Sebelum
Perang Dunia, banyak orang berpikir bahwa perang seperti ini akan sangat
bermanfaat, dan bahkan diperlukan. Banyak orang yang menyambut perang dan
sangat gembira ketika perang diumumkan. Para pemimpin dengan bangga mengirimkan
serdadu mereka ke medan peperangan. Penyebab utama kesalahan besar ini adalah
keyakinan mereka akan sebuah gagasan, yaitu ajaran Darwin (Darwinisme). Ahli
sejarah Amerika, Thomas Knapp dari Loyola University menjelaskan hal ini
sebagai berikut:
Perang itu
sendiri bukanlah hal yang mengejutkan. Perang sebenarnya sudah diperkirakan
oleh kalangan Eropa secara luas sekitar sepuluh tahun sebelum 1914. Bahkan ada
cukup bukti untuk menunjukkan bahwa sejumlah orang Eropa dari berbagai pihak
menyambut datangnya perang. Perang dianggap menyucikan, menggairahkan, membuat
muda kembali. Sistem pendidikan di sebagian besar negara Eropa telah dirasuki
oleh semacam sikap mental bersaing dari paham Darwinisme Sosial, di mana perang
dilihat sebagai hal yang menyemangati dan memuliakan.
Darwinisme
Sosial adalah penerapan teori evolusi Darwin dalam masyarakat manusia. Dalam
teorinya, yang kemudian terbukti keliru, Darwin menyatakan bahwa semua makhluk
di alam terlibat dalam pertarungan untuk bertahan hidup. Dia menyatakan bahwa
manusia adalah bentuk lanjutan dari hewan yang memenangkan pertikaian. Teori
keliru ini, yang tampak seolah kenyataan ilmiah bagi banyak orang, mengingat
rendahnya tingkat teknologi di kala itu, menjadi dasar bagi Perang Dunia I
serta bagi sejumlah bencana kemanusiaan lainnya.
Catatan
harian dan surat-menyurat pribadi para pemimpin Eropa masa itu menunjukkan
bahwa mereka terpengaruh oleh Darwinisme Sosial. Para pemimpin ini mengingkari
jalan akhlak yang didasarkan pada kasih sayang dan cinta yang Allah wahyukan
kepada manusia, dan lebih memilih Darwinisme Sosial. Sebagai contoh, Jenderal
von Hoetzendorff, kepala staf Austria-Hungaria menulis dalam kenangan setelah
perangnya:
Agama,
ajaran akhlak dan pandangan filsafat yang penuh kasih, terkadang mampu
melemahkan perjuangan manusia untuk bertahan hidup dalam bentuknya yang paling
kasar, namun takkan pernah berhasil menghilangkannya sebagai sumber penggerak
dunia… Sesuai dengan prinsip besar inilah bencana perang dunia terjadi sebagai
akibat kekuatan penggerak dalam kehidupan negara dan masyarakat, bagaikan badai
yang secara alamiah harus melepaskan energinya sendiri. (James Joll, Europe
Since 1870: An International History, Penguin Books, Middlesex, 1990, hal. 164)
Friedrich
von Bernhardi, jenderal Perang Dunia I lainnya, juga menarik garis penghubung
antara perang dengan apa yang disebut sebagai hukum alam evolusi:
Perang
adalah kebutuhan makhluk hidup. Perang sama pentingnya dengan pertarungan
unsur-unsur alam; perang memberikan keputusan yang menurut ilmu kehidupan
adalah adil, karena keputusannya berpijak pada sifat paling mendasar dari
segala sesuatu. (M. F. Ashley-Montagu, Man in Process, World. Pub. Co., New
York, 1961, hal. 76, 77)
Kesimpulannya,
Perang Dunia I disebabkan oleh para penguasa Eropa yang percaya bahwa
peperangan, pertumpahan darah, penderitaan, dan membuat orang lain menderita,
semuanya adalah bagian dari “hukum alam.” Teori evolusi Darwin-lah yang telah
mendorong seluruh generasi ke dalam keyakinan yang keliru ini. Gambaran sosok
Darwin yang gelap bersembunyi di balik tirai peperangan. Namun, berlawanan
dengan pernyataan Darwin, manusia bukanlah hewan yang bertahan hidup dengan
tujuan berperang satu sama lain. Di dalam Al Quran, Allah menyatakan hal
berikut tentang orang yang memulai perang:
... Setiap
mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka berbuat
kerusakan di muka bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat
kerusakan. (QS. Al Maa-idah, 5:64)
Allah menciptakan
manusia, memberi mereka ruh yang khas dibanding makhluk hidup lainnya, dan
memerintahkan mereka untuk menjalani hidup berakhlak. Jalan hidup seperti ini
membutuhkan cinta, rasa persaudaraan, belas-kasih, dan perdamaian. Hanya jika
manusia mematuhi perintah inilah, dunia dapat menjadi tempat yang damai.
Perintah ilahi yang akan membawa kedamaian dan keselamatan kepada seluruh umat
manusia dinyatakan di dalam Al Quran sebagai berikut:
... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS
Al-Qashash: 77)
(Bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar