Oleh: Nopi Sari Dewi dan Ayuni
Latar Belakang
Awal
lahirnya organisasi Muhammadiyah bermula dari niat K.H.Ahmad Dahlan yang
sekembalinya dari tanah suci mekkah yang cita-cita untuk pembaharuan
keagamaannya makin mantap. Hal yang mula dilakukan Ahmad Dahlan ketika itu
adalah membetulkan arah kiblat. Admad
Dahlan ketika itu ditentang keras, terutama keinginannya untuk membetulkan
letak masjid Kesultanan Yogyakarta. Kemudian ia mendirikan surau yang ketepatan
letak kiblat diletakkan demikian rupa, walaupun usaha ini juga ditentang oleh
K.H.Muhammad Halil dan langgar yang didirikannya pun dibinasakannya. Namun
kelurganya membangunkan sebuah langgar untuk dia dengan jaminan tidak akan
dirubuhkan lagi, sehingga dapat memudahkan Dahlan untuk mengajarkan dan
mempraktikan agama yang menjadi keyakinannya.
Untuk
memperluas jangkauan penyiaran ide-ide pembaharuannya, Dahlan lantas masuk Budi
Utomo pada tahun 1909. Di organisasi ini ia mengajarkan agama Islam. Isi
pengajian yang mencerminkan gagasan-gagasan baru, segar dan penuh semangat dinamika
tentang Islam membuat anggota pengajian ini menyarankan agar Dahlan membuka
lembaga pendidikan sendiri, supaya daya jangkau ide-ide pembaharuannya dapat
dengan mudah tersiar. Disinilah awal lahirnya muhammdiyah sebagai induk
pendukung bagi aktivitas ide-ide pembaharuannya terutama di bidang pendidikan.
Muhammadiyah
Muhammadiyah
adalah sebuah organisasi sosial Islam yang didirikan di yogyakarta pada tanggal
18 November 1912 bertepatan dengan tanggal Zulhijjah 1330 H, oleh Kyai Haji
Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang
anggota Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.
Organisasi
ini adalah perjuangan pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Organisasi
ini mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tablig di
mana dibicarakan masalah-masalah Islam, menertipkan wakaf dan mendirikan
masjid-masjid serta menerbit buku-buku,
brosur-brosur surat-surat kabar dan majalah-majalah.
Usaha
lain untuk mencapai maksud dan tujuan itu ialah dengan:
1. Mengadakan
dakwah Islam
2. Memajukan
pendidikan dan pengajaran
3. Menghidupkan-suburkan
masyarakat tolong-menolong
4. Mendirikan
dan memelihara tempat ibadah dan wakaf
5. Mendidik
dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda, supaya kelak menjadi orang Islam yang
berarti
6. Berusaha
kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam
7. Berusaha
dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan Islam berlaku dalam
masyarakat.
Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas
dan pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan didorong oleh dan atas
pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat
Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan.
Faktor-Faktor
Yang Menjadi Pendorong Lahirnya Muhammadiyah
1.
Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan
Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat,
yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam
masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya
lagi;
2.
Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam,
akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi
yang kuat;
3.
Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan
Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi
tuntutan zaman;
4.
Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang
sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam
konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;
5.
Karena
keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta
berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin
menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat
Gerakan
Muhammadiyah pada mulanya sama sekali menjauhkan bias dari komitmen politis-praktis.
Inilah yang membuat gerakan ini tidak begitu banyak dicurigai oleh kalangan
penguasa Belanda pada waktu itu, begitu pula kalangan elit dan kelas sosial
menengah ke atas, merasa gerakan Muhammadiyah mempunyai tingkat penguasaan dan
pengamalan praktis terhadap ajaran Islam.
Daerah
operasi Muhammadiyah mulai diluaskan setelah tahun 1917. Pada tahun itu Budi
Utomo mengadakan kongresnya di yogyakarta, ketika nama K.H.Ahmad Dahlan telah
dapat mempesona kongres itu melalui tablig yang dilakukannya sehingga pengurus
Muhammadiyah menerima permintaan dari berbagai tempat di Jawa untuk mendirikan
cabang-cabangnya. Pada tahun 1920 bidang kegiatan muhammadiyah diluaskan
meliputi seluruh pulau Jawa dan pada tahun 1921 seluruh Indonesia.
Pembaharuan
yang mula-mula dilakukan oleh K.H.Ahmad Dahlan yaitu tentang praktek-praktek seperti
kiblat dan kebersihan, kemudian dirangsang oleh pemikiran pembaharu Mesir dan
diperluas secara lambat laun kepada masalah-masalah fundamental misalnya
tentang sudah tertutup atau masih terbuka pintu ijtihad.
Sekitar
tahun 1920, tahun perluasan Muhammadiyah ke luar Yogyakarta, manfaat dari
persatuan dan dari organisasi pada umumnya telah diakui oleh sebagian besar
kalangan muslim Indonesia. Dalam beberapa tempat kehadiran pedagang-pedagang Minangkabau
yang merupakan hasil dari gerakan pembaharuan di Minangkabau sendiri, merupakan
bantuan yang sangat berharga bagi Muhammadiyah. Jadi Nurul Islam di Pekalongan
yang didirikan oleh para pedagang ini di ubah menjadi sebuah cabang
Muhammadiyah. Daerah Surabayapun telah mengenal dan tertarik kepada
pemikiran-pemikiran itu sebagai hasil usaha seorang pedagang bernama Pakih
Hasyim, yang dikenal seagai ulama Padang. Ia adalah salah seorang murid dari
Haji Abdul Karim Amrullah. Dalam kota Surabaya berdiri Muhammadiyah atas
inisiatif ulama-ulama setempat, seperti Kyai Haji Mas Mansur yang kemudian
menjadi ketua umum dari organisasi ini.
Mulanya
usaha memperkenalkan Muhammadiyah ke daerah Minangkabau memperoleh banyak
tantangan dari pihak Sumatera Tawalib Padang Panjang yang dipengaruhi oleh
orang-orang komunis. Pada tahun 1927, Sumatera Tawalib di Padang Panjang berada
di bawah pengaruh komunisme, perkembangan ini menyebabkan tumbuhnya dua
golongan dalam tawalib, yaitu yang pro dan bergabung dengan pihak Komunis dalam
berjuang melawan Belanda, serta yang mengakui diri mereka sebagai termasuk
dalam lingkungan gerakan Komunis. Golongan anti Komunis ini membatasi kegiatan
mereka pada perjuangan pembaharuan pendidikan tanpa mempersoalkan kedudukan
Belanda di Indonesia, sekurang-kurangnya tidak terlalu terbuka.
Haji
Rasul, salah seorang pendiri Sumatera Tawalib, menolak untuk mengajarkan di
lembaga tersebut, walaupun kemudian lembaga itu telah bersih dari unsur-unsur
pro Komunis. Mungkin usaha Haji Rasul memperkenalkan Muhammadiyah di daerah
kelahirannya pada tahun 1925 didasarkan pada keyakinannya bahwa Tawalib sebagai
suatu organisasi telah tidak dpat di tolong lagi. Karena alasan inilah hubungan
antara Muhammadiyah dan tawalib di Minangkabau tetap dingin sampai tahun 1927,
walaupun dalam masalah-masalah agama kedua organisasi tersebut sebenarnya
sepaham. Alasan lain terletak pada kenyataan bahwa Tawalib lebih banyak
merupakan tempat sekurang-kurangnya sampai pada penumpasan Permi oleh Belanda
pada tahun 1934, untuk kegiatan-kegiatan
politik. Hubungan dingin antara keduaorganisasi itu akhirnya pecah menjadi
kecaman terbuka antara yang satu terhadap yang lain.
Dalam
tahun 1927 Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di Bengkulu, Banjarmasin dan
Amuntai, sedang pada tahun1929 pengaruhnya terbesar ke Aceh dan Makasasar.
Mubalig-mubalig dikirim ke daerah-daerah tersebut dari Jawa atau dari
Minangkabau untuk meyebarkan cita-cita Muhammadiyah.
Dalam
hubungan ini cabang-cabang itu bukan hanya sebagai tempat berkumpul orang-orang
yang mempunyai cita-cita yang sama namun juga sebagai cabang gerakan Muhammadiyah.
Gagasan Dahlan yang dikembangkan lebih lanjut menurut konsep Muhammadiyah juga
mengajarkan agar umat Islam bekerja keras membangun ekonomi. Sebab Islam tidak
melarang umatnya untuk menjadi kaya-raya, namun tidak boleh boros dan kikir.
Dengan memilki kekayaan, ia dapat menafkahkan hartanya untuk kepentingan agama
dan sosial. Ini dibuktikan oleh Muhammadiyah dengan bnyak medakan kegiatan yang
bersifat permanen, yaitu dengan mendirikan sekolah kursus-kursus yang teratur
ataupun memelihara anak yatim piatu.
Kegiatan
lain dalam bentuk kelembagaan yang berada di bawah organisasi Muhammadiyah
ialah :
1. PKU
(Penolong Kesengsaraan Umum) Yang begerak dalam usaha membantu orang-orang
miskin, yatim piatu, korban bencana alam dan mendiriksn klinik-klinik
kesehatan.
2. Aisyiah,
organisasi wanita Muhammadiyah, menitik
beratkan perhatiannya pada kedudukan wanita sebagai ibu dan pendidik yang
mempunyai tanggung jawab besar untuk kemajuan masyarakat melalui asuhan dan
didikan anak dan mengkoordinir kegiatan remaja putri di dalam Nasyiatul Aisyiah
3. Hizbul
Watan, berupa gerakan kepanduan Muhammadiyah yang di bentuk pada tahun 1918
oleh K.H.Ahmad Dahlan.
4. Majlis
Tarjih, yang didirikan atas dasar keputusan kongres Muhammadiyah di pekalonagan
pada tahun 1927.
Dalam
tahun 1925 organisasi ini telah mempunyai 29 cabang-cabang denga 4.000 orang
anggota, sedangkan kegiatan-kegiatannya yaitu:
·
Dalam bidang pendidikan meliputi
Delapan
Hollandss Inlandse School, sebuah sekolah guru di Yogyakarta, 32 buah sekolah
dasar lima tahun, sebuah snakeschool, 14 madrasah, seluruhnya dengan 119 orang
guru dan 4.000 murid.
·
Dalam bidang sosial meliputi
Dua
buah klinik di Yogyakarta dan Surabaya dimana 12.000 pasien memperoleh
pengobatan, sebuah rumah miskin dan dua buah rumah yatim piatu.
Dalam
tahun 1929 peserta-peserta dari kongres tahunannya berasal dari hampir semua
pulau-pulau besar Indonesia (kecuali Kalimantan), kongres ini mencatat 19.000
anggota Muhammadiyah, sedangkan bagian publikasi dari Muhammadiyah telah
menerbitkan sejumlah 700.000 buah buku dan brosur. Cabang organisasi ini di
Solo telah membuka sebuah klinik mata dan di Malang sebuah klinik lain.
Diantara
sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua dan besar jasanya ialah:
1. Kweekschool
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Mua’allimin
Muhammadiyah, Solo, Jakarta.
3. Mu’allimat
Muhammadiyah, Yogyakarta.
4. Zu’ama/Za’imat,
Yogyakarta
5. Kulliyah
Muballigin/Muballigat, Padang Panjang (Sumatera Tengah).
6. Tabligschool,
Yogyakarta.
7. HIK
Muhammadiyah Yogyakarta dll.
Semua
itu didirikan pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, dan tersebar
pada tiap-tiap cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia. Pada masa Indonesia merdeka
Muhammadiayah mendirikan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah berlipat ganda
banyaknya dari masa penjajahan belanda dahulu.
Kesimpulan
Jadi,
lahirnya organisasi Muhammadiyah awalnya bermula dari niat K.H.Ahmad Dahlan
yang sekembalinya dari tanah suci mekkah yang cita-cita untuk pembaharuan
keagamaannya makin mantap. Hal yang mula dilakukan Ahmad Dahlan ketika itu
adalah membetulkan arah kiblat. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial
Islam yang didirikan di yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 bertepatan
dengan tanggal Zulhijjah 1330 H, oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang
diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk
mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.
Organisasi
ini adalah perjuangan pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Organisasi
ini mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tablig di
mana dibicarakan masalah-masalah Islam, menertipkan wakaf dan mendirikan
masjid-masjid serta menerbit buku-buku,
brosur-brosur surat-surat kabar dan majalah-majalah.
Organisasi muhammadiyah pada awalnya berkembang diwilayah pulau jawa saja,
namun dalam waktu cepat dapat menyebar keseluruh Indonesia. Pada masa
kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan, pengaruh Muhammadiyah terbatas di wilayah
Yogjakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah pekalongan sekarang.
Pada tahun 1925, Andul Karim Amrullah membawa perserikatan ini ke Sumatera
Barat, dan dari daerah inilah kemudian bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi,
dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh
Indonesia, perserikatan ini menjadi organisasi Islam yang besar dan berpengaruh
dalam Pemerintahan Republik Indonesia.
Daftar
Pustaka
Sani,Abdul.
1998. lintasan Sejarah Pemikiran
Perkembangan Modern Dalam Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Pringgodigdo.
AK. 1986. Sejarah Pergerakan Rakyat
Indonesia: Dian Rakyat.
Suhartono.
2001. Sejarah Pergerakan Nasional. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar (anggota IKAP).
Zuhairini,
dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Suryanegara,Ahmad
Mansur.2009. Api Sejarah. Jawa Barat:
Salamadani Pustaka Semesta
Beautiful thoughts, the author describes in great detail this issue
BalasHapusแทงหวยชุดลาว