4 Februari 2014

Benarkah Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman ?



Oleh : Muhammad Noval

Minggu 5 januari 2014 aku memulai kembali menulis setelah cukup lama fakum dalam dunia tulis menulis, entah kenapa kali ini hatiku tergugah untuk memulai kembali dengan coretan-coretan yang mungkin  bermanfaat bagi orang lain sekaligus sangat berarti bagiku, karna guru saya pernah berkata bahwa “tulisan bisa merubah dunia’’. Pertama aku akan menceritakan sedikit tentang  perkembangan mahasiswa FKIP khususnya prody sejarah. Dalam beberapa bulan terakhir mahasiswa sejarah seakan sudah bangun dari tidur panjangnya buktinya mereka sudah membuat beberapa acara diantaranya seminar sejarah tentang pahlawan, juga kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat bersejarah. Hal ini membuat ketua prody kami sempat kagum dengan mahasiswa sejarah. Kenapa demikian???  Itu terjadi karena himpunan sejarah suadah hampir 4 tahun tidak mengadakan seminar. Jadi pantas jika ketua prody mengapresiasi keberhasilan seminar tersebut.

Ok sahabat,  pada coretan kali ini aku akan sedikit berbagi tentang acara diskusi yang diadakan pada akhir 2013 tepatnya pada tanggal 29 Desember 2013. Acara ini digagas oleh mahasiswa sejarah dengan tema “Candi borobudur peninggalan Nabi Sulaiman” ide ini pertama kali dikemukakan oleh salah satu mahasiswa yang bernama Chaerol Riezal, mahasiwa yang satu ini sangat kreatif dan juga suka menulis bahkan semua tulisannya sudah di simpan dalam sebuah blog di internet (Bunga Rampai Aceh). Awalnya ia hanya penasaran dengan sebuah buku yang ditulis oleh K.H Fahmi Basya yang berjudul candi “Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman”, dari situlah beliau mendownload vidio penelitian tersebut dan mempelajarinya. 


Beberapa hari kemudian ia mengajak beberapa Mahasiswa sejarah  lainnnya untuk berdiskusi masalah tersebut sehingga acara diskusi dengan tema yang telah ditentukan diadakan di Prada/Lingke warung Kopi Tower One, diskusi  itu di hadiri oleh beberapa mahasiswa sejarah juga mahasiswa prody lainnya. Ada dua poin yang penting yang dibahas dalam diskusi tersebut, pertama bagaimana asal mula candi borobudur dan apa hubungannya dengan Nabi Sulaiman serta Ratu Balqis, dan yang kedua benarkah candi Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman? 

Sekedar pengetahuan pembaca sejarah candi Borobudur yang sebelumnya kita tau bahwa dibangun sekitar abat ke 800 M, merupakan salah satu peninggalan Agama Budha yang di bangun pada masa dinasti Syailendra pecahan kerajaan Mataram Lama. Namun pada abad ke12 terjadi bencana alam sehingga masyarakat meninggalkan candi Borobudur tersebut disamping perkembangan agama Islam yang yang pesat di Jawa juga mempengaruhinya. Juga banyak masyarakat yang menganggap bangunan candi Borobudur merupakan sebuah tempat yang angker untuk dikunjungi karena dihuni oleh makhluk halus sehingga masyarakat tidak berani lagi untuk datang kesana.  Pada awal abad 18 Candi Borobudur ditemukan kembali oleh Thomas Stamfort Rafless, dan dibersihkan dari semak belukar yang sudah menutupi seluruh candi tersebut. Dan pada masa Presiden Suharto ditetapkannya sebagai situs peninggalan dunia dan menjadi salah satu keajaiban dunia.


Namun keluarnya buku penelitian yang ditulis oleh K.H. Fahmi basya membuat penasaran mahsiswa khususnya sejarah untuk mendiskusikan penelitian tersebut. Acara tersebut dibuka oleh seorang  moderator, Muhammad Noval, dan memberikan waktu untuk setiap mahasiswa untuk bebas berpendapat tentang penelitian tersebut namun di tengah- tengah perdebatan yang alot antara pro dan kontra beberapa mahasiwa menginginkan agar vidio penelitian tersebut  diputar kembali melalui laptop sebelum lebih jauh berangkat dari permasalahan. Permintaan tersebut dipenuhi. Setelah menonton beberapa mahasiswa melihat  ada beberapa kejanggalan  dari vidio tersebut diantaranya penelitian tersebut menggunakan  ayat-ayat Al-quran sebagai pembanding dalam penelitiannya, namun yang anehnya tidak terlihat satupun hadis yang dicantumkan untuk menguatkan tafsiran ayat tersebut, kemudian banyak juga ayat-ayat Al-alquran yang di potong-potong sesuai dengan kehendak peneliti. Artinya antara satu ayat dengan ayat yang lainnya tidak berhubungan, serta ada juga kata  dalam bahasa arab yang ditafsirkan tidak sesuai dengan kamus bahasa Arab contoh pada kata jannatani diartikan dua hutan, padahal dalam kamus Bahasa Arab berarti dua kebun, atau syurga jadi sangat jauh perbedaannya.

Suatu malam ketika saya memperlihatkan vidio penelitian Fahmi Basya tersebut kepada seorang teman saya yang kuliah di S2 hukum Unsyiah beliau berpendapat tidak boleh jika sebuah Ayat Al-quran di tafsir dengan sesuka hatinya bahkan dalam ayat Al quran sudah dijelaskan “barang siapa yang menafsirkan ayat Al Quran sesuka hatinya maka api neraka lah yang pantas untuknya’’ apalagi tidak menggunakan hadis dan yang menafsirnya merupakan bukan muffassir artinya bukan ahli tafsir yang menguasai ilmu tafsir beliau juga menjelaskan minimal seorang baru bisa menjadi muffassir  harus menguasai minimal empat belas bidang ilmu diantaranya Ilmu tata bahasa Arab, usul, tauhit fikih, bayan, mantik, nahu, saraf dan lain-lain. Jadi jelaslah sangat menyimpang penelitian tersebut karena peneliti tersebut bukan ahli tafsir.


Dalam diskusi yang diadakan oleh Masiswa Sejarah sore itu sangat banyak manfaat yang didapatkan diantaranya terjadi silaturrahmi antar mahasiswa sejarah, juga klaim yang selama ini di alamatkan kepada mahasiswa yaitu Apatis tidak terbukti karena mahasiswa khususnya sejarah sangat peka terhadap permasalahan-permasalahan terbaru tentang sejarah. Disamping itu juga mahasiswa sudah mulai menganalisa dan berfikir kritis terhadap suatu permaslahan dan secara tidak lansung mahasiswa sudah mampu berpendpat dalam sebuah forum.

Nah, kawan-kawan apa hasil dari diskusi tersebut, setujukah candi borobudur sebagai peninggalan nabi sulaiman??? Setelah panjang lebar terjadi perdebatan maka di dapatkan beberapa kesimpulan dari diskusi tersebut diantaranya mahasiswa harus memberikan aplus kepada K.H Fahmi Basya yang sudah berani dan berusaha untuk membuat penelitian yang sangat lama tentang candi borobudur, berikutnya dari hasil penelitian tersebut  bukti-bukti yang dipaparkan oleh peneliti masih sangat banyak kejanggalan-kejanggalan jadi  belum bisa diterima sebagai bukti bahwa Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman disamping tidak ada pembanding antara penelitian tersebut dengan yang lainnya. 


Sebelum pulang mahasiwa yang sudah berhadir menyarankan agar diskusi semacam ini di adakan setiap minggu dengan tema yang berbeda-beda guna meninggkatkan rasa ingin tahu kita terhadap sejarah, bukankah Sukarno pernah berkata dalam pidatonya “Jas Merah” yang maknanya jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Sebenarnya tujuan yang pertama membuat diskusi ini selain menambah pengetahuan baru juga membagikan informasi kepada kawan-kawan lain yang mencintai sejarah waupun tidak kuliah di sejarah, makanya disepakatilah untuk menulis sebuah artikel ataupun opini setelah diskusi dilaksanakan dan dipublikasikan kepada mahasiswa-mahasiswa lainya. Semoga tulisan ini bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan bagi kawan-kawan mahasiswa dan pembaca lainya. Billahitaufik wal hidayah wassalamualakum marahmatullahhi wabarakatuh.

Catatan

Tulisan ini dikutip dan ditulis yang ketika itu sedang mengikuti diskusi bersama mahasiswa FKIP Unsyiah lainnya dengan tema “Negeri Saba, dan Borobudur Peninggalan Sulaiman.” Terangkatnya tema diskusi tersebut dasar penelitian yang telah dilakukan selama 33 tahun oleh K.H Fahmi Basya, yang kemudian telah dituliskan dalam sebuah bukunya berjudul “Borobudur dan Peninggalan Sulaiman”, juga berupa video yang bisa diakses di Youtube (Sains Quran - Borobudur Peninggalan Sulaiman).


Penulis adalah mahasiswa FKIP Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala Banda Aceh – Darussalam, angkatan 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar