Sebuah
catatan kehidupan. Semakin usia kita panjang, semakin panjang pula catatan
pengalaman hudup kita. Bagi mereka yang mau memetik pelajaran dari
pengalamannya, maka pengalaman jadi kekayaan yang unik baginya. Usia pula yang
membawanya pada kebijakan. Sementara bagi mereka yang bersikap
acuh tak acuh, pengalaman tak lebih dari goresan di atas pasir pantai. Usia tak
menjamin apa-apa selain ketuaan baginya.
Meski kita
sama-sama dianungi oleh langit yang sama, meski kita sama-sama diterangi oleh
cahaya matahari yang sama, meski kita sama-sama digelapi oleh malam yang sama,
namun kita tak pernah sama dalam mencerap semua itu. Kita melihat cakrawala
dari ketinggian yang berbeda. Kita melangkah di jalan setapak dengan bobot yang
berbeda.
Kita mengisi
ruang dan waktu ini dengan besar tubuh yang berbeda pula. Maka, meski kita
lahir di bumi yang satu, namun kita hidup di dunia yang berbeda-beda. Kita
mempunyai sidik dunia pikiran yang tak sama bagi setiap orang. Keunikan atau
perbedaan itu takkan banyak berarti bila tak menjadi kekayaan bagi kita. Dan,
kekayaan itu tak banyak bermakna bila tak membuat diri kita semakin bijak
bestari.
Mari
kita hadapi kenyataan bahwa: kita semua pernah menjadi orang yang sulit
dikendalikan. Pada saat itu, kita bisa jadi sangat mengganggu, tidak mau
dimintai tolong, menolak untuk berkerja sama, dan berlaku kasar kepada orang
lain. Perilaku sulit dikendalikan seperti itu merupakan hal yang lumrah dan
normal bagi darah muda seperti kita ini, bahkan sangat normal bagi untuk
anak-anak yang sedang berkembang, khususnya jika mereka masih kecil. Karena itu
semua saya maknai “sebuah proses menuju kedewasaan”.
Walaupun
demikian, sebagian anak bertingkah tidak normal, melawan, tidak taat, dan
mengeluarkan amarah lebih sering dibandingkan dengan anak-anak lain. Jika anda
sedang mengasuh anak yang sulit diatur seperti ini, mungkin anda merasa lelah
dan tidak tahu pasti kemana mencari bantuan. Kadang-kadang, anda merasa bahwa
cara apa pun yang anda coba tidak ada yang berhasil.
Jika
anda mengasuh anak yang sulit dikendalikan, sudah tepat jika anda mencari
pertolongan. Perilaku agresif dan mengganggu tersebut dapat memengaruhi
perkembangan moral. Yang serius dan sulit terkadang gagal membangun
keterampilan hidup yang penting, seperti membangun hubungan yang sehat dengan
teman-teman dan orang-orang dewasa. Jika anda tidak segera memegang kendali
atas anak yang sulit diatur ini selagi masih kecil, kesilitan tersebut akan
terbawa sampai mereka dewasa. Itulah sebabnya saya kabarkan ini menitikberatkan
pada anda semua.
Karena
anka-anak kadang-kadang bisa sulit diatur, para orangtua sering bertanya-tanya
sebenarnya seperti apa anak yang normal itu. Yang namanya anak pasti pernah
merasa jengkel atau kecewa, marah terhadap aturan-aturan dan berperilaku
individulistis pada waktu-waktu tertentu. Itulah yang dilakukan anak-anak sebab
mereka secara konstan belajar dan menggali batas-batas dunia mereka. Mereka
perlu mengambil risiko ketika mereka mulai menemukan jalan di dunia ini. Namun,
bagaimana anda bisa tahu jika perilaku si Dia nya menunjukan perkembangan yang
normal atau ada sesuatu yang tidak biasa dalam perkembangannya?.
Tidak
ada peraturan yang mutlak, tetapi jika memiliki pengalaman dengan anak yang
lain, anda sudah punya pengalaman dasar sebagai bahan perbandingan. Anda juga
bisa membaca mengenai perilaku khas pada berbagai tingkat perkembangannya. Hal
ini akan lebih membantu anda mengukur seseorang apakah anda anak cenderung
lebih sering marah, argumentatif, menentang dan oleh karenanya lebih sulit
dikendalikan dibandingkan dengan seseorang lain dalam tahap perkembangan
tertentu.
Seperti
apa tingkah kebanyakan anak yang sulit dikendalikan itu? marah, mendebat, tidak
taat, menjengkelkan, menentang, menaruh rasa dendam, tidak mampu memikul
tanggung jawab atas perbuatannya sendiri–
merupakan perilaku-perilaku yang biasanya ada pada anak yang sulit
dikendalikan. Anak yang menunjukan pola tingkah laku seperti ini, bisa disebut opposoti – onal-defiant. Ada juga anak
yang memiliki permasalahan perilaku yang lebih serius, seperti perilaku kejam
dan menyerang.
Meskipun
anak laki-laki maupun perempuan bisa sulit dikendalikan, anak laki-laki lebih
sering menunjukan perilaku-perilaku yang kita anggap sulit: gembira berlebihan
dan kadang-kadang melakukan kegiatan fisik yang agresif, menentang, menolak
otoritas. Kita juga menganggap perilaku-perilaku tersebut sebagai “maskulin”.
Perbedaan-perbedaan ini disebabkan oleh adanya aspek sosial dan biologis. Tingkat
perkembangan kecerdasan dan fisik anak laki-laki dan anak perempuan berbeda.
Anak-anak perempuan memiliki perkembangan keterampilan motorik yang lebih baik
dan mulai membaca lebih awal dibandingkan dengan anka laki-laki dan cenderung
lebih berprestasi di sekolah di kelas-kelas awal. Anak laki-laki sebaliknya, tidak
dihargai di sekolah atas keterampilan visual dan spesial serta reaksi fisik
yang impulsif. Rasa frustasi mereka bisa muncul ketika mereka dipaksa duduk
manis mereka selama hampir seharian penuh.
Walaupun
banyak hal berubah di masyarakat, sebagian orang cenderung masih membesarkan
laki-laki dan perempuan dengan cara berbeda. Anak laki-laki cenderung bermain
keras dengan anak laki-laki lainnya, sedangkan anak perempuan dianggap lebih
rapuh. Sebagian orang akan lebih memaklumi agevisitas yang diperhatikan anak laki-laki
mereka karena “begitulah anak laki-laki”. Juga masyarakat bisa lebih menerima
bahwa perempuan dan wanita dapat menyayangi sekaligus memiliki keinginan yang
kuat, emosional sekaligus tabah, banyak anak laki-laki dan pria dewasa yang
masih terjebak pada peran gender yang kaku yang membatasi seberapa banyak
ekspresi emosional yang bisa diterima. Perempuan diberi penghargaan atas
sensivisitas, kelembutan dan perasaan kasih, sedangkan laki-laki didorong untuk
menonjolkan emosinya, juga menyembunyikan sisi lembut mereka dan kebutuhan
mereka akan kasih sayang serta kehangatan. Bagi sebagian anak laki-laki,
kemarahan adalah reaksi emosional terhadap rasa frustasi yang paling bisa
diterima secara luas.
Menurut
Gerald Patterson, seorang psikolog di Oregon Social Learning Center yang telah
mempelajari anak yang sulit dikendalikan secara ekstensif, perilaku bermasalah
umumnya meningkat dan peningkatannya dapat diprediksi: dari ketidaktaatan
menjadi amarah dan kadang menjadi agresivitas. Jika perilaku bermasalah ini
tidak ditangani dengan efektif sejak dini, perilaku anak-anak ini kemungkinan
akan tambah buruk, seperti menjadi pembohong berat, mencuri dan melakukan
tindak kekerasan. Dan, risiko ini bertambah besar jika permasalahan dibiarkan
semakin lama.
Sebagai
contoh, Chaerol Riezal adalah seorang anak yang sulit dikendalikan. Suatu malam
dia sedang bermain video game favoritnya ketika sang ayah menyuruhnya untuk
membuang sampah. Riezal mengabaikan perintah ayahnya dan terus bermain.
Kemudian, sang ayah menyuruhnya dengan lebih keras lagi, “Riezal, ayah bilang
waktunya buang sampah!” Nada perintah yang keras ini menarik perhatian Riezal.
“Aku masih main, ayah!” teriaknya sambil melompat dan mengentakkan kaki.
Sang
ayah yang sedang lelah menyadari kemarahan. “kerjamu hanya main saja di rumah
ini” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri, dan dia sendirlah yang akhirnya
membuang sampah.
Dengan
menentang ayahnya, Riezal keluar dari tanggung jawab yang tidak menyenangkan
(untuk membuang sampah) sambil melanjutkan kegiatan yang dia sukai (bermain
video game). Dia belajat bahwa yang diperlakukannya hanya menunggu beberapa
menit hingga tiba waktunya untuk berlagak marah. Dia jelas sekali telah
menggunakan taktik sebelumnya dan merasa bahwa taktik itu bisa diulangi lagi.
Perilaku menetang seringkali diulangi karena berhasil dilakukan.
Makn
lama, kesulitan-kesulitan cenderung meningkat dan mulai merasa tidak berdaya
memengaruhi dirinya. Hal ini menjadi sebuah lingkaran setan: ketika mencoba
menundukkan sang anak, anak pun bereaksi lebih keras dan sengit ketimbang orang
lain. Dari rasa marah, kesal, bersalam atau frustasi, banyak orang mulai
menghindari dengan harapan dapat mengurangi konflik. Mereka tidak tahu apa yang
harus mereka perbuat sehingga mereka mundur, berharap perilaku-perilaku
bersalah mereka mereda dengan sendirinya.
Akan
tetapi, menghindari hanya akan dapat membuat hubungan bertambah buruk. Ketika
berusaha mengurangi konflik dengan cara menghindari mereka, mereka akan merasa
ditolak. Mereka yang suka memaksa mengalami banyak respons negatif dan
penolakan terhadap perilaku-perilaku mereka, dan secara tidak sadar melihat
diri mereka sebagai pribadi yang “nakal”. Mereka merasa tidak dicintai dan
bertingkah laku layaknya anak yang tidak dicintai.
Banyak
orang yang sulit dikendalikan bertingkah laku tidak normal di tempat umum:
ruang kuliah, kantin, warung kopi, dan tempat-tempat lain diluar rumah, dan hal
tersebut hanya akan menambah stres. Dan, seperti yang terjadi di rumah,
perilaku seperti ini mengakibatkan penolakan lebih lanjut dari orang-orang
penting dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin tidak akan diundang ke pesta
teman-temannya, atau acara ulang tahun, maulid, atau juga ke pesta yang
diselenggarakan para tetangga ketika mereka sekeluarga tidak dirumah.
Sejalan
dengan memburuknya hubungan tersebut, nilai akademik juga akan terganggu karena
masalah perilaku ini. Ini bukan berarti anak yang sulit dikendalikan itu tidak
pandai, melainkan mereka sering kali menolak apa yang diperintakan guru atau
dosen kepada mereka. Ketika mereka beranjak dewasa, mereka menanggung risiko
yang lebih serius akibat permasalahan perilaku ini di sekolah atau kampusnya,
seperti kegagalan,sering absen dan mangkir.
Bahkan
yang lebih parah lagi, hal ini semakin memperburuk hubungan orang tua dengan
anak atau juga hubungan dengan pasangannya. Karena orang tua pun akan merasa
terisolasi dan tidak mampu. Dalam hati, mereka mungkin berpikir “jika saja
bukan karena kamu, hidup ini akan terasa lebih menyenangkan. Kita akan memiliki
banyak teman. Aku akan bahagia berada bersama keluarga, bukannya takut,” dan
makin merasa tambah bersalah atas pemikiran tersebut.
Bayangkan
bahwa anda anak yang sulit dikendalikan. Sebagai contoh: anda merasa tidak
diterima oleh orang tua anda. Anda juga tidak terlalu dibutuhkan oleh teman
kampus anda. Para tetangga menghindar. Saudara anda tidak lagi mengundang
keluarga anda untuk berkumpul bersama-sama mereka. Anak lain tidak mau main
dengan anda dan anda juga tidak terlalu berprestasi di sekolah atau kampus. Apa
yang akan anda lakukan ?.
Sebagian
dari orang yang seperti itu mulai bertingkah semakin parah. Mereka bahkan
mungkin menjadi pemalak, berkelahi dengan orang lain. Mereka sering berbohong
dan menipu, bahkan mungkin mencuri atau melakukan pembakaran. Sebagian lagi
menjadi kejam pada binatang atau orang. Memang, tidak semua anak yang sulit
dikendalikan berperilaku seperti itu, tetapi jika seorang anak berperilaku
seperti itu, masalahnya sudah menjadi lebih serius.
Jika
seseorang sering kali menunjukkan beberapa tanda berikut ini, carilah
pertolongan pada ahlinya. Tanda-tanda tersebut bisa jadi menunjukkan perilaku
tidak normal yang serius:
Ø Memalak
dan mengancam orang.
Ø Kejam
terhadap binatang-binatang.
Ø Mencuri.
Ø Bohong
berat.
Ø Sering
bersikap agresif.
Ø Kejam
terhadap orang destruktif,
Ø Melakukan
pembakaran.
Semasa
prasekolah, sikap yang kadang-kadang agresif, dustruktif dan bohong bisa jadi
merupakan bagian perkembangan normal se-orang anak. Perbedaan antara perilaku
normal dan tidak normal bergantung pada beberapa faktor: Apakah anak tersebut
sedang mengalami stres berat? Apakah perilaku seperti ini hanya terjadi di
rumah? Seringkah perilaku merusak itu terjadi? Ataukah jarang? Jika demikian,
bisa jadi anda melihat perilaku yang normal. Anak-anak kecil, misalnya, bisa
jadi secara tidak sengaja berlaku kejam pada binatang karena mereka tidak
mengerti kekuatan mereka sendiri. Mengawasi dan memberi contoh kepada mereka
mengenai bagaimana harus berperilaku lembut, dapat membantu anak-anak belajar
bagaimana memperlakukan bintang. Demikian juga, orangtua dapat mengarahkan
anak-anak untuk menjauhi perilaku-perilaku yang menganggu seperti memalak.
Akan
tetapi, kalau anak-anak lebih bertingkah tidak normal dan lebih intens, dan di
luar rumah, perilaku tersebut sudah tidak normal. Dan, ketika anak-anak
beranjak besar dan kemungkinan telah lebih mengerti tentang konsekuensi dari
perilaku-perilaku mereka, kita dituntut untuk lebih waspadai lagi.
Anda
harus sangat peduli jika melihat setidaknya empat perilaku tanda bahaya sering
kali muncul dengan intensitas “sedang” sampai tingkatan “mengkhawatirkan”.
Sangat agresif, kejam, mencuri, dan melakukan pembakaran merupakan tanda-tanda
mengkhawatirkan. Bantuan seorang ahli jelas sangat dibutuhkan. Seorang ahli
dapat mengevaluasi situasi dari faktor psikologis dab biolagis serta bekerja
sama langsung dengan anda dan anak anda unuk mengurangi permasalahan yang
timbul. Ketika kesulitan-kesulitan muncul yang sedemikian hebat, obat-obatan
membantu, khususnya ketika anak anda juga memiliki perilaku hiperaktif dan
impulsif.
Perilaku
sulit dikendalikan sering kali diikuti dengan masalah kekurangan pada orang
yang hperaktif (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder–ADHD). ADHD merupakan masalah yang kompleks gabungan
dari kurangnya perhatian, terlalu menurutkan kata hati dan hiperaktif. Penakit
ini disebabkan oleh neuro psikologis dan mungkin disebabkan oleh faktor
genetis. Orang yang diketahui menderita ADHD umumnya merupakan orang yang sulit
dikendalikan, tetapi tidak semua orang yang sulit dikendalikan mengidap ADHD.
Orang dengan ADHD sering kali berhasil ditangani dengan bantuan para ahli dan
kadang-kadang dengan obat-obatan.
Jika
anda curiga (katakanlah siapa saja: anak anda) memiliki masalah kurangnya
perhatian dan kontrol-diri, segera konsultasikan kepada dokter atau ahli
kesehatan mental yang dapat menangani masalah anda tersebut.
Saat
anda tumbuh menjadi besar, kebanyakan dari mereka belajar berbagi dan meminta
sesuatu, bukan hanya mengambil. Mereka menikmati saat memberi dan memeinta
ketika bermain, dan anda mendengar mereka berkata ,“oke, sekarang giliran kamu,
kemudian baru aku”.
Seperti
yang lain, kebanyakan orang yang sulit dikendalian sebenarnya tahu
perilaku-perilaku bersosialisasi yang positif ini. Jika anda bertanya kepada
anak perempuan yang bandel, “Ba – gimana sebaiknya sikapmu jika sedang bermain
dengan anak-anak lain?” dia kemungkinan besar akan menjawab pertanyaan dengan
benar: “Bersikap baik, bergiliran, dan ikuti aturan”. Namun, dian belum tentu
bisa mempraktikkan apa yang dia ketahui. Psikolog anak memiliki pertanyaan tes
standar. “Apa yang akan kamu lakukan jika ada anak yang lebih kecil daripada
kamu mulai memukulmu?” Salah seorang anak yang sulit dikendalikan menjawab,
“Anda mau saya menjawab apa yang sebaiknya saya lakukan atau apa yang akan saya
lakukan?”
Selagi
anak-anak yang sulit itu menemukan bahwa mereka dapat memiliki apa yang mereka
inginkan dalam waktu yang relatif singkat, mereka harus mau menaggung
konsekuensi yang timbul di kemudian hari. Anak-anak lain tidak mau bermain
dengan mereka dan orang dewasa hampir selalu memberikan respons negatif.
Anak-anak yang sulit dikendalikan tersebut mulai terisolasi sebab orang lain
mulai menarik diri, yang semakin memperburuk kepercayaan diri mereka yang rendah
dan mereka seperti berada dalam sebuah lingkaran yang menyebabkan
masalah-masalah yang ada semakin parah. Anak tersebut merasa ditolak. Anak
tersebut menjadi lebih sulit untuk dikendalikan. Anak tersebut semakin ditolak
dan perilakunya semakin merusak, bahkan antisosial.
“Anak-anak
antisosial merasa dirinya adalah korban kekejaman dan ketidakadilan dunia,”
kata Gerald Patterson, ahli perilaku anak. “Observasi yang di lakukan di rumah
dan di sekolah menunjukan bahwa persepsinya adalah benar. Dia tidak diperlakukan
secara adil oleh orang lain. Dia lebih banyak menerima banyak hukuman dan lebih
sering diolok-olok dibandingkan dengan anggota keluarga lain di rumah.
Dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya yang normal, dia cenderung
dikucilkan dan tidak terpilih mengikuti kegiatan kelompok. Pengalamanna
sangatlah berbeda dibandingkan dengan teman-teman lainnya yang normal”.
Meskipun
demikian, kebanyakan anak yang sulit dikendalikan membutuhkan dukungan sosial.
Jadi, siapakah yang akan mereka cari ketika mereka tidak mendapat dukungan dari
mana pun? Mereka cenderung mencari “teman yang menyimpang”, anak-anak lain yang
mirip mereka: pemarah, tidak tertib dan sulit diatur.
Hubungan
yang kuat dengan sesama anak-mereka yang sulit dikendalikan sering kali berarti
mereka kehilangan pengalaman yang akan membantu mereka membangun keterampilan
sosial yang positif. Dengan kata lain, bergaul dengan anak-anak yang
menggunakan cara-cara intimidasi dan kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan serta
keinginan mereka hanya akan memperkuat perilaku-erilaku tersebut. Ketika
anak-anak yang sulit dikendalikan ini kehilangan kesempatan untuk belajar dan
mempraktikkan keterampilan sosial memberi dan menerima yang sehat, kerja sama
dan sifat tegas yang tepat, mereka akan membuang-buang waktu bergaul dengan
anak-anak yang tidak menghargai sekolah dan keberhasilan sosial. Hasil
akhirnya, mereka akan memiliki masalah bersosialisasi dengan orang selama
hidupnya dan kurang memiliki mitivasi untuk berhasil, baik di sekolah maupun di
tempat lain.
Besarnya
hambatan terhadap penghargaan diri dan kurangnya ke-terampilan beraksi secara
tepat bisa menyebabkan depresi selama masa remaja dan dewasa. Anak remaja dan
dewasa yang sulit dikendalikan mungkin tidak menampakkan kesedihannya, tetapi
tingkah laku mereka dapat memperdalam penderitaan mereka. Mereka mungkin akan
tumbuh menjadi orang yang sangat menyebalkan, kurang motivasi, merasa tidak ada
harapan dan memiliki selera makan serta tidur tidak teratur: banyak yang
menyalahgunakan minuman beralkohol, narkoba, atau obat-obatan lainnya.
Menjelang usia 18 tahun, 20 persen dari semua remaja pernah mengalami paling
sedikit satu kali depresi berat. Jadi, tidaklah salah untuk percaya bahwa angka
ini lebih tinggi pada anak-anak yang belum mengembangkan hubungan sosial yang
kuat dan keterampilan manangani masalah-masalah sulit.
Penelitian
menemukan bahwa anak-anak yang sulit dikendalikan cenderung menjadi orang dewasa
yang sulit, bahkan jika kebanyakan anak yang sulit dikendalikan tersebut tidak
memiliki masalah yang serius. Kurangnya pendidikan, kurang sukses di kantor,
dan hubungan dekat yang bermasalah akan sangat memengaruhi kualitas hidup
mereka. Risiko yang paling besar dihadapi orang yang sulit dikendalikan adalah
ketika mereka terus-menerus manyalahgunakan alkohol dan obat-obatan lain serta
berbagai penyakit psikologis lainnya. Perubahan-perubahan seperti ini akan
menimbulkan kerugian yang sangat besar, tidak saja bagi individu yang
bersangkutan, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas.
Meskipun
sangat mengerikan mengetahui apa yang akan terjadi kepada anda yang barang kali
sulit untuk dikendalikan jika mereka tidak segera mendapatkan pertolongan, sebenarnya
orang tua memiliki kekuatan untuk memengaruhi anak-anak mereka dengan cara
positif. Anda dapat mengubah respons anda kepada anak anda yang sulit
dikendalikan. Anda dapat mematahkan lingkaran penolakan yang akan menyebabkan
mereka tambah terpuruk.
Perilaku
dramatis, malawan dan menentang anak-anak yang sulit dikendalikan sangatlah
sulit untuk diabaikan. Akan tetapi bahkan anak yang paling sulit dikendalikan
dapat menjadi anak yang penuh kasih, penuh perhatian dan sopan melebihi apa
yang kita sadari. Setelah kita belajara strategi-strategi baru untuk menghadapi
masalah-masalah, kita akan belajar untuk melihat sisi positif yang dimiliki
oleh anak-anak tersebut.
Dan,
kabar baiknya adalah sudah tersedia solusi untuk banyak permasalahan. Anda
dapat belajar strategi-strategi yang akan membantu anda bekerja sama dengan si
pelaku tersebut sehingga anda dan si pelaku masing-masing dapat merespons
secara berbeda. Mempelajari lebih banyak teknik mengasuh yang produktif tidak
secara otomatif menghilangkan perilaku yang merusak, tetapi setidaknya kita
akan memiliki kontrol lebih besar terhadap pola asuh kita dibandingkan terhadap
faktor-faktor lain yang turut memperburuk masalah, khususnya jika kita mulai
lebih dini. [CR]
Kita datang ke dunia ini sendiri,
dan sendiri pula
kita meninggalkannya. Di antara
pintu masuk dan pintu
keluar, kita menghabiskan waktu
kita untuk
mencari persahabatan.
*****
Penulis adalah: Chaerol Riezal, Mahasiswa
FKIP Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala Banda Aceh –
Darussalam. Simpang 7 – Ulee Kareung. Cp: 085277945855. E-mail: eekalbicitiy@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar