Bunga Rampai Aceh

Selamat Datang Di "Bunga Rampai Aceh" Http://ChaerolRiezal.Blogspot.Com

30 Maret 2013

Abu Habib Muda Seunagan, Selain Ulama Besar juga Pejuang


Abu Habib Muda Seunagan, yang dilahirkan di desa Krueng Kulu Kecamatan Seunagan Aceh Barat, dan sangat dikenal dalam masyarakat Aceh Barat dan Selatan, ternyata bukan hanya seorang ulama besar, tapi juga seorang pejuang yang melawan penjajah dalam membela negara untuk memperoleh kemerdekaan.

Menurut cerita Habib Qurysy bin Habib Muda Seunagan (anak kandungnya) dan Said Mahdi BA Bin Habib Puteh, (kini camat Beutong) selaku pemegang amanah almarhum, bahwa Abu Habib Muda semasa kanak-kanak hingga dewasa, Beliau hijrah ke mukim Tadu Atas kecamatan kuala, karena pada saat itu Belanda mulai menyerang Seunagan.

22 Maret 2013

Ketika Mereka Sulit Untuk Di Atur



Sebuah catatan kehidupan. Semakin usia kita panjang, semakin panjang pula catatan pengalaman hudup kita. Bagi mereka yang mau memetik pelajaran dari pengalamannya, maka pengalaman jadi kekayaan yang unik baginya. Usia pula yang membawanya pada kebijakan. Sementara bagi mereka yang bersikap acuh tak acuh, pengalaman tak lebih dari goresan di atas pasir pantai. Usia tak menjamin apa-apa selain ketuaan baginya.

Mengungkap Tragedi Pembantaian Muslim Di Beutong Ateuh



Selain menguras habis kekayaan alam Aceh, rezim Soeharto juga melancarkan genosida atas Muslim Aceh. Yang terkenal adalah masa DOM (Daerah Operasi Militer) atau Operasi Jaring Merah (1989-1998). Banyak peneliti DOM sepakat jika kekejaman rezim ini terhadap Muslim Aceh bisa disetarakan dengan kekejaman yang dilakukan Milisi Serbia terhadap Muslim Bosnia di era 1990-an. Wilayah NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) yang sangat luas, sekujur tanahnya dijadikan kuburan massal di sana-sini. Muslim Aceh yang berabad-abad hidup dalam izzah Islam, dihinakan oleh rezim fasis Soeharto serendah-rendahnya.

7 Maret 2013

Warisan Tengku Muhammad Daud Beureueh Yang Terlantar


Sudah banyak orang bercerita tentang daya magis kepemimpinan Tengku Muhammad Daud Beureueh. Tokoh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) itu tak hanya dikenal sepak terjangnya memimpin perang gerilya dan berpidato menyihir massa, tetapi juga tak segan-segan mengayun cangkul dan bergelimang lumpur bersama rakyatnya. 

Tragedi Berdarah Simpang KKA

Tanggal 3 Mei punya banyak makna bagi warga Aceh Utara, dan juga bagi rakyat Aceh pada umumnya. Tanggal tersebut selain bermakna resistensi atau perlawanan rakyat melawan negara, juga sebuah kenangan buruk, betapa negara begitu semena-mena terhadap rakyatnya. Karenanya, saban tahun meski tak rutin karena kondisi Aceh tak selalu kondusif untuk mengenang tragedi warga Aceh Utara khususnya para korban tragedi Simpang KKA memperingatinya.

Soekarnoisme Tidak Usah Ajari Rakyat Aceh!


Aceh, berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia, karenanya tidak perlu memaksakan diri untuk menyamakannya. Rakyat Aceh sudah sangat memahaminya bagaimana membangun dirinya dari berbagai ekses yang terjadi sebagai dampak perlawanan terhadap rezim korup sebelumnya.


Selamatkan Rawa Tripa


Rawa Tripa adalah kawasan hutan gambut yang terletak di Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya (Abdya), memiliki luas 62.000 hektare (ha) lebih dan masuk ke dalam Kawasan Ekosistem Lauser (KEL). Namun, kondisinya kini sangat memprihatinkan. Dengan Hak Guna Usaha (HGU) yang didapat dari Pemerintah Aceh, Rawa Tripa kini “diperkosa” oleh tujuh perusahaan perkebunan sawit, yang sedikitnya sudah mengeksploitasi antara 3.000-13.000 ha. 

Putera Aceh Yang Terlupakan: Fatahillah Sang Pendiri Kota Jakarta


Ternyata, kontribusi Aceh untuk RI bukan hanya menyumbangkan dua pesawat terbang sebagai modal awal Indonesia ketika baru merdeka, atau bahasa pasee yang dijadikan linguafrangka, Nama Indonesia “masih ada” pada dunia internasional juga disuarakan lewat suara Radio Rimba Raya. Saat itu Indonesia sudah dikop kembali oleh Belanda dalam agresi ke II. Tapi juga yang mendirikan ibukota Negara Indonesia itu ternyata didirikan oleh seorang putra Aceh yang bernama Fatahillah.

Menguak Misteri Rumoh Geudong

Diantara sederet kisah luka di Aceh, Rumoh Geudong (Pos Sattis, -Kopassus) memang memiliki sebuah kisah dan sejarah tersendiri bagi rakyat Aceh. Ditengah isu politik pada masa akan dicabutnya Daerah Operasi Militer (DOM) pada tanggal 7 Agustus 1999 saat jendral Wiranto menjabat, semakin terbuka peluang atas pengungkapan berbagi kasus kejahatan HAM yang terjadi di Aceh.

Krueng Aceh (Sungai Aceh)


Krueng Aceh merupakan salah satu sungai yang terletak di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sungai ini berhulu di Cot Seukek Kabupaten Aceh Besar dan bermuara di desa Lampulo Kota Banda Aceh.

Keu Guree Kamoe Bapak Rusdi Sufi


Oleh: T.A. Sakti

Assalamu’alaikom kawom ikhwany
Hormat ulon bri akan pembaca
Lam “CAKRA HIMAS” lon keuneuk rawi
Keu Pak Rusdi nyang ka “bersara”

Hotel Aceh Dan Perjamuan Yang Terlupakan


Jamuan makan 16 Juni 1948 di Hotel Atjeh menjadi awal lahirnya Seulawah RI 01 dan 02, cikal bakal Garuda Indonesia Airways. Di depan para saudagar yang datang ke jamuan itu, Soekarno, dengan gaya khasnya berpidato. Ia meminta para saudagar Aceh menyumbangkan harta mereka untuk pengadaan pesawat terbang. Tak jelas apa yang dikatakan Bung Karno dulu. Tapi ruang jamuan makan itu bisa jadi saksi apa yang dibincangkan Soekarno dengan Daud Beureueh dan hartawan Aceh.

Buku Hasan Tiro: “Atjeh Di Mata Dunia” Dialihbahasakan


“Setelah peperangan besar dengan Belanda yang dimulai tahun 1873 dan selesai tahun 1937, tidak ada satu pemimpin Atjèh pun yang hidup, karena semua memilih syahid dalam peperangan daripada hidup menjadi budak Belanda. Teladan ini yang diberikan untuk kita sebagai cucunya, adalah suatu kemutlakan yang tidak bisa dibantah dan tidak perlu menunggu jawaban dari kita.”

Bendera HIMAS Dan GAM, Serupa Tapi Jauh Berbeda

Raut wajah seorang laki-laki berbaju loreng terlihat serius ketika memperhatikan selembar bendera terpancang diatas atap sebuah bangunan bertingkat dua yang kian usang dimakan waktu. Warna dasarnya merah, dihiasi dengan dua buah strip atas bawah berwarna biru. Tepat di tengah-tengah bendera tersebut terpampang cap sikureung, sebuah stempel kerajaan Aceh Darussalam masa kesultanan tempo dulu.




Aceh Dan Tengku Muhammad Daud Beureueh Yang Dikagumi Serta Yang Dikhianati

Pada 1893, Teuku Umar membuat terkejut pejuang Aceh ketika ia bersekutu dengan Belanda. Tapi dua tahun kemudian, setelah mendapatkan senjata dan logistik, ia berbalik mengkhianati Belanda. Versi lain menyebut, pembelotan Teuku Umar terjadi karena kecewa dengan Belanda. Artinya, bila tak kecewa, Teuku Umar tetap ikut Belanda. Entah mana yang benar, yang pasti, setelah itu muncul istilah yang populer: tipu Aceh.