Bunga Rampai Aceh

Selamat Datang Di "Bunga Rampai Aceh" Http://ChaerolRiezal.Blogspot.Com

3 Juli 2012

Berita Nabi Isa Tentang Kedatangan Nabi Muhammad SAW


Dalam Al-Quran, kita membaca bahwa Nabi Isa as. telah memberikan kabar gembira dengan datangnya seorang nabi setelahnya yang bernama ‘Ahmad’. Lalu, apakah nama ini terdapat dalam Injil sekarang?

Nama ‘Ahmad’ terdapat dalam Al-Quran demikian, “Dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad. Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa mukjizat dan bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.’”(QS. Shaf []: 6).

Kabar gembira yang dinukil dari Nabi Isa as. juga termuat dalam Injil Johanes, Bab XIV, Bab XV dan Bab XVI. Di sana Nabi Isa as. memberitakan tentang kedatangan seseorang setelahnya yang bernama “Paraclete”. Berbagai indikasi menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw. Untuk memperjelas topik ini, kita mau tidak mau harus menukil teks ayat-ayat Injil dalam bab yang telah disebutkan.

“Jika kamu mencintai-Ku, peliharalah ajaran-ajaran-Ku dan Aku akan meminta kepada Bapa agar mengirimkan untukmu Paraclete lain yang akan bersamamu selamanya. Ia adalah Roh kebenaran yang tidak dapat diterima dunia, sebab dunia tidak melihat dan tidak mengenalnya, akan tetapi Ia mengenalmu sebab, Ia berada di sisimu dan akan ada dalam dirimu.”

“Aku telah sampaikan ucapan-ucapan ini kepadamu tatkala bersamamu tetapi Sang Penghibur, yaitu ‘Roh Kudus’, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku. Dialah yang akan mengajarkan segala hal kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

“Sekarang sebelum terjadi, Aku telah beritahukan kepadamu sehingga tatkala terjadi kamu harus beriman kepadanya.”

“Sebab Paraclete yang akan Aku kirimkan untukmu dari Bapa adalah Roh kebenaran yang datang dari sisi Bapa, maka Ia akan bersaksi tentang Aku.”

“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Diakepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum. Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya, sebab itu Aku berkata, ‘Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.’”

Dari teks-teks di atas kita memperoleh bukti konkret yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “Paraclete” ialah seorang nabi yang datang setelah Nabi Isa as, bukan Roh Kudus:

Pertama-tama, harus diperhatikan bahwa beberapa sejarah Kristen menjelaskan pada masa pra-Islam sebuah hal yang tak dapat dipungkiri di kalangan uskup dan para ahli tafsir Injil bahwa Paraclete adalah seorang nabi yang dijanjikan itu, bahkan terdapat kelompok yang telah menyalahgunakan tema ini dan mengaku sebagai Paraclete yang dijanjikan.

Sebagai contoh, seorang lelaki ahli tarekat bernama Montasar yang hidup di abad II M, tepatnya pada tahun 178, mengaku sebagai nabi di kawasan Asia Minor dan mengatakan, “Akulah Paraclete yang telah diberitakan kedatangannya oleh Isa Al-Masih”, dan berhasil meraih sebuah kelompok sebagai pengikutnya.

Bukti-bukti dan sejarah Islam yang tidak dapat dipungkiri sepenuhnya menunjukkan bahwa para pemimpin politik dan spiritual dunia Kristen menanti kedatangan nabi yang dijanjikan dalam kitab Injil. Oleh karena itu, tatkala utusan Rasulullah Saw. menyampaikan surat beliau kepada penguasa Habasyah dan, setelah membaca surat, penguasa Habasyah menoleh ke arahnya seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa dia adalah seorang nabi yang dinanti-nanti oleh ahli kitab.” Sebagaimana Nabi Musa as. telah memberitakan kenabian Nabi Isa as, beliau juga memberitakan kenabian seorang nabi di akhir zaman dan menjelaskan ciri-ciri dan tanda-tandanya.

Tatkala surat Rasulullah Saw. sampai ke tangan Kaisar [Romawi] kemudian membacanya, ia meneliti hal-ihwal sosok Rasulullah Saw. dan menulis jawaban untuk Rasulullah Saw. yang berbunyi, “Aku telah membaca surat Anda dan memahami dakwah Anda. Aku telah mengetahui bahwa seorang nabi akan muncul, akan tetapi aku mengira nabi tersebut akan datang dari negeri Syam.” Dari teks dan dokumen sejarah ini dapat disimpulkan bahwa mereka menanti datangnya seorang nabi, dan penantian semacam ini secara pasti memiliki akar yang bersumber dari kitab Injil.

Indikasi-indikasi kedatangan Paraclete yang telah disebutkan Nabi Isa as. meyakinkan kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Paraclete tidak lain adalah seorang nabi yang dijanjikan, dan beberapa indikasi ini menutup ruang penafsiran Paraclete sebagai Roh Kudus dengan penjelasan sebagai berikut:

Pertama, Nabi Isa as. mengawali perkataannya dengan ucapan yang berbunyi, “Jika kalian mencintai aku, maka kalian harus memperhatikan ajaranku dan aku akan meminta ayahku agar mengirimkan Paraclete yang lain untuk kalian.”

Pengingatan akan kasih sayang dan kecintaan Nabi Isa as kepada mereka menunjukkan bahwa beliau memprediksikan adanya suatu kelompok dari umatnya yang tidak akan mengikuti sosok yang beliau beritakan kedatangannya. Oleh karena itu, melalui stimulasi emosional beliau hendak mendorong mereka untuk menerimanya. Jika yang dimaksud dengan Paraclete adalah Roh Kudus sebagaimana yang dipersepsikan para ahli tafsir Injil, maka tidak perlu adanya persiapan semacam ini.

Sebab, Roh Kudus pasca penjelmaan begitu kuat pengaruhnya dalam hati dan jiwa hingga tidak menyisakan ruang keraguan dan pengingkaran bagi seseorang. Akan tetapi jika yang dimaksud dengan Paraclete adalah seorang nabi yang dijanjikan, maka sangat diperlukan adanya persiapan tersebut, karena seorang nabi yang dijanjikan tidak memiliki cara lain dalam memberikan pengaruh kecuali dengan penjelasan dan penyampaian kepada hati dan jiwa. Dengan begitu suatu kelompok yang bijak akan mengikutinya dan kelompok lain akan berpaling darinya.

Nabi Isa as. tidak cukup dengan bentuk peringatan ini. Beliau dalam ayat 29, bab 14 bersikeras dan berkata, “Sekarang aku telah sampaikan kepada kalian sebelum kedatanganya sehingga tatkala ia datang kalian akan beriman kepadanya.” Padahal keyakinan kepada Roh Kudus tidak membutuhkan nasehat, apalagi desakan keras semacam ini!

Kedua, Nabi Isa as. berkata, “Paraclete lain akan dikirimkan kepada kalian.” Jika kita katakan maksudnya adalah nabi lain, maka perkataan ini sepenuhnya benar. Akan tetapi jika maksudnya adalah Roh Kudus, maka penggunaan kata “yang lain” tidak lepas dari kritik, sebab Roh Kudus adalah satu dan kata Roh Kudus “yang lain” tidak memiliki makna.

Ketiga, “Segala hal yang telah Aku katakan kepadamu akan mengingatkanmu.” “Roh kebenaran yang datang dari Bapa akan bersaksi tentang Aku.”

Dikatakan bahwa Roh Kudus turun kepada orang-orang Hawari selama lima puluh hari pasca penyaliban Nabi Isa as. Apakah orang-orang pilihan ini telah melupakan ajaran nabi mereka dalam waktu yang singkat ini sehingga Roh Kudus harus dua kali mengajarkan kepada mereka?!

Apa perlunya murid-murid Nabi Isa as. kepada kesaksian beliau sehingga beliau harus bersaksi tentang Al-Masih! Namun jika yang dimaksudkan adalah seorang nabi yang dijanjikan, maka kedua kalimat itu akan menjadi benar, sebab umat Nabi Isa as. telah melupakan begitu banyak ajaran beliau karena panjangnya masa dan adanya rekayasa oleh pemuka Injil. Dan sebuah kelompok tertentu juga telah melupakan ajaran-ajaran beliau as. Nabi Muhammad Saw. telah menjelaskan persoalan tersebut dan telah bersaksi atas kenabian Isa as. seraya bersabda, “Dia pun seorang nabi sepertiku, dan ibunya dibebaskan dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar serta kehormmatan Nabi Isa as. disucikan dari klaim ketuhanan.”

Keempat, “Jika aku tidak pergi maka Paraclete tidak akan datang kepada kalian.”[12]. Ia mensyaratkan kedatangan Paraclete dengan kepergiannya (ketiadaannya), dan jika yang dimaksudkan adalah Roh Kudus, maka kedatangannya untuk dirinya dan kaum Hawari tentulah tanpa syarat kepergiannya, sebab menurut keyakinan orang-orang Kristen, Roh Kudus diturunkan kepada kaum Hawari dimana Nabi Isa as hendak mengutus mereka berdakwah ke daerah-daerah sekitar[13]. Oleh karena itu, turunnya Roh Kudus sama sekali tidak bergantung pada kepergian Nabi Isa as. Akan tetapi apabila yang dimaksudkan adalah seorang nabi pembawa agama, apalagi agama dunia, maka dalam hal ini kedatangnya akan bergantung pada kepergian Nabi Isa as. dan penghapusan agamanya.
Kelima, turunya Paraclete ditandai dengan tiga hal: “Dunia akan diisi dengan dosa, kejujuran dan keadilan,[14] sebab mereka tidak beriman kepadaku.”[15] Berdasarkan keyakinan orang-orang Kristen, kita tahu bahwa Roh Kudus telah turun kepada kaum Hawari selama lima puluh hari pasca penyaliban Nabi Isa as. dan sama sekali tidak memaksa mereka berbuat dosa, jujur dan berbuat adil. Dan dari lanjutan ayat dapat dipahami bahwa Roh Kudus menjelma kepada orang-orang yang ingkar, bukan kepada kaum Hawari yang sama sekali tidak pernah menyangkal Nabi Isa as. Akan tetapi, jika kita katakan bahwa yang dimaksud adalah seorang nabi yang dijanjikan, maka segala keistimewaan ini terkumpul pada sosok mulia beliau.

Keenam, “Paraclete akan bersaksi bahwa akulah Al-Masih”[16], “Ia akan memberitakan tentang kalian di masa depan dan akan memberikan pujian kepadaku.”[17]. Kesaksian atas Al-Masih menunjukkan bahwa Paraclete bukanlah Roh Kudus, sebab kaum Hawari tidak memerlukan bukti kebenarannya. Begitu pula yang dimaksud dengan penghormatan yang diberikan kepadanya adalah pujian dan penjelasan oleh seorang nabi yang dijanjikan mengenai Al-Masih dan telah menyempurnakan agamanya. Lantas keagungan apakah yang melebihi keagungan tersebut!

Mencermati idnikasi-indikasi di atas cukup kiranya membimbing kita ke arah hakikat yang telah dicapai oleh para peneliti Islam. Tentu saja indikasi-indikasi itu tidak terbatas pada beberapa poin yang telah disebutkan, bahkan dengan kejelian maksimal dapat di gali sejumlah indikasi lain.

Akhirnya, kita bubuhkan materi yang tak kurang signifikannya dari Ensiklopedia Besar Perancis, jld. 23, hlm. 4174 berikut ini:
“Muhammad adalah seorang pendiri Islam, utusan Allah dan penutup para nabi. Nama ‘Muhammad’ bermakna yang sangat dipuji, berasal dari kata abstrak hamd yang berarti pujian dan penghormatan. Menurut kejadian unik secara kebetulan, nama lain sebagai sinonim kata ‘Muhammad’ yang juga berasal dari kata hamd adalah kata ‘Ahmad’, dimana kemungkinan besar para pengikut Nabi Isa as. di Jazirah Arab menggunakan kata ini untuk menentukan Paraclete. Ahmad berarti yang sangat terpuji dan sangat terhormat merupakan terjemahan dari kata Periclitus yang secara salah tertulis dengan kata ‘Paraclitus’. Dengan demikian, para penulis Muslim telah berulang kali mengingatkan bahwa yang dimaksud dengan kata ini adalah berita gembira atas kemunculan Nabi Islam. Al-Quran secara terang-terangan juga mengungkapkan topik ini dalam ayat penuh pesona dari surah Al-Shaff.”[18].
(Disadur dari buku Anîs Al-A`lâm, karya Fakhrul Islam)
________________________________
(1). QS. Shaff []: 6.
(2). Injil Johanes, bab XIV, XV, dan XVI, cet. London, tahun 1837 M. Kita juga menukil teks lain dari cetakan ini serta telah kita cocokkan dengan terjemahan bahasa Persia lain yang dinukil dari bahasa Syria dan Kasdim.
(3). Ibid., bab XIV, ayat 25-26.
(4). Ibid., bab XIV, ayat 29.
(5). Ibid., bab XIV, ayat 26.
(6). Ibid., bab 16 kalimat 7-15.
(7). Anîs Al-A`lâm, jld. 2, hlm. 179, dinukil dari “Lim Meyur” cet. 1848 M.
(8). Al-Tobaqôt Al-Kubrô, jld. 1, hlm. 259; Al-Sîroh Al-Halabiyyah, jld. 3, hlm. 279.
(9). Al-Kâmil fî Al-Târîkh, jld. 2, hlm. 44.
(10). Injil Johanes, bab XVI, ayat 14.
(11). Ibid., bab XV, ayat 26.
(12). Ibid., bab VII, ayat 15.
(13). Injil Matius, Bab X, ayat 29; Injil Lukas, bab X, ayat 17.
(14). Dalam banyak Injil klasik, tercantum pencelaan sebagai ganti dari kata ‘pemaksaan’, dan kalimat kedua lebih jelas dan cocok. Ketika sebagian Ahli tafsir dan para penulis Kristen tatkala sampai di kalimat ini melihat bahwa kalimat ini sama sekali tidak cocok dengan Roh Kudus, dan dengan sangat heran mengatakan bahwa pemimpin dunia ialah setan itu sendiri yang menyeret manusia ke lembah dosa. Bukti atas hal ini ialah perkataan Nabi Isa as. dalam ayat 30, “Pemimpin dunia akan muncul dan tidak bisa menguasaiku.” Penafsiran ini tidak lain adalah sebuah pemikiran setan, sebab sekiranya ada pemimpin dunia semacam itu hingga memaksa manusia berbuat dosa, bagaimana ia juga mengharuskan manusia untuk berbuat jujur dan bijkasana?!
(15). Ibid., bab XVIII, ayat 9-10.
(16). Ibid., bab XV, ayat 27.
(17). Ibid., bab XVI, ayat 14-15.
(18). Muhammad Khotam-e Peyambaron, jld. 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar