Seperti
kita maklumi, sifat dan karakter seseorang sangatlah berbeda dari setiap orang
dan terkadang begitu sulit untuk diprediksi. Betapa tidak, hal ini pun telah
diperjelaskan dalam kitab Suci Al-Qur’an surat Al Hujaraat ayat 13, yang
berbunyi: “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal. (49:13)”
Sering
kali kita tersentak pada perilaku seseorang yang selama ini dipersepsikan baik,
ternyata mempunyai tabiat yang tidak mengenakkan tanpa diketahui siapa pun. Begitu
juga sebaliknya, orang yang tak pernah kita sangka baik, malah mempunyai
pendaran cahaya di hatinya. Siapa tahu?
Barang
kali, komunikasilah yang paling cocok untuk mengetahui lebih dalam tentang
harta karun tersebut, seperti halnya kata banyak orang “perkataan mu bisa
mencerminkan perbuatan mu”. Namun, komunikasi ideal seperti apa yang mampu
memberikan pencerahan kepada kita tentang bagaimana cara memahami orang lain
dengan segala kekurangan dan kelebihannya? Mengoptimalkan sisi-sisi kehidupan
si lawan bicara, menganalisisnya secara tajam, dan mempraktikkan beberapa
eksperimen sehingga reaksinya dapat kita tuai sebagai pelajaran hidup.
Memang,
kita akan terkesan seperti seorang detektif yang mengutak-ataik dan
mengobrak-abrik seluruh data penting seseorang atau pun seperti seorang Sang
Hacker. Kadang-kadang, hal ini membuat orang lain tak nyaman dengan cara
komunikasi kita. Akan tetapi, pelajaran seperti ini– yang diharapkan dilakukan
sepanjang hayat– mutlak dilakukan sehingga kita mampu menyelami dan memosisikan
diri kita jika menjadi lawan bicara. Dengan menduplikasi sedikit perilaku
mereka, kita akan lebih bijak menyikapi hidup.
Kerap
kali, orang memandang bahwa mempelajari lawan bicara hanya cukup dari cara
mereka bertutur kata. Orang yang pandai berbicara dan mengumbar janji, lebih
dianggap telah mempuni terhadap segala hal. Padahal, pendapat ini perlu
dipertanyakan keabsahannya, karena ada cara lain yang lebih dapat mewakili
pribadi seseorang, yaitu komunikasi nonverbal. Sebenarnya, setiap hari kita
telah terbiasa menggunakan bahasa tanpa ucapan – orang mengenalnya sebagai
“Bahasa Tubuh” atau Body Language.
Tentu
saja kita pernah dan sering mengamati rekan atau kawan kita di kampus yang acuh
tak acuh saat diajak berbicara, spontan mengalihkan topik pembicaraan, ataupun
tanda kegemaran dari raut wajahnya. Dari situ, kita telah bisa mencoba mengurai
sebuah pertanyaan, “Mengapa dia seperti itu?” sehingga dihasilkan jawaban,
“Sepertinya, aku harus melakukan ini dech!” Namun, yang menjadi kendala adalah
kita pernah memolakan ketika kita dihadapakan pada hal tersebut.
Pernahkah
anda berpikir ketika mendapat masalah dan bertanya, “sepertinya aku pernah
mengalami masalah ini dengan si A, deh!” atau “wah, kena masalah dengan si B
lagi, nih! Atau “kasus itu lagi .....”
bahwa semua itu adalah kegagalan kita dalam memahami bahasa tubuh seseorang ? Apabila
telah tahu ada perubahan tatapan mata, ekspresi wajah, ataupun gerak-geriknya,
akan sangat mudah bagi kita untuk memprediksikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar