Peringatan hari
Mab’ats atau hari kenabian tanggal 27 Rajab sudah berlalu. Namun masih ada
banyak hal yang perlu diungkap dan dibacakan mengenainya. Sebab, kenabian
Rasulullah Muhammad SAW adalah kenabian terakhir yang berarti bahwa beliau
adalah duta Allah terakhir yang membawa risalah paling lengkap dan abadi
sepanjang masa. Kenabian Muhammad SAW adalah awal dari sebuah perubahan besar
dalam sejarah umat manusia, yang sampai sekarang dan akan selamanya mempengaruhi
proses kehidupan ini. Tak syak, misi besar yang diembannya membuktikan bahwa
nabi terakhir ini adalah manusia yang paling agung di sisi Allah swt.
Nabi Muhammad
SAW menjalankan tugas kenabian dan menyampaikan risalah ilahiyah selama 23
tahun. Perjuangan beliau dalam menyebarkan dan mengajarkan agama Allah ini
sangat mengagumkan. Tak ada peluang yang disia-siakan oleh beliau. Pantas bila
Allah memerintahkan umat manusia untuk meneladani Rasulullah. Dalam surah Al Ahzab
ayat 21 Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah teladan
yang baik bagi mereka yang berharap Allah dan hari akhir serta banyak mengingat
Tuhan.”
Dengan demikian,
bisa disimpulkan bahwa siapa saja yang ingin mengenal Islam dan mengamalkannya
dengan benar, hendaknya ia mencontoh perilaku, tata krama dan tutur kata
Rasulullah SAW. Dalam banyak ayatnya, Al Qur’an memerintahkan umat Islam untuk
menaati Allah dan Rasul, supaya mereka selamat dan memperoleh rahmat dari
Allah. Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah ini telah banyak melakukan
perjuangan dan pengorbanan untuk penyebaran Islam dan penguatan sendi-sendi
agama. Karena itu, beliau pasti berharap dari umatnya untuk melakukan beberapa
hal yang dapat menghadiahkan kemajuan, kemuliaan dan kebahagiaan bagi agama dan
umat Islam.
Bisa dikatakan,
harapan paling utama dari Rasulullah SAW adalah persatuan dan persaudaraan di
antara umat Islam. Sejarah telah membuktikan bahwa perselisihan yang ada di
tengah umat sejak dahulu telah melemahkan kaum muslimin sehingga mereka
terjebak ke dalam perangkap musuh. Negeri mereka dijajah, kekayaan dirampas dan
kebebasan dipasung. Semua itu terjadi tanpa dan perlawanan berarti dari kaum
muslimin yang sudah dilemahkan oleh pertikaian dan perselisihan di antara
mereka, padahal agama Islam adalah agama yang mengajak kepada persatuan.
Dalam agama
Islam, banyak hal yang sebenarnya membawa pesan persatuan, salah satunya adalah
sosok pribadi Muhammad SAW sebagai nabi bagi umat ini. Semua orang muslim
mengakui bahwa beliau adalah nabi terakhir yang diutus Allah kepada umat
manusia. Beliaulah teladan ketaqwaan dan kesucian. Karena itu sudah semestinya,
di zaman yang diwarnai oleh kemelut dan konflik besar ini, umat Islam khususnya
para pemimpin di negara-negara Islam menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai simbol
persatuan. Surah Al Anfal ayat 46 menegaskan, “Taatilah Allah dan RasulNya dan
jangan sampai kalian berselisih sehingga kalian menjadi lemah dan kehilangan
kekuatan. Bersabarlah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
Salah satu
ajaran Nabi Muhammad SAW adalah melawan kezaliman. Sebagaimana Islam melarang
umatnya untuk berbuat zalim, Islam juga memerintahkan umat ini untuk melawan
kezaliman. Jika kita menelaah seluruh lembar kehidupan Nabi SAW, akan kita
dapat bahwa beliau adalah orang yang berdiri di front terdepan dalam melawan
kezaliman. Perang melawan kezaliman akan memberikan kebesaran dan kemuliaan
kepada umat Islam. Nabi SAW tentunya mengharapkan umatnya untuk tidak tunduk
terhadap kezaliman.
Amat disayangnya
bahwa sejak beberapa abad lalu, dunia Islam selalu menghadapi kezaliman yang
dilakukan kaum imperialis yang menguasai negeri-negeri Islam dan merampok
kekayaannya. Di abad modern ini, imperlisme tetap berjalan namun dikemas dalam
bentuk yang telah disesuaikan. AS dengan berbagai alasan menyerang dan lantas
menduduki Afganistan dan Irak, sementara negeri Palestina sejak tahun 1948
dikuasai oleh rezim Zionis Israel. Bukankah Allah swt telah mengingatkan hal
ini dan berfirman dalam surah Al Nisa ayat 141, “Allah tidak akan memberikan kesempatan
kepada kaum kafir untuk menguasai kaum mukminin.”
Selama 13 tahun
pertama masa kenabian, Rasulullah SAW menghadapi gangguan dan penyiksaan yang
dilakukan kaum kafir Quresy di Mekah terhadap diri beliau dan para pengikut
agama Islam. Namun semua itu tak mampu meredam tekad beliau untuk mengajarkan
kebenaran. Setelah berhijrah ke Madinah, beliau membentuk pemerintahan dan
bangkit melawan kezaliman. Jika kaum muslimin meneladani perilaku Rasul, dan
bangkit melawan kaum tiran, tentu mereka akan memperoleh kembali kemuliaan dan
kehormatan. Apa yang dilakukan para pejuang Hezbollah di Lebanon adalah contoh
nyata dari kemuliaan yang didapatkan melalui perlawanan terhadap kaum agresor.
Salah satu
kelebihan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW adalah perjuangannya untuk menegakkan
dan membela kebenaran. Pengorbanan besar yang ditunjukkan Nabi SAW dalam
membela Islam karena Islam adalah agama kebenaran. Sudah menjadi tugas bagi
setiap pemeluk agama ilahi untuk tampil sebagai pembela kebenaran. Apalagi saat
ini, media-media massa dunia yang berada dalam genggaman imperialis Barat tak
segan menghujat dan menghina Islam. Salah satu dari penghinaan itu ditunjukkan
oleh media Barat yang memuat karikatur hujatan terhadap Nabi Muhammad SAW bulan
September tahun lalu. Untuk itu, umat Islam dituntut arif dan berani untuk
tidak membiarkan penghinaan seperti ini terulang kembali.
Islam seperti difahami dari asal kata silm yang berarti damai, adalah agama yang menyeru kepada perdamaian. Meski demikian, Islam memerintahkan para pemeluknya untuk bersikap tegas dan keras terhadap segala upaya yang berusaha merusak dan menyimpangkan umat manusia dari cita-cita luhur insani. Islam yang mengizinkan perang disaat ada tuntutan, mengajarkan sederet kesusilaan dalam medan pertempuran. Islam tidak mengizinkan pembunuhan terhadap warga sipil bahkan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam memimpin pemerintahan Islam, Nabi SAW mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kelompok dan pemeluk agama lain. Saat menaklukkan kota Mekah setelah terjadi pelanggaran perjanjian Hudaibiyah oleh kaum Kafir Quresy, Rasulullah SAW memasuki kota itu tanpa pertumpahan darah, lalu memaafkan musuh-musuhnya. Karena itu, dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian, persahabatan dan pemaaf. Meski demikian, hal itu tidak bertentangan dengan sikap tegas dan keras Islam terhadap kezaliman dan kaum durjana.
Islam seperti difahami dari asal kata silm yang berarti damai, adalah agama yang menyeru kepada perdamaian. Meski demikian, Islam memerintahkan para pemeluknya untuk bersikap tegas dan keras terhadap segala upaya yang berusaha merusak dan menyimpangkan umat manusia dari cita-cita luhur insani. Islam yang mengizinkan perang disaat ada tuntutan, mengajarkan sederet kesusilaan dalam medan pertempuran. Islam tidak mengizinkan pembunuhan terhadap warga sipil bahkan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam memimpin pemerintahan Islam, Nabi SAW mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kelompok dan pemeluk agama lain. Saat menaklukkan kota Mekah setelah terjadi pelanggaran perjanjian Hudaibiyah oleh kaum Kafir Quresy, Rasulullah SAW memasuki kota itu tanpa pertumpahan darah, lalu memaafkan musuh-musuhnya. Karena itu, dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian, persahabatan dan pemaaf. Meski demikian, hal itu tidak bertentangan dengan sikap tegas dan keras Islam terhadap kezaliman dan kaum durjana.
Di Madinah, Nabi
SAW membentuk pemerintahan yang berlandaskan pada ajaran Islam. Dalam
perspektif Rasulullah SAW, agama tidak dapat dipisahkan dari politik dan pemerintahan.
Untuk itu, kaum muslimin sudah sewajarnya berusaha menegakkan pemerintahan yang
sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan demikian, akan tercapai kebahagiaan
dunia dan akhirat bagi kaum muslimin. Ide pemisahan agama dari politik dan
pemerintahan muncul di dunia Barat, karena mereka menyadari akan kekurangan dan
ketidakmampuan agama Kristen dalam mengatur kehidupan duniawi para pemeluknya.
Berbeda halnya dengan Islam, yang merupakan agama kebenaran dan risalah ilahi
yang terakhir. Islam memiliki konsep-konsep yang jitu dalam mengatur
pemerintahan dan negara untuk memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi
umat manusia.
Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk memerhatikan sisi kehidupan duniawi. Tetapi
ini tidak berarti bahwa Islam melupakan sisi spiritual. Rasulullah SAW dalam
banyak hadisnya menganjurkan kita untuk selalu mengingat Allah dan menyibukkan
diri dengan beribadah. Ibadah yang diajarkan Nabi SAW bukan berarti
mengasingkan diri di sebuah mihrab untuk beribadah dan tak acuh kepada lingkungan
sekitar. Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam kehidupan spiritual, adalah
seorang suami bagi istri-istrinya, ayah bagi anak-anaknya, dan pemimpin bagi
umatnya.
(Chaerol Riezal)
Sumber: Kumpulan Berita Swara Muslim September 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar