Saddam
Hussein Abd al-Majid al-Tikriti lahir di Al-Awja, Irak pada tanggal 28 April
1937. Dalam bahasa Arab, nama Saddam berarti orang yang keras kepala atau dia yang menantang, nama Hussein adalah
nama kecil ayahnya, Abd al-Majid adalah
nama kakeknya, dan at-Tikriti berarti
ia dilahirkan dan dibesarkan dekat Tikrit. Ia biasa dipanggil Saddam Hussein, atau hanya Saddam untuk lebih singkatnya.
Saddam Hussein merupakan seorang Presiden Irak pada periode 16 Juli 1979 hingga 9 April 2003 yang diktator. Dalam wilayah timur tengah, Saddam Hussein adalah tokoh yang pernah disegani karena keberaniannya menentang Amerika Serikat dan Israel sehingga pernah mendapat julukan sebagai ”Singa Padang Pasir”. Namun dibalik popularitasnya itu, ia merupakan seorang yang sangat keras dan penuh dengan kontroversi. Pada masa kepemimpinannya, ia dilaporkan telah menghabisi kelompok-kelompok yang dianggap menentang dan menjadi musuh politiknya.
Saddam Hussein merupakan seorang Presiden Irak pada periode 16 Juli 1979 hingga 9 April 2003 yang diktator. Dalam wilayah timur tengah, Saddam Hussein adalah tokoh yang pernah disegani karena keberaniannya menentang Amerika Serikat dan Israel sehingga pernah mendapat julukan sebagai ”Singa Padang Pasir”. Namun dibalik popularitasnya itu, ia merupakan seorang yang sangat keras dan penuh dengan kontroversi. Pada masa kepemimpinannya, ia dilaporkan telah menghabisi kelompok-kelompok yang dianggap menentang dan menjadi musuh politiknya.
Saat usianya
masih 20 tahun, Saddam Hussein sudah terjun dalam dunia politik
dengan bergabung dalam partai Baath, ia memainkan peran penting dalam kudeta
yang dilakukan partai Baath terhadap Presiden Irak Abdul Rahman Arif pada tahun
1968. Kudeta itu sendiri dipimpin oleh ketua partai Baath, Hasan Al-Bakr yang
kemudian setelah kudeta mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden. Karena
Saddam Hussein merupakan saudara sepupu dari Hasan Al-Bakr, maka Saddam
kemudian diangkat sebagai wakil presiden selama 15 tahun.
Pada rentang
waktu 15 tahun itu pulalah Saddam melakukan berbagai aksi represif terhadap
rakyat Irak. Hal ini membuat dirinya semakin berkuasa sehingga pada akhirnya
berhasil menyingkirkan sepupunya sendiri, Hasan Al-Bakr dengan merebut kursi
kepresidenan. Tak lama kemudian ia berhasil menjadi pemimpin partai Baath. Pada
saat menduduki jabatan sebagai pimpinan tertinggi partai inilah ia
melakukan pembersiahn besar-besaran dalam tubuh partai. Para
penentangnya baik itu lawan politik, maupun ulama disiksa dalam penjara. Bahkan
ada yang dibunuh. Selama 35 tahun kepemimpinannya dalam partai Baath,
Saddam telah melakukan pembantaian massal terhadap suku Kurdi di
utara Irak serta warga Syiah di selatan Irak. Sebagai presiden, Saddam
menciptakan pemerintahan yang otoriter dan mempertahankan kekuasaannya
melalui Perang Iran-Irak (1980–1988) dan Perang Teluk (1991). Kedua perang itu
menyebabkan penurunan drastis standar hidup dan hak asasi manusia. Pemerintahan
Saddam menindas gerakan-gerakan yang dianggapnya mengancam, khususnya gerakan yang
muncul dari kelompok-kelompok etnis atau keagamaan yang memperjuangan
kemerdkaan atau pemerintahan otonom.
Hubungan
antara Saddam Hussein dengan Amerika Serikat sangat nampak pada saat invansi
Irak ke Iran pada tahun 1980. Invasi itu terjadi persis setelah pecahnya
Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Imam Kahomeini, yang berhasil
menumbangkan raja boneka buatan Amerika Serikat yaitu Reza Syah Pahlevi.
Kelompok revolusi inilah yang kemudian berkuasa dan bersikap sangat vokal dalam
menentang imperialisme Amerika Serikat. Sejak berkuasanya kaum revolusi di
Iran, otomatis Amerika Serikat sudah tidak bisa lagi
mengeksploitasai kekayaan alam Iran sebagaimana telah dilakukannnya selama era
pemerintahan Pahlevi. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan Amerika Serikat
meminta bantuan kepada Saddam Hussein yang sekaligus mendorong invasi Irak atas
Iran.
Selama masa
perang Irak-Iran negara yang menjadi sekutu dan paling gencar memberi
dukungan politik dan dana adalah Amerika Serikat. Bahkan
diduga kuat negara Barat turut membantu Saddam Hussein dalam memproduksi
senjata pembunuh masal yang digunakan dalam menyerang Iran. Akibat yang
ditimbulkan dari adanya perang yang di kobarkan oleh Saddam Hussein yaitu
ribuan warga sipil Iran menjadi korban. Iran juga harus menelan kerugian
materiil ratusan miliar dolar dan mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi
dan sosial.
Saddam
Hussein dikenal sangat kejam terhadap musuh-musuhnya, saat perang Irak-Iran ia
menggunakan senjata dan bom kimia berbahaya yang dapat membunuh puluhan ribu
orang, tidak kurang dari 45.000 korban yang selamat terpaksa harus hidup dengan
menanggung berbagai penyakit akibat terkontaminasi senjata kimia. Akibat perang
tersebut Irak juga mengalami kerugian dan kemerosotan ekonomi selama bertahun-tahun.
Banyak rakyat yang menderita dan kemudian memunculkan gerakan
oposisi yang berupaya menggulingkan Saddam Hussein dari kursi kekuasaannya.
Keadaan semakin parah ketika Amerika Serikat berkhianat dengan melakukan
embargo ekonomi selam 12 tahun kepada Irak.
Setelah
kalah dalam usahanya untuk menguasai Iran, Saddam pun mulai dikhianati oleh
sekutunya itu. Atas lampu hijau dari AS, pada tahun 1991 Saddam menyerang
Kuwait dengan tujuan menguasai ladang-ladang minyak di negeri itu. Namun,
setelah serbuan Saddam ke Kuwait, AS malah menggalang pasukan multinasional
untuk membela Kuwait. Tentu saja pasukan Saddam yang memang sudah lemah karena
delapan tahun bertempur dengan Iran, dengan mudah bisa dipukul mundur oleh AS
dan sekutu-sekutunya. Kelemahan posisi Saddam dimanfaatkan oleh sebagian bangsa
Irak untuk memberontak dari diktator yang selama ini sudah menyengsarakan
mereka itu.
Amerika
Serikat kemudian menginvasi Irak pada tahun 2003. Dengan liciknya Amerika
berhasil menggiring opini dunia dengan membuat tuduhan bahwa Saddam mempunyai
senjata pemusnah massal yang dapat mengancam keselamatan dunia. Atas alasan
tersebut Amerika Serikat bersama koalisinya pun menginvasi Irak dan
menagkap Saddam Hussein dengan tuduhan sebagai penjahat perang. Akhirnya Saddam
pun lengser dari kursi kepresidenan dan Irak pun dikuasai oleh pemerintahan
boneka yang dibuat oleh Amerika Serikat serta Inggris. Saddam Hussein ditangkap
oleh pasukan-pasukan AS pada 13 Desember 2003. Pada 5 November 2006 Hakim
Ketua Rauf Rasheed Abdel Rahman menjatuhkan hukuman mati dengan cara
digantung kepadanya atas kejahatan terhadap umat manusia. Pada 26 Desember 2006
Mahmamah Agung Irak menyatakan untuk segera melaksanakan vonis yang telah
dijatuhkan. Pada 30 Desember 2006 Saddam Hussein dieksekusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar