-minggu aku hanya berani melihat Dia saja, akhirnya suatu pagi ketika akan masuk ruang kelas. Aku mendapati Dih berada di depannya yang akan masuk ke ruang yang sama. Aku pun untuk pertama kalinya bertegur sapa dengan Dia.

“Ladies first” Aku mempersilakan Dia untuk masuk ruangan lebih dulu. Dia tak menjawab kata-kata aku, hanya senyum kecil yang merekah dari bibir Dia yang ranum.

Mungkin senyum kecil itu hanya bermakna biasa di mata orang lain, hanya makna terima kasih saja. Tapi bagi Aku senyum itu terasa begitu berbeda karena senyum itu muncul dari seorang wanita yang selama berminggu-minggu telah mengganggu pikiranku, menghilangkan nafsu makannya, menjadikan malam-malamnya begitu lama dan tentunya wanita itu tanpa permisi dan izin dari sang empunya telah masuk ke dalam hati Aku. Aku merasa telah mendapat senyum dari seorang bidadari yang membuatnya melambung tinggi ke awan dan melihat dunia ini bagai titik-titik indah. Aku  merasa ini adalah sebuah celah untuk mendekati Dia.

Mulai saat itu Aku sibuk untuk mengetahui seluk beluk tentang Dia, tapi aku pun tak tahu caranya karena aku tak mempunyai banyak teman di kampusnya, bukan karena Aku orang yang menyebalkan tapi lebih karena Aku adalah pribadi yang terlihat aneh, dia lebih senang sendiri dari pada berkumpul dengan temannya. Sepertinya dia mempunyai dunianya sendiri dan dia menikmati dunianya.

Malam itu Aku mendapati malamnya semakin panjang dari malam-malam panjang yang lalu. Setelah mendapatkan kesenangan yang bukan kepalang itu, kemudian Aku bingung dan bimbang langkah apa yang akan Aku lakukan. Dilihatnya lagi nomer itu dan kemudian Aku taruh lagi handphonen di kasur, tak lama berselang Aku ambil lagi handphone dan kemudian Aku taruh lagi, dan Aku ambil lagi dan taruh lagi hampir berpuluh kali.

Keesokan harinya Aku bangun dengan perasaan yang indah, ringan dan menyenangkan hati. Aku tak tahu apa sebabnya, mungkin karena hidup sekarang akan lebih berwarna dengan harapan Diah akan masuk dalam kehidupanku. Aku pun bergegas mandi dan berdandan, lama dia berada di depan cermin dan bertanya dalam hati apakah diriku sudah rapi dan wangi. Tak seperti biasanya memang, Aku yang cuek dan terkesan selalu tampil ala kadarnya ke kampus dan bahkan seringnya Aku tak mandi sekarang berdandan rapi.

“ah,, kurang ajar wanita ini, belum apa-apa dia sudah merubahku” Aku menggerutu dalam hati ketika mendapati dirinya ternyata terlihat rapi dan menarik. Tapi Aku tetap tersenyum karena ini demi wanita yang ia puja dan perjuangan ini memang tak seberapa.

Pagi itu Aku satu ruang dalam perkuliahan yang kebetulan diambil oleh Diah. Dia pun berjumpa dengan Dia di depan ruang kelas, Aku berjalan ragu mendekati Dia yang berdiri tenang.

Akhirnya Aku dapat Nomor HP nya. Pendekatan Aku berhasil dan hubungannya dengan Dia beberapa minggu ini berjalan seperti yang Aku inginkan. Itu tak mengherankan bagiku karena Aku adalah pribadi yang menarik mungkin terlihat eksentrik, dia punya dunianya sendiri dan wawasannya meliputi dunia orang lain. Aku begitu nyambung dengan Dia walaupun Dia adalah seorang duta dunia wanita yang mempunyai pembawaan kalem dan terlihat begitu menjaga kehormatannya dan penampilannya.

Dia ternyata begitu cerewet ketika berbincang dengan Aku tak terlihat lagi kesan yang kalem pada diri Dia tapi Aku menyukai ini karen dia berpikir ini adalah Dia yang sebenarnya. Aku melakukan perannya sebagai pendengar yang baik dan terlihat antusias dengan semua yang dibicarakan Dia. Yang lebih menyenangkan hati Aku adalah ketika Dia memintanya untuk membuat soal dan Dia berkata bagi lah. Ternyata Dia memanfaatkan Aku juga mungkin dia hanya mengetes doang. Hahahahahah.....

Dia sepertinya menurut Aku sedang menguji sesuatu padaku, tapi itu tak sedikitpun membuat Aku risih karena aku tahu Aku akan dengan mudah melewati ujian yang diberikan Dia. Aku segera memberikan sepotong pertanyaan yang dia minta. Dengan lancar, ya dengan lancar karena memang saat itu Aku sedikit menguasai materi yang diberikan dosen. Tiap tampilan makalah selalu dia meminta soal untuk di pertanyakan dalam diskusi di ruang kuliah, Yah memang begitulah Aku waktu itu, tak akan ada yang percaya bila pemuda yang tampil acak-acakan ke kampus dan seringnya tak mandi itu, ternyata mempunyai hubungan yang mesra dengan materi Sejarah. Aah bogoknya aku. Hehehehehhe....

Dunia Aku, kulihat menjadi begitu menggarihkan setelah Aku kenal dengan gadis itu. Ceritanya padaku begitu menggebu dan senyum tak pernah absen dari bibirnya. Ya, wajar saja pikirku karena cinta bisa merubah segalanya. Dan Aku telah terkena virus cinta yang memabukkan itu, membuatnya melayang-layang, hanya senang yang Aku rasa dan Aku sekarang mulai bertanya-tanya apakah sudah saatnya untuk menyatakan perasaannya pada gadis itu. Gadis yang telah memutar-balikkan dunia ku ini, gadis yang dengan segala pesonanya itu telah membuat Aku jatuh cinta.

Tapi seorang temanku hanya mengerti satu sisi tentang gadis pujaannya dan aku kira dia tak akan tahu sisi lain dari gadis pujaannya itu, tak mengapa aku pun tak akan merusak imaji temanku tentang gadis itu, dan dalam hatiku aku berharap gadis itu memang akan mencintaiku temanku yang aku cintai ini.

Gadis ini, Dia setelah aku selidiki ternyata mempunyai kisah yang rumit tentang cinta. Cintanya pada seorang lelaki yang bernama bla..bla, ternyata ia belum lama putus dengan pacarnya. Dan seperti yang aku dengar dari kawannya, Dia sangat mencintai pacarnya. Kau tahu kawan bagaimana cinta seorang wanita kepada lelakinya, gila, unstoppable dan tulus. Ya begitulah cinta Dia pada sang Pacar, walau cowok itu telah mencampakkannya dan menyakitinya tapi cinta wanita itu tak pernah berhenti pada pacarnya, tak pernah berkurang sedikitpun padanya.

Yang aku takutkan adalah Aku begitu yakin dengan perasaanku dengan wanita ini tapi di sisi lain wanita ini hanya mencari pelarian dari gundah gulana hatinya dan saat itu Aku lah yang menjadi tempat persinggahan sementara untuk mengalihkan segala permasalahan hatinya. Aku tak akan rela jika wanita ini hanya akan mempermainkan perasaan Aku saja, tapi apalah daya diriku. Tak mungkin aku mengatakan disisi lain. Aku hanya berharap cewek itu memang punya rasa pada Aku. Dan aku akan senang sekali jika hal itu terjadi.

Aku berkata bahwa aku tak menggertak saja agar Aku ini menjadi lebih berani untuk mengungkapkan rasanya padanya. Aku berharap akan segera menyatakan cintanya dan mendapat kepastian dari gadis itu. Tak mungkin aku memendam dan membohongi perasaanku sendiri untuk mendapatkan hati seorang wanita, apalagi wanita ini begitu Aku cintai.

Suatu malam Aku berpikir bagaimana cara yang pas dan waktu yang tepat untuk menyatakan cintanya pada Dia. Aku merasa ragu, takut akan ditampiknya cinta yang sangat Aku harapkan. Selama beberapa jam Aku hanya duduk termenung di bawah teras di depan rumah kontrakanya, hampir sebungkus rokok Magnum Aku habiskan dan 3 gelas kopi habis Aku minum. Tak menemukan jawaban yang Aku harapkan, Aku mulai lelah dan perasaan yang hanya puas dengan pertemanannya dengan Dia saat ini mulai melembaga dalam hatinya.

Akhrinya Aku merasa memang harus menyatakan cintaku pada Dia. Tak mungkin Aku menahan rasa itu lebih lama lagi, semakin lama Aku menahan rasa itu semakin Aku dibuat sesak oleh perasaan yang tak menentu dalam dadanya. Perasaan yang begitu menyiksaku, membuat malam-malamku begitu hampa dan tanpa kepastian yang jelas dari hubungannya. Tak lama berselang ia mengirim pesan pada ku.

Dan sampai sekarang aku belum juga bisa dapatkan dia lalu ku putuskan, ya sudahlah dia memang bukan jodohku dan ku jadiakan sahabatku saja. Sekarang kuikhlaskan apa adanya Aku tanpa harus Aku mengeluh karena Tuhan lebih tahu ini yang terbaik untuk ku, tak perlu lagi ada air mata, hidupku belum habis semua karena Aku yakin Tuhan masih ada dan akan selalu ada. “Aku malu pada Mu tahu kekurangan hidupku tapi Aku lebih malu bila Tuhan tahu Aku tak terima hidupku”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar