Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami
ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam
surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman. (Qs. Huud 11:120). Upaya deislamisasi penulisan Sejarah Indonesia sudah berlangsung
cukup lama. Secara sistemik proses deislamisasi penulisan
Sejarah Indonesia, menjadikan peran Ulama dan Santri dibidang
ipoleksusbudhankam, tidak mendapat tempat yang terhormat dalam penulisan
Sejarah Indonesia. Sementara masyarakat awam dan Cendekiawan Muslim sangat
kurang memperhatikannya. Mereka mengira penulisan sejarah yang benar adalah
yang pernah dituliskan terlebih dahulu oleh sejarawan Belanda.
Sebagai
contoh, Ciri dari historiografi nasional yang dibentuk selama masa Orde Baru
adalah sentralitas negara yang diejawantahkan oleh militer. Sejarah nasional
disamakan dengan militer dan produksi sejarah dikendalikan oleh negara dan
militer. Beberapa dampaknya cerita tentang revolusi nasional akhirnya
memfokuskan pada peran menentukan dari militer dengan menyingkirkan pelaku
sejarah yang lain.
Dalam penulisan
sejarah nasional yang paling dirugikan dan dizalimi adalah Islam. Nyaris semua
produk sejarah Indonesia yang diajarkan kepada anak sekolah sejak SD sampai
perguruan tinggi adalah sejarah yang anti dan menegasikan Islam. Para pemuda
kita dibutakan atas sejarah masa lalu dari kebesaran Islam. Para
ilmuwan sejarah pun bisu atau membisukan diri atas penulisan sejarah yang tidak
berpihak kepada kebenaran. Determinasi kekuasaan sejak zaman penjajahan
Belanda sampai pemerintahan sendiri sangat kuat, tetapi
mereka paranoid terhadap Islam.
Menurut Dr.
Hamid Fahmi Zarkasyi, M.A., M.Phil., sejarah Islam perlu dipaparkan dengan
jujur dan diinternalisasi terus-menerus untuk membangun semangat perjuangan dan
peradaban. Orang Yahudi sangat berkepentingan memalsukan sejarah Islam karena
mereka paham bahwa sejarah bisa menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya
bagi kemajuan umat manusia. Dengan segala cara mereka melakukan
manipulasi sejarah seakan-akan sumbangan Barat terhadap peradaban manusia lebih
hebat daripada Islam. Banyak contoh, betapa sejarah Islam bukan saja
ditutup-tutupi, tetapi dikisahkan dalam bentuk kekalahan dan ketertinggalan.
Kesadaran
sejarah, yang dalam ilmu sejarah disebut dengan historisitas,
adalah gambaran tingkat kesadaran suatu kelompok masyarakat terhadap arti
penting masa lalu. Gambaran ini akan terlihat dari cara memandang masa lalu itu
sebagai suatu hal yang penting untuk diungkapkan secara benar. Berbagai
kepentingan dapat saja memboncengi pengungkapan masa lalu itu, seperti untuk kepentingan politik dalam
menjaga legitimasi suatu golongan dalam masyarakat, mungkin untuk tujuan
mengukuhkan keberadaan suatu ideologi atau kepercayaan tertentu ataupun sekedar
memperoleh kenikmatan kenangan masa lalu. Pengungkapan sejarah masa lalu (historiografi)
dari suatu masyarakat sangat ditentukan oleh kesadaran sejarah yang mereka
miliki, karena, baik bentuk ataupun cara pengungkapannya, akan selalu merupakan
ekspressi kultural dan pantulan keprihatinan sosial masyarakat yang
menghasilkan sejarah itu sendiri (Taufik Abdullah,1985:XX ; Sartono, 1982:16).
Prof. Ahmad
Mansur Suryanegara adalah “sedikit dari sangat sedikit” Sejarawan yang “berani”
untuk mengungkap fakta dan data sejarah yang “tersembunyi dan disembunyikan”
untuk melakukan pengungkapan sejarah yang “tersembunyi” dan pelurusan sejarah
yang “disembunyikan” terutama terhadap peran umat Islam (terkhusus Ulama dan
Santri) sehingga Realitasamnesia sejarah yang kini menghinggapi
bangsa besar ini, tidak terkecuali para pemimpinnya, menjadikan perjuangan para
sejarawan untuk membuat bangsa ini melek sejarah semoga tidak menjadi semakin
terjal dan berliku.
Api Sejarah
buku yang akan mengubah drastis pandangan anda tentang sejarah Indonesia, adalah
usaha yang dilakukan Prof. Mansur SN untuk menyalakan api sejarah
umat Islam di Indonesia.“Buku ini
adalah upaya kecil saya dalam melakukan pelurusan sejarah, khususnya kepada
generasi muda Indonesia. Harus dipahami bahwa kekuasaan itu menentukan
kepastian sejarah. Dan saya seperti juga kebanyakan ulama yang lainnya (baik di
masa lalu maupun di masa kini) yang tidak duduk dalam struktural kekuasaan
negeri ini. Menulis dan menerbitkan buku adalah usaha yang dapat saya lakukan
untuk menyalakan api sejarah umat Islam di Indonesia,” urai
Ahmad Mansur kepada Annida-Online.
Api Sejarah
berisi tentang sejarah perjuangan Indonesia yang belum pernah terungkap dan
diungkap. Beberapa fakta sejarah seperti Indonesia yang telah diislamkan sejak
lama dapat dilihat dari simbol-simbol keislaman seperti warna bendera Sang Saka
Merah Putih yang diadaptasi dari warna Islam, bukan dari lambang Majapahit,
yang selama ini diketahui khalayak, pergerakan organisasi dan partai Islam yang
mengupayakan kemerdekaan RI, sampai asal-usul beberapa pejuang Islam, diungkap
secara lugas, tajam, dan bernas oleh Ahmad Mansur Suryanegara.
Membaca
halaman demi halaman buku Api Sejarah bagi saya adalah seperti sebuah cermin bagi serbasejarah,
meski tak serupa dan jauh dari kata “sama” tetapi spirit “API” semoga menemukan
titik sambung. Lebih dari 200 posting serbasejarah sejak november 2008 berupaya
menunjukan kiprah perjalanan sejarah Islam Indonesia dan Alhamdulillah dengan
adanya buku Api Sejarah banyak fakta dan data serta rekonstruksi sejarah yang
melengkapi dan memperkaya khazanah pemahaman sejarah dari sang pembelajar.
Kenapa
seperti sebuah cermin? karena nalar penulisan serbasejarah “mudah-mudahan”
sama dengan nalar penulisan Api Sejarah, meskipun tentunya keluasan
argumentasi, fakta, data dan kedalaman analisa pastinya Prof. Mansur lebih
dalam, tinimbang sang pembelajar dalam posting serbasejarah.
Banyak fakta
dan data yang “tersembunyi” dan “disembunyikan” yang diungkap dalam buku Api
Sejarah memperkaya argumentasi dari beberapa tulisan yang sudah terposting
dalam serbasejarah. Diantaranya: Sejarah Masuk Islam ke Indonesia yang dimulai
abad ke-1 dan 2 Hijriah sampai perjuangan para wali di Indonesia, Perjuangan
Gerakan Islam melawan penjajah Belanda yang dalam buku Api Sejarah dimotori
oleh para Ulama dan Santri seperti Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, Perdebatan Islam
non Islamnya Sisingamangaraja XII, Para Tokoh Perang Jawa, Pengeran Dipenegoro,
Perang Banjar, serta Kapitan Patimura. Fakta-fakta diatas bisa kita baca
terutama dalam bab 2 dan 3 buku Api Sejarah yaitu bab kedua tentang “Masuk dan
Perkembangan Agama Islam di Nusantara Indonesia serta bab ketiga tentang “Peran
Kekuasaan Politik Islam Melawan Imperialisme Barat”.
Sementara
bab keempat atau bab terakhir dalam buku Api Sejarah membahas tentang: “Peran
Ulama dalam Gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional (1900-1942)” dimulai dengan
menyoroti tokoh sejarah wanita R.A Kartini dan Raden Dewi Sartika, Kehadiran
Snouck Hurgronje yang menjadi tank-tank politik Islam Hindia Belanda,
Melumpuhkan Ulama melalui Politik Etis, Kebangkitan Nasional, Tentang Boedu
Utomo, Syarikat Dagang Islam, dan Syariat Islam, lahirnya gerakan Islam yaitu
Muhammadiyah, Nahdlatoel Oelama, Persatoean Islam, serta lainnya.
Segala fakta
dan data yang ditampilkan dalam Api Sejarah terhadap peristiwa-peristiwa
sejarah di atas betul-betul akan “Mengubah Drastis Pandangan tentang
Sejarah Indonesia”, karena Api Sejarah mampu menemukan fakta yang
“tersembunyi” dan meluruskan data dari yang “disembunyikan”, jika anda
berkenaan dan tertarik dengan Buku Api Sejarah, maka bacalah buku tersebut, dan
anda akan menemukan sendiri sejarah yang tersembunyi dan disembunyikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar