Oleh : Muhammad Noval
Minggu
5 januari 2014 aku memulai kembali menulis setelah cukup lama fakum dalam dunia
tulis menulis, entah kenapa kali ini hatiku tergugah untuk memulai kembali
dengan coretan-coretan yang mungkin bermanfaat
bagi orang lain sekaligus sangat berarti bagiku, karna guru saya pernah berkata
bahwa “tulisan bisa merubah dunia’’. Pertama aku akan menceritakan sedikit
tentang perkembangan mahasiswa FKIP khususnya
prody sejarah. Dalam beberapa bulan terakhir mahasiswa sejarah seakan sudah
bangun dari tidur panjangnya buktinya mereka sudah membuat beberapa acara
diantaranya seminar sejarah tentang pahlawan, juga kunjungan-kunjungan ke
tempat-tempat bersejarah. Hal ini membuat ketua prody kami sempat kagum dengan
mahasiswa sejarah. Kenapa demikian??? Itu
terjadi karena himpunan sejarah suadah hampir 4 tahun tidak mengadakan seminar.
Jadi pantas jika ketua prody mengapresiasi keberhasilan seminar tersebut.
Ok
sahabat, pada coretan kali ini aku akan
sedikit berbagi tentang acara diskusi yang diadakan pada akhir 2013 tepatnya
pada tanggal 29 Desember 2013. Acara ini digagas oleh mahasiswa sejarah dengan
tema “Candi borobudur peninggalan Nabi Sulaiman” ide ini pertama kali
dikemukakan oleh salah satu mahasiswa yang bernama Chaerol Riezal, mahasiwa
yang satu ini sangat kreatif dan juga suka menulis bahkan semua tulisannya
sudah di simpan dalam sebuah blog di internet (Bunga Rampai Aceh). Awalnya ia
hanya penasaran dengan sebuah buku yang ditulis oleh K.H Fahmi Basya yang
berjudul candi “Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman”, dari situlah beliau mendownload
vidio penelitian tersebut dan mempelajarinya.
Beberapa
hari kemudian ia mengajak beberapa Mahasiswa sejarah lainnnya untuk berdiskusi masalah tersebut sehingga
acara diskusi dengan tema yang telah ditentukan diadakan di Prada/Lingke warung
Kopi Tower One, diskusi itu di hadiri
oleh beberapa mahasiswa sejarah juga mahasiswa prody lainnya. Ada dua poin yang
penting yang dibahas dalam diskusi tersebut, pertama bagaimana asal mula candi
borobudur dan apa hubungannya dengan Nabi Sulaiman serta Ratu Balqis, dan yang
kedua benarkah candi Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman?
Sekedar
pengetahuan pembaca sejarah candi Borobudur yang sebelumnya kita tau bahwa dibangun
sekitar abat ke 800 M, merupakan salah satu peninggalan Agama Budha yang di
bangun pada masa dinasti Syailendra pecahan kerajaan Mataram Lama. Namun pada
abad ke12 terjadi bencana alam sehingga masyarakat meninggalkan candi Borobudur
tersebut disamping perkembangan agama Islam yang yang pesat di Jawa juga
mempengaruhinya. Juga banyak masyarakat yang menganggap bangunan candi
Borobudur merupakan sebuah tempat yang angker untuk dikunjungi karena dihuni
oleh makhluk halus sehingga masyarakat tidak berani lagi untuk datang
kesana. Pada awal abad 18 Candi
Borobudur ditemukan kembali oleh Thomas Stamfort Rafless, dan dibersihkan dari
semak belukar yang sudah menutupi seluruh candi tersebut. Dan pada masa Presiden
Suharto ditetapkannya sebagai situs peninggalan dunia dan menjadi salah satu
keajaiban dunia.
Namun
keluarnya buku penelitian yang ditulis oleh K.H. Fahmi basya membuat penasaran
mahsiswa khususnya sejarah untuk mendiskusikan penelitian tersebut. Acara
tersebut dibuka oleh seorang moderator,
Muhammad Noval, dan memberikan waktu untuk setiap mahasiswa untuk bebas
berpendapat tentang penelitian tersebut namun di tengah- tengah perdebatan yang
alot antara pro dan kontra beberapa mahasiwa menginginkan agar vidio penelitian
tersebut diputar kembali melalui laptop
sebelum lebih jauh berangkat dari permasalahan. Permintaan tersebut dipenuhi. Setelah
menonton beberapa mahasiswa melihat ada
beberapa kejanggalan dari vidio tersebut
diantaranya penelitian tersebut menggunakan ayat-ayat Al-quran sebagai pembanding dalam
penelitiannya, namun yang anehnya tidak terlihat satupun hadis yang dicantumkan
untuk menguatkan tafsiran ayat tersebut, kemudian banyak juga ayat-ayat Al-alquran
yang di potong-potong sesuai dengan kehendak peneliti. Artinya antara satu ayat
dengan ayat yang lainnya tidak berhubungan, serta ada juga kata dalam bahasa arab yang ditafsirkan tidak
sesuai dengan kamus bahasa Arab contoh pada kata jannatani diartikan dua hutan,
padahal dalam kamus Bahasa Arab berarti dua kebun, atau syurga jadi sangat jauh
perbedaannya.
Suatu
malam ketika saya memperlihatkan vidio penelitian Fahmi Basya tersebut kepada
seorang teman saya yang kuliah di S2 hukum Unsyiah beliau berpendapat tidak
boleh jika sebuah Ayat Al-quran di tafsir dengan sesuka hatinya bahkan dalam
ayat Al quran sudah dijelaskan “barang siapa yang menafsirkan ayat Al Quran
sesuka hatinya maka api neraka lah yang pantas untuknya’’ apalagi tidak
menggunakan hadis dan yang menafsirnya merupakan bukan muffassir artinya bukan
ahli tafsir yang menguasai ilmu tafsir beliau juga menjelaskan minimal seorang
baru bisa menjadi muffassir harus
menguasai minimal empat belas bidang ilmu diantaranya Ilmu tata bahasa Arab,
usul, tauhit fikih, bayan, mantik, nahu, saraf dan lain-lain. Jadi jelaslah sangat
menyimpang penelitian tersebut karena peneliti tersebut bukan ahli tafsir.
Dalam
diskusi yang diadakan oleh Masiswa Sejarah sore itu sangat banyak manfaat yang
didapatkan diantaranya terjadi silaturrahmi antar mahasiswa sejarah, juga klaim
yang selama ini di alamatkan kepada mahasiswa yaitu Apatis tidak terbukti
karena mahasiswa khususnya sejarah sangat peka terhadap permasalahan-permasalahan
terbaru tentang sejarah. Disamping itu juga mahasiswa sudah mulai menganalisa dan
berfikir kritis terhadap suatu permaslahan dan secara tidak lansung mahasiswa
sudah mampu berpendpat dalam sebuah forum.
Nah,
kawan-kawan apa hasil dari diskusi tersebut, setujukah candi borobudur sebagai
peninggalan nabi sulaiman??? Setelah panjang lebar terjadi perdebatan maka di
dapatkan beberapa kesimpulan dari diskusi tersebut diantaranya mahasiswa harus
memberikan aplus kepada K.H Fahmi Basya yang sudah berani dan berusaha untuk
membuat penelitian yang sangat lama tentang candi borobudur, berikutnya dari
hasil penelitian tersebut bukti-bukti
yang dipaparkan oleh peneliti masih sangat banyak kejanggalan-kejanggalan
jadi belum bisa diterima sebagai bukti
bahwa Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman disamping tidak ada
pembanding antara penelitian tersebut dengan yang lainnya.
Sebelum
pulang mahasiwa yang sudah berhadir menyarankan agar diskusi semacam ini di
adakan setiap minggu dengan tema yang berbeda-beda guna meninggkatkan rasa
ingin tahu kita terhadap sejarah, bukankah Sukarno pernah berkata dalam
pidatonya “Jas Merah” yang maknanya jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Sebenarnya
tujuan yang pertama membuat diskusi ini selain menambah pengetahuan baru juga
membagikan informasi kepada kawan-kawan lain yang mencintai sejarah waupun
tidak kuliah di sejarah, makanya disepakatilah untuk menulis sebuah artikel
ataupun opini setelah diskusi dilaksanakan dan dipublikasikan kepada
mahasiswa-mahasiswa lainya. Semoga tulisan ini bermanfaat khususnya bagi saya
sendiri dan bagi kawan-kawan mahasiswa dan pembaca lainya. Billahitaufik wal
hidayah wassalamualakum marahmatullahhi wabarakatuh.
Catatan
Tulisan
ini dikutip dan ditulis yang ketika itu sedang mengikuti diskusi bersama
mahasiswa FKIP Unsyiah lainnya dengan tema “Negeri Saba, dan Borobudur
Peninggalan Sulaiman.” Terangkatnya tema diskusi tersebut dasar penelitian yang
telah dilakukan selama 33 tahun oleh K.H Fahmi Basya, yang kemudian telah
dituliskan dalam sebuah bukunya berjudul “Borobudur dan Peninggalan Sulaiman”,
juga berupa video yang bisa diakses di Youtube (Sains Quran - Borobudur
Peninggalan Sulaiman).
Penulis
adalah mahasiswa FKIP Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh – Darussalam, angkatan 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar