Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat
Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah
naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan
diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan
yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam
akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan
politik. Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul
Muslimin tersebar ke seluruh dunia. Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam
berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah
yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal
dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual
saja. Ikhwanul Muslimin memiliki
kredo berupa:
1. Allah tujuan kami
2. Rasulullah teladan kami
3. Al-Qur’an landasan hukum kami
4. Jihad jalan kami
5. Mati syahid cita-cita kami yang tertinggi
1. Allah tujuan kami
2. Rasulullah teladan kami
3. Al-Qur’an landasan hukum kami
4. Jihad jalan kami
5. Mati syahid cita-cita kami yang tertinggi
Walaupun begitu, Ikhwanul Muslimin tetap
mengikuti perkembangan teknologi dan tidak meninggalkannya. Sebagai organisasi
Islam moderat,Ikhwanul Muslimin diterima
oleh segala lapisan dan pergerakan. Ikhwanul Muslimin menekankan adaptasi Islam terhadap era
globalisasi, bukan berarti umat Islam turut terseret dalam era
globalisasi. Ikhwanul Musliminmengadopsi
sebagian besar ajaran Da’wah Salafiyyah.
A. Lahirnya Gerakan Ikhwanul Muslimin Di Mesir
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hassan al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimindibuat dan disahkan pada Rapat Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September1930. Pada tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul Muslimindisusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, Ikhwanul Musliminmenerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.
Sosok Albana yang cerdas, ikhlas, namun tetap memilih
jalan perjuangan dengan kesederhanaannya, hal ini banyak menarik hati rakyat
Mesir. Siapa pun yang diajaknya bicara selalu terkenang dengan kebersihan hati
beliau yang memancar dari kedua matanya yang jernih dan senyumnya yang tulus.
Albana selalu mengajak orang-orang yang ditemuinya untuk kembali ke jalan Islam
yang lurus, untuk kembali ke jalan dakwah Rasulullah SAW yang hanya
menggantungkan hidup dan kehidupan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dakwah
Ikhwan pun berkembang luas dan merekrut banyak kader di berbagai kota di Mesir.
Di tahun 1933, kantor Ikhwanul Muslimin dipindahkan dari Ismailiyah ke Kairo.
Penekanan dakwah yang dilakukan Ikhwan adalah memakmurkan masjid-masjid,
menghidupkan pembinaan (usrah) dalam arti sebenarnya dan hanya untuk menegakkan
Islam dalam dada para anggotanya, mendirikan lembaga-lembaga pendidikan,
perpustakaan-perpustakaan, dan pusat-pusat kegiatan sosial di Mesir. Model
dakwah Islam yang dilakukan Ikhwan ini selalu membantu dan meringankan
kehidupan rakyat Mesir yang saat itu masih banyak yang kesusahan dalam arti
sebenarnya. Selain menanamkan ruhiyah umat dengan tauhid yang benar, wala wal
baro’ yang lurus, Ikhwan lewat Albana juga merintis usaha perekonomian
kerakyatan yang banyak membantu kesulitan hidup rakyat Mesir kebanyakan. Inilah
kiprah Albana yang mampu membuat gebrakan baru yang belum pernah dilakukan oleh
para ulama besar di Al-Azhar saat itu.
Pada masa itu, banyak orang Mesir di Kairo yang alergi
dengan nilai-nilai Islam. Barat dengan segala hal yang sesungguhnya merusak
dianggap sebagai peradaban yang jauh lebih maju ketimbang Islam. Islam dipinggirkan
dan dianggap sebagai agama yang jumud. Albana dengan Ikhwannya meluruskan
anggapan yang keliru ini dengan tulus dan cinta. Umat tidak dicekoki dengan
materi-materi tarbiyah yang nyeleneh, yang haq dinyatakan haq sedangkan yang
bathil dikatakan bathil, jadi tidak pernah Ikhwan dan Albana “mengusap-usap”
sesuatu yang makruh menjadi al-haq. Ketegasan Ikhwan seperti inilah yang
membuatnya beda dan menarik hati ratusan ribu hingga jutaan umat Islam yang
ada.
B. Perkembangan Gerakan Ikhwanul Muslimin Di Mesir
-Perkembangan 1930-1948
Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah.
Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu,
pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul
Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan
al-Banna. Pada tahun 1948, Ikhwanul
Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat
organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi,
Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak
lama setelah pembekuan Ikhwanul
Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.
-Perkembangan tahun 1950-1970
-Perkembangan tahun 1950-1970
Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh
pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi
organisasi Ikhwanul Muslimin.
Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen
Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul
Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950
dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah
pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan
monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi,Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan
Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer
sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir
menganggap gerakan Ikhwanul
Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci
oleh pemerintah.
-Perkembangan Tahun 1970-Sekarang
Ketika Anwar
Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul
Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi
yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani
menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni
Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul
Muslimin, dimana ikhwanul mendududki posisi sebagai oposisi di parlemen
Mesir.
C. Tujuan Gerakan Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam,
mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan
Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh
para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih
menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan
fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik.
Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul
Muslimin tersebar ke seluruh dunia. Orientasi gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir ingin
mengubah rakyat Mesir yang tadinya alergi terhadap Islam dan menderita"minderwaardigheit-complex",
perasaan minder karena beragama Islam, menjadi umat yang bangga dengan Islam.
Strategi awal adalah memberi kejernihan dalam makna syahadat yang merupakan
gerbang utama dalam berIslam. “Tiada Tuhan selain Allah SWT, dan Muhammad
adalah Rasulullah SAW!” Inilah Islam yang sejati. Jadi tiada tuhan-tuhan yang
lain selain Allah SWT.
Cita-cita
besar gerakan Ikhwan di Mesir adalah mengubah masyarakat Mesir secara
menyeluruh kepada masyarakat yang semata berlandaskan Syariah Islam. Dengan
tegas Ikhwan selalu mengatakan memperjuangkan Syariah Islam dan tidak pernah
malu-malu atau ragu untuk mengatakan hal itu. Dalam waktu singkat, gerakan
Ikhwan pun mendapat kader yang cukup banyak. Sehingga pada tahun 1936 mendapat
perhatian khusus dari penguasa Mesir ketika itu. Seperti halnya Rasulullah SAW
yang dalam mendakwahkan Islam banyak mengirim surat kepada raja-raja di Jazirah
Arab untuk menerima Islam secara utuh dan membuang tradisi-tradisi yang tidak
baik, Hasan Albana pun tanpa ragu dan tetap dengan santun namun tegas
mengirimkan berbagai surat seruan kepada Raja Faruk dan para menterinya untuk
sadar dan mau membuang undang-undang Barat yang sekuler dan menggantinya dengan
Undang-Undang Islam, yakni kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Bukan itu
saja, Albana juga menyerukan agar para pemimpin dan pejabat Mesir bisa
mencontohkan hidup yang baik kepada rakyatnya seperti tidak hidup
bermewah-mewahan (apalagi atas fasilitas negara yang sebenarnya merupakan uang
rakyat) di tengah lautan kemiskinan dan kesulitan hidup rakyatnya, mengharamkan
pergaulan bebas, mengharamkan berjudi dalam segala bentuknya, menghentikan
segala acara yang dianggap mubazir dan foya-foya seperti yang ditampilkan di
berbagai klub malam dan panggung hiburan, dan menegakkan sholat (jadi bukan
hanya mengerjakan sholat).
Selain itu,
dalam suratnya, Albana juga menyerukan agar para pejabat negara mulai
membiasakan berbahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an menggantikan bahasa Ingris
dan Perancis yang saat itu biasa dilakukan para pejabat dalam acara-acara
kenegaraan, menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah Islam dan tidak
memasukkan anak-anak Mesir ke sekolah-sekolah Barat yang secara akidah akan
bisa sangat merusak. Saat itu, surat seruan ini sangat menggemparkan Mesir. Banyak
pejabat Mesir yang tidak suka karena mereka telah terbiasa hidup mewah dari
fasilitas negara, namun rakyat kebanyakan sangat mendukung karena menganggap
tugas asasi para pejabat negara dan alat-alat negara lainnya adalah melayani
umat, bukan umat yang harus jadi pelayan atau bahkan sapi perah bagi para
pejabat tersebut. Politik sesungguhnya adalah cara untuk mengIslamkan negara,
bukan sebaliknya, Islam dijadikan sekadar alat politik untuk mencapai
tujuan-tujuan duniawi yang sangat murah dan absurd.
Salah satu
sentral perhatian Ikhwan di Mesir adalah pembinaan terhadap generasi muda.
Hassan Al-Banna amat menekankan pentingnya sektor ini. Kepada penguasa, tanpa
lelah Hassan Al-Banna menyerukan agar kurikulum di sekolah-sekolah Mesir
direkonstruksi kembali, terutama dalam materi keagamaan, moral, dan juga
sejarah Dunia Islam. Albana juga menegaskan jika materi pengajaran di
sekolah-sekolah haruslah dibersihkan dari paham materialistik.
Dakwah
Ihkwan di Mesir meluas hingga ke berbagai negara dan benua. Dengan tegas Albana
berkata: “Kita tidak akan berdiam diri dan merasa senang atau berhenti selagi
Qur'an belum benar-benar menjadi perlembagaan negara. Kita akan hidup untuk
mencapai tujuan ini atau mati karenanya" Al-Qur’an adalah undang-undang
dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal bernegara. Tidak pernah sekali
pun prinsip-prinsip Islam dikorbankan demi menggapai suatu hal yang bersifat
duniawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar