22 Maret 2013

Ketika Mereka Sulit Untuk Di Atur



Sebuah catatan kehidupan. Semakin usia kita panjang, semakin panjang pula catatan pengalaman hudup kita. Bagi mereka yang mau memetik pelajaran dari pengalamannya, maka pengalaman jadi kekayaan yang unik baginya. Usia pula yang membawanya pada kebijakan. Sementara bagi mereka yang bersikap acuh tak acuh, pengalaman tak lebih dari goresan di atas pasir pantai. Usia tak menjamin apa-apa selain ketuaan baginya.

Meski kita sama-sama dianungi oleh langit yang sama, meski kita sama-sama diterangi oleh cahaya matahari yang sama, meski kita sama-sama digelapi oleh malam yang sama, namun kita tak pernah sama dalam mencerap semua itu. Kita melihat cakrawala dari ketinggian yang berbeda. Kita melangkah di jalan setapak dengan bobot yang berbeda.

Kita mengisi ruang dan waktu ini dengan besar tubuh yang berbeda pula. Maka, meski kita lahir di bumi yang satu, namun kita hidup di dunia yang berbeda-beda. Kita mempunyai sidik dunia pikiran yang tak sama bagi setiap orang. Keunikan atau perbedaan itu takkan banyak berarti bila tak menjadi kekayaan bagi kita. Dan, kekayaan itu tak banyak bermakna bila tak membuat diri kita semakin bijak bestari.


Mari kita hadapi kenyataan bahwa: kita semua pernah menjadi orang yang sulit dikendalikan. Pada saat itu, kita bisa jadi sangat mengganggu, tidak mau dimintai tolong, menolak untuk berkerja sama, dan berlaku kasar kepada orang lain. Perilaku sulit dikendalikan seperti itu merupakan hal yang lumrah dan normal bagi darah muda seperti kita ini, bahkan sangat normal bagi untuk anak-anak yang sedang berkembang, khususnya jika mereka masih kecil. Karena itu semua saya maknai “sebuah proses menuju kedewasaan”.

Walaupun demikian, sebagian anak bertingkah tidak normal, melawan, tidak taat, dan mengeluarkan amarah lebih sering dibandingkan dengan anak-anak lain. Jika anda sedang mengasuh anak yang sulit diatur seperti ini, mungkin anda merasa lelah dan tidak tahu pasti kemana mencari bantuan. Kadang-kadang, anda merasa bahwa cara apa pun yang anda coba tidak ada yang berhasil.

Jika anda mengasuh anak yang sulit dikendalikan, sudah tepat jika anda mencari pertolongan. Perilaku agresif dan mengganggu tersebut dapat memengaruhi perkembangan moral. Yang serius dan sulit terkadang gagal membangun keterampilan hidup yang penting, seperti membangun hubungan yang sehat dengan teman-teman dan orang-orang dewasa. Jika anda tidak segera memegang kendali atas anak yang sulit diatur ini selagi masih kecil, kesilitan tersebut akan terbawa sampai mereka dewasa. Itulah sebabnya saya kabarkan ini menitikberatkan pada anda semua.


Karena anka-anak kadang-kadang bisa sulit diatur, para orangtua sering bertanya-tanya sebenarnya seperti apa anak yang normal itu. Yang namanya anak pasti pernah merasa jengkel atau kecewa, marah terhadap aturan-aturan dan berperilaku individulistis pada waktu-waktu tertentu. Itulah yang dilakukan anak-anak sebab mereka secara konstan belajar dan menggali batas-batas dunia mereka. Mereka perlu mengambil risiko ketika mereka mulai menemukan jalan di dunia ini. Namun, bagaimana anda bisa tahu jika perilaku si Dia nya menunjukan perkembangan yang normal atau ada sesuatu yang tidak biasa dalam perkembangannya?.

Tidak ada peraturan yang mutlak, tetapi jika memiliki pengalaman dengan anak yang lain, anda sudah punya pengalaman dasar sebagai bahan perbandingan. Anda juga bisa membaca mengenai perilaku khas pada berbagai tingkat perkembangannya. Hal ini akan lebih membantu anda mengukur seseorang apakah anda anak cenderung lebih sering marah, argumentatif, menentang dan oleh karenanya lebih sulit dikendalikan dibandingkan dengan seseorang lain dalam tahap perkembangan tertentu.

Seperti apa tingkah kebanyakan anak yang sulit dikendalikan itu? marah, mendebat, tidak taat, menjengkelkan, menentang, menaruh rasa dendam, tidak mampu memikul tanggung jawab atas perbuatannya sendiri– merupakan perilaku-perilaku yang biasanya ada pada anak yang sulit dikendalikan. Anak yang menunjukan pola tingkah laku seperti ini, bisa disebut opposoti – onal-defiant. Ada juga anak yang memiliki permasalahan perilaku yang lebih serius, seperti perilaku kejam dan menyerang.


Meskipun anak laki-laki maupun perempuan bisa sulit dikendalikan, anak laki-laki lebih sering menunjukan perilaku-perilaku yang kita anggap sulit: gembira berlebihan dan kadang-kadang melakukan kegiatan fisik yang agresif, menentang, menolak otoritas. Kita juga menganggap perilaku-perilaku tersebut sebagai “maskulin”. Perbedaan-perbedaan ini disebabkan oleh adanya aspek sosial dan biologis. Tingkat perkembangan kecerdasan dan fisik anak laki-laki dan anak perempuan berbeda. Anak-anak perempuan memiliki perkembangan keterampilan motorik yang lebih baik dan mulai membaca lebih awal dibandingkan dengan anka laki-laki dan cenderung lebih berprestasi di sekolah di kelas-kelas awal. Anak laki-laki sebaliknya, tidak dihargai di sekolah atas keterampilan visual dan spesial serta reaksi fisik yang impulsif. Rasa frustasi mereka bisa muncul ketika mereka dipaksa duduk manis mereka selama hampir seharian penuh.

Walaupun banyak hal berubah di masyarakat, sebagian orang cenderung masih membesarkan laki-laki dan perempuan dengan cara berbeda. Anak laki-laki cenderung bermain keras dengan anak laki-laki lainnya, sedangkan anak perempuan dianggap lebih rapuh. Sebagian orang akan lebih memaklumi agevisitas yang diperhatikan anak laki-laki mereka karena “begitulah anak laki-laki”. Juga masyarakat bisa lebih menerima bahwa perempuan dan wanita dapat menyayangi sekaligus memiliki keinginan yang kuat, emosional sekaligus tabah, banyak anak laki-laki dan pria dewasa yang masih terjebak pada peran gender yang kaku yang membatasi seberapa banyak ekspresi emosional yang bisa diterima. Perempuan diberi penghargaan atas sensivisitas, kelembutan dan perasaan kasih, sedangkan laki-laki didorong untuk menonjolkan emosinya, juga menyembunyikan sisi lembut mereka dan kebutuhan mereka akan kasih sayang serta kehangatan. Bagi sebagian anak laki-laki, kemarahan adalah reaksi emosional terhadap rasa frustasi yang paling bisa diterima secara luas.

Menurut Gerald Patterson, seorang psikolog di Oregon Social Learning Center yang telah mempelajari anak yang sulit dikendalikan secara ekstensif, perilaku bermasalah umumnya meningkat dan peningkatannya dapat diprediksi: dari ketidaktaatan menjadi amarah dan kadang menjadi agresivitas. Jika perilaku bermasalah ini tidak ditangani dengan efektif sejak dini, perilaku anak-anak ini kemungkinan akan tambah buruk, seperti menjadi pembohong berat, mencuri dan melakukan tindak kekerasan. Dan, risiko ini bertambah besar jika permasalahan dibiarkan semakin lama.

Sebagai contoh, Chaerol Riezal adalah seorang anak yang sulit dikendalikan. Suatu malam dia sedang bermain video game favoritnya ketika sang ayah menyuruhnya untuk membuang sampah. Riezal mengabaikan perintah ayahnya dan terus bermain. Kemudian, sang ayah menyuruhnya dengan lebih keras lagi, “Riezal, ayah bilang waktunya buang sampah!” Nada perintah yang keras ini menarik perhatian Riezal. “Aku masih main, ayah!” teriaknya sambil melompat dan mengentakkan kaki.


Sang ayah yang sedang lelah menyadari kemarahan. “kerjamu hanya main saja di rumah ini” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri, dan dia sendirlah yang akhirnya membuang sampah.

Dengan menentang ayahnya, Riezal keluar dari tanggung jawab yang tidak menyenangkan (untuk membuang sampah) sambil melanjutkan kegiatan yang dia sukai (bermain video game). Dia belajat bahwa yang diperlakukannya hanya menunggu beberapa menit hingga tiba waktunya untuk berlagak marah. Dia jelas sekali telah menggunakan taktik sebelumnya dan merasa bahwa taktik itu bisa diulangi lagi. Perilaku menetang seringkali diulangi karena berhasil dilakukan.

Makn lama, kesulitan-kesulitan cenderung meningkat dan mulai merasa tidak berdaya memengaruhi dirinya. Hal ini menjadi sebuah lingkaran setan: ketika mencoba menundukkan sang anak, anak pun bereaksi lebih keras dan sengit ketimbang orang lain. Dari rasa marah, kesal, bersalam atau frustasi, banyak orang mulai menghindari dengan harapan dapat mengurangi konflik. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat sehingga mereka mundur, berharap perilaku-perilaku bersalah mereka mereda dengan sendirinya.

Akan tetapi, menghindari hanya akan dapat membuat hubungan bertambah buruk. Ketika berusaha mengurangi konflik dengan cara menghindari mereka, mereka akan merasa ditolak. Mereka yang suka memaksa mengalami banyak respons negatif dan penolakan terhadap perilaku-perilaku mereka, dan secara tidak sadar melihat diri mereka sebagai pribadi yang “nakal”. Mereka merasa tidak dicintai dan bertingkah laku layaknya anak yang tidak dicintai.

Banyak orang yang sulit dikendalikan bertingkah laku tidak normal di tempat umum: ruang kuliah, kantin, warung kopi, dan tempat-tempat lain diluar rumah, dan hal tersebut hanya akan menambah stres. Dan, seperti yang terjadi di rumah, perilaku seperti ini mengakibatkan penolakan lebih lanjut dari orang-orang penting dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin tidak akan diundang ke pesta teman-temannya, atau acara ulang tahun, maulid, atau juga ke pesta yang diselenggarakan para tetangga ketika mereka sekeluarga tidak dirumah.

Sejalan dengan memburuknya hubungan tersebut, nilai akademik juga akan terganggu karena masalah perilaku ini. Ini bukan berarti anak yang sulit dikendalikan itu tidak pandai, melainkan mereka sering kali menolak apa yang diperintakan guru atau dosen kepada mereka. Ketika mereka beranjak dewasa, mereka menanggung risiko yang lebih serius akibat permasalahan perilaku ini di sekolah atau kampusnya, seperti kegagalan,sering absen dan mangkir.

Bahkan yang lebih parah lagi, hal ini semakin memperburuk hubungan orang tua dengan anak atau juga hubungan dengan pasangannya. Karena orang tua pun akan merasa terisolasi dan tidak mampu. Dalam hati, mereka mungkin berpikir “jika saja bukan karena kamu, hidup ini akan terasa lebih menyenangkan. Kita akan memiliki banyak teman. Aku akan bahagia berada bersama keluarga, bukannya takut,” dan makin merasa tambah bersalah atas pemikiran tersebut.

Bayangkan bahwa anda anak yang sulit dikendalikan. Sebagai contoh: anda merasa tidak diterima oleh orang tua anda. Anda juga tidak terlalu dibutuhkan oleh teman kampus anda. Para tetangga menghindar. Saudara anda tidak lagi mengundang keluarga anda untuk berkumpul bersama-sama mereka. Anak lain tidak mau main dengan anda dan anda juga tidak terlalu berprestasi di sekolah atau kampus. Apa yang akan anda lakukan ?.

Sebagian dari orang yang seperti itu mulai bertingkah semakin parah. Mereka bahkan mungkin menjadi pemalak, berkelahi dengan orang lain. Mereka sering berbohong dan menipu, bahkan mungkin mencuri atau melakukan pembakaran. Sebagian lagi menjadi kejam pada binatang atau orang. Memang, tidak semua anak yang sulit dikendalikan berperilaku seperti itu, tetapi jika seorang anak berperilaku seperti itu, masalahnya sudah menjadi lebih serius.

Jika seseorang sering kali menunjukkan beberapa tanda berikut ini, carilah pertolongan pada ahlinya. Tanda-tanda tersebut bisa jadi menunjukkan perilaku tidak normal yang serius:

Ø  Memalak dan mengancam orang.
Ø  Kejam terhadap binatang-binatang.
Ø  Mencuri.
Ø  Bohong berat.
Ø  Sering bersikap agresif.
Ø  Kejam terhadap orang destruktif,
Ø  Melakukan pembakaran.

Semasa prasekolah, sikap yang kadang-kadang agresif, dustruktif dan bohong bisa jadi merupakan bagian perkembangan normal se-orang anak. Perbedaan antara perilaku normal dan tidak normal bergantung pada beberapa faktor: Apakah anak tersebut sedang mengalami stres berat? Apakah perilaku seperti ini hanya terjadi di rumah? Seringkah perilaku merusak itu terjadi? Ataukah jarang? Jika demikian, bisa jadi anda melihat perilaku yang normal. Anak-anak kecil, misalnya, bisa jadi secara tidak sengaja berlaku kejam pada binatang karena mereka tidak mengerti kekuatan mereka sendiri. Mengawasi dan memberi contoh kepada mereka mengenai bagaimana harus berperilaku lembut, dapat membantu anak-anak belajar bagaimana memperlakukan bintang. Demikian juga, orangtua dapat mengarahkan anak-anak untuk menjauhi perilaku-perilaku yang menganggu seperti memalak.

Akan tetapi, kalau anak-anak lebih bertingkah tidak normal dan lebih intens, dan di luar rumah, perilaku tersebut sudah tidak normal. Dan, ketika anak-anak beranjak besar dan kemungkinan telah lebih mengerti tentang konsekuensi dari perilaku-perilaku mereka, kita dituntut untuk lebih waspadai lagi.

Anda harus sangat peduli jika melihat setidaknya empat perilaku tanda bahaya sering kali muncul dengan intensitas “sedang” sampai tingkatan “mengkhawatirkan”. Sangat agresif, kejam, mencuri, dan melakukan pembakaran merupakan tanda-tanda mengkhawatirkan. Bantuan seorang ahli jelas sangat dibutuhkan. Seorang ahli dapat mengevaluasi situasi dari faktor psikologis dab biolagis serta bekerja sama langsung dengan anda dan anak anda unuk mengurangi permasalahan yang timbul. Ketika kesulitan-kesulitan muncul yang sedemikian hebat, obat-obatan membantu, khususnya ketika anak anda juga memiliki perilaku hiperaktif dan impulsif.

Perilaku sulit dikendalikan sering kali diikuti dengan masalah kekurangan pada orang yang hperaktif (Attention Deficit Hyperactivity Disorder–ADHD). ADHD merupakan masalah yang kompleks gabungan dari kurangnya perhatian, terlalu menurutkan kata hati dan hiperaktif. Penakit ini disebabkan oleh neuro psikologis dan mungkin disebabkan oleh faktor genetis. Orang yang diketahui menderita ADHD umumnya merupakan orang yang sulit dikendalikan, tetapi tidak semua orang yang sulit dikendalikan mengidap ADHD. Orang dengan ADHD sering kali berhasil ditangani dengan bantuan para ahli dan kadang-kadang dengan obat-obatan.

Jika anda curiga (katakanlah siapa saja: anak anda) memiliki masalah kurangnya perhatian dan kontrol-diri, segera konsultasikan kepada dokter atau ahli kesehatan mental yang dapat menangani masalah anda tersebut.

Saat anda tumbuh menjadi besar, kebanyakan dari mereka belajar berbagi dan meminta sesuatu, bukan hanya mengambil. Mereka menikmati saat memberi dan memeinta ketika bermain, dan anda mendengar mereka berkata ,“oke, sekarang giliran kamu, kemudian baru aku”.

Seperti yang lain, kebanyakan orang yang sulit dikendalian sebenarnya tahu perilaku-perilaku bersosialisasi yang positif ini. Jika anda bertanya kepada anak perempuan yang bandel, “Ba – gimana sebaiknya sikapmu jika sedang bermain dengan anak-anak lain?” dia kemungkinan besar akan menjawab pertanyaan dengan benar: “Bersikap baik, bergiliran, dan ikuti aturan”. Namun, dian belum tentu bisa mempraktikkan apa yang dia ketahui. Psikolog anak memiliki pertanyaan tes standar. “Apa yang akan kamu lakukan jika ada anak yang lebih kecil daripada kamu mulai memukulmu?” Salah seorang anak yang sulit dikendalikan menjawab, “Anda mau saya menjawab apa yang sebaiknya saya lakukan atau apa yang akan saya lakukan?”

Selagi anak-anak yang sulit itu menemukan bahwa mereka dapat memiliki apa yang mereka inginkan dalam waktu yang relatif singkat, mereka harus mau menaggung konsekuensi yang timbul di kemudian hari. Anak-anak lain tidak mau bermain dengan mereka dan orang dewasa hampir selalu memberikan respons negatif. Anak-anak yang sulit dikendalikan tersebut mulai terisolasi sebab orang lain mulai menarik diri, yang semakin memperburuk kepercayaan diri mereka yang rendah dan mereka seperti berada dalam sebuah lingkaran yang menyebabkan masalah-masalah yang ada semakin parah. Anak tersebut merasa ditolak. Anak tersebut menjadi lebih sulit untuk dikendalikan. Anak tersebut semakin ditolak dan perilakunya semakin merusak, bahkan antisosial.

“Anak-anak antisosial merasa dirinya adalah korban kekejaman dan ketidakadilan dunia,” kata Gerald Patterson, ahli perilaku anak. “Observasi yang di lakukan di rumah dan di sekolah menunjukan bahwa persepsinya adalah benar. Dia tidak diperlakukan secara adil oleh orang lain. Dia lebih banyak menerima banyak hukuman dan lebih sering diolok-olok dibandingkan dengan anggota keluarga lain di rumah. Dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya yang normal, dia cenderung dikucilkan dan tidak terpilih mengikuti kegiatan kelompok. Pengalamanna sangatlah berbeda dibandingkan dengan teman-teman lainnya yang normal”.

Meskipun demikian, kebanyakan anak yang sulit dikendalikan membutuhkan dukungan sosial. Jadi, siapakah yang akan mereka cari ketika mereka tidak mendapat dukungan dari mana pun? Mereka cenderung mencari “teman yang menyimpang”, anak-anak lain yang mirip mereka: pemarah, tidak tertib dan sulit diatur.

Hubungan yang kuat dengan sesama anak-mereka yang sulit dikendalikan sering kali berarti mereka kehilangan pengalaman yang akan membantu mereka membangun keterampilan sosial yang positif. Dengan kata lain, bergaul dengan anak-anak yang menggunakan cara-cara intimidasi dan kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan mereka hanya akan memperkuat perilaku-erilaku tersebut. Ketika anak-anak yang sulit dikendalikan ini kehilangan kesempatan untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan sosial memberi dan menerima yang sehat, kerja sama dan sifat tegas yang tepat, mereka akan membuang-buang waktu bergaul dengan anak-anak yang tidak menghargai sekolah dan keberhasilan sosial. Hasil akhirnya, mereka akan memiliki masalah bersosialisasi dengan orang selama hidupnya dan kurang memiliki mitivasi untuk berhasil, baik di sekolah maupun di tempat lain.

Besarnya hambatan terhadap penghargaan diri dan kurangnya ke-terampilan beraksi secara tepat bisa menyebabkan depresi selama masa remaja dan dewasa. Anak remaja dan dewasa yang sulit dikendalikan mungkin tidak menampakkan kesedihannya, tetapi tingkah laku mereka dapat memperdalam penderitaan mereka. Mereka mungkin akan tumbuh menjadi orang yang sangat menyebalkan, kurang motivasi, merasa tidak ada harapan dan memiliki selera makan serta tidur tidak teratur: banyak yang menyalahgunakan minuman beralkohol, narkoba, atau obat-obatan lainnya. Menjelang usia 18 tahun, 20 persen dari semua remaja pernah mengalami paling sedikit satu kali depresi berat. Jadi, tidaklah salah untuk percaya bahwa angka ini lebih tinggi pada anak-anak yang belum mengembangkan hubungan sosial yang kuat dan keterampilan manangani masalah-masalah sulit.

Penelitian menemukan bahwa anak-anak yang sulit dikendalikan cenderung menjadi orang dewasa yang sulit, bahkan jika kebanyakan anak yang sulit dikendalikan tersebut tidak memiliki masalah yang serius. Kurangnya pendidikan, kurang sukses di kantor, dan hubungan dekat yang bermasalah akan sangat memengaruhi kualitas hidup mereka. Risiko yang paling besar dihadapi orang yang sulit dikendalikan adalah ketika mereka terus-menerus manyalahgunakan alkohol dan obat-obatan lain serta berbagai penyakit psikologis lainnya. Perubahan-perubahan seperti ini akan menimbulkan kerugian yang sangat besar, tidak saja bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas.

Meskipun sangat mengerikan mengetahui apa yang akan terjadi kepada anda yang barang kali sulit untuk dikendalikan jika mereka tidak segera mendapatkan pertolongan, sebenarnya orang tua memiliki kekuatan untuk memengaruhi anak-anak mereka dengan cara positif. Anda dapat mengubah respons anda kepada anak anda yang sulit dikendalikan. Anda dapat mematahkan lingkaran penolakan yang akan menyebabkan mereka tambah terpuruk.

Perilaku dramatis, malawan dan menentang anak-anak yang sulit dikendalikan sangatlah sulit untuk diabaikan. Akan tetapi bahkan anak yang paling sulit dikendalikan dapat menjadi anak yang penuh kasih, penuh perhatian dan sopan melebihi apa yang kita sadari. Setelah kita belajara strategi-strategi baru untuk menghadapi masalah-masalah, kita akan belajar untuk melihat sisi positif yang dimiliki oleh anak-anak tersebut.

Dan, kabar baiknya adalah sudah tersedia solusi untuk banyak permasalahan. Anda dapat belajar strategi-strategi yang akan membantu anda bekerja sama dengan si pelaku tersebut sehingga anda dan si pelaku masing-masing dapat merespons secara berbeda. Mempelajari lebih banyak teknik mengasuh yang produktif tidak secara otomatif menghilangkan perilaku yang merusak, tetapi setidaknya kita akan memiliki kontrol lebih besar terhadap pola asuh kita dibandingkan terhadap faktor-faktor lain yang turut memperburuk masalah, khususnya jika kita mulai lebih dini. [CR]

Kita datang ke dunia ini sendiri, dan sendiri pula
kita meninggalkannya. Di antara pintu masuk dan pintu
keluar, kita menghabiskan waktu kita untuk
mencari persahabatan.

*****
Penulis adalah: Chaerol Riezal, Mahasiswa FKIP Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala Banda Aceh – Darussalam. Simpang 7 – Ulee Kareung. Cp: 085277945855. E-mail: eekalbicitiy@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar