Perang parit menjadi strategi utama Perang Dunia
Pertama. Selama beberapa tahun berikutnya, bisa dikatakan para serdadu hidup
dalam parit-parit ini. Kehidupan di sana benar-benar sulit. Para prajurit hidup
dalam ancaman terus-menerus dibom, dan mereka tak henti-hentinya menghadapi
ketakutan dan ketegangan yang luar biasa. Mayat mereka yang telah tewas
terpaksa dibiarkan di tempat-tempat ini, dan para serdadu harus tidur di
samping mayat-mayat tersebut. Bila turun hujan, parit-parit itu dibanjiri
lumpur.
Lebih dari 20 juta serdadu yang bertempur di Perang Dunia I
mengalami keadaan yang mengerikan di dalam parit-parit ini, dan sebagian besar
meninggal di sana. Dalam beberapa minggu setelah dimulai oleh serangan Jerman
pada tahun 1914, garis barat perang ini sebenarnya terpaku di jalan buntu. Para
serdadu yang bersembunyi di parit-parit ini terjebak dalam jarak yang hanya
beberapa ratus meter jauhnya satu sama lain. Setiap serangan yang dilancarkan
sebagai upaya mengakhiri kebuntuan ini malah menelan korban jiwa yang lebih
banyak.
Di awal tahun 1916, Jerman mengembangkan rencana baru untuk
mendobrak garis barat. Rencana mereka adalah secara mendadak menyerang kota
Verdun, yang dianggap sebagai kebanggaan orang Prancis. Tujuan penyerangan ini
bukanlah memenangkan perang, melainkan menimbulkan kerugian yang besar di pihak
tentara Prancis sehingga melemahkan perlawanan mereka. Kepala staf Jerman
Falkenhayn memperkirakan bahwa setiap satu serdadu Jerman saja dapat membunuh
tiga orang serdadu Prancis.
Serangan dimulai pada tanggal 21 Febuari. Para pemimpin
Jerman memerintahkan serdadunya untuk “keluar dari parit mereka,” namun tiap
serdadu yang melakukannya justru telah tewas atau sekarat dalam sekitar tiga
menit. Meskipun penyerangan berlangsung tanpa henti selama berbulan-bulan,
Jerman gagal menduduki Verdun. Secara keseluruhan, kedua pihak kehilangan
sekitar satu juta serdadu. Dan dengan pengorbanan itu, garis depan hanya berhasil
maju sekitar 12 kilometer. Satu juta orang mati demi selusin kilometer.
Inggris membalas serangan Jerman di Verdun dengan Pertempuran
Somme. Pabrik-pabrik di Inggris membuat ratusan ribu selongsong meriam. Rencana
Jendral Douglas Haig mendorong Pasukan Inggris untuk menghujani dengan
pengeboman terus-menerus selama seminggu penuh, yang diikuti dengan serangan
infanteri. Dia yakin mereka akan maju sejauh 14 kilometer di hari pertama saja
dan kemudian menghancurkan semua garis pertahanan Jerman dalam satu minggu.
Serangan dimulai pada tanggal 1 Juni. Pasukan meriam Inggris
menggempur pertahanan Jerman selama seminggu tanpa henti. Di akhir minggu
tersebut, para perwira Inggris memerintahkan serdadunya memanjat keluar dari
parit. Namun, selama pengeboman tersebut para serdadu Jerman berlindung dengan
rapat di kedalaman parit persembunyian mereka sehingga tidak terlumpuhkan dan
menggagalkan rencana Inggris. Begitu serdadu Inggris bergerak melintasi garis
depan, serdadu Jerman muncul menyerang mereka dengan senapan mesinnya. Sejumlah
total 20.000 serdadu Inggris tewas dalam beberapa jam pertama perang tersebut.
Di dalam kegelapan malam itu, daerah di antara dua garis
pertempuran penuh dengan puluhan ribu mayat dan juga serdadu yang terluka, yang
mencoba merangkak mundur. Pertempuran Somme tidak berlangsung dua minggu
seperti yang direncanakan Jendral Haig, melainkan lima bulan. Bulan-bulan ini
tidak lebih daripada pembantaian. Para jendral bertubi-tubi mengirimkan
gelombang demi gelombang serdadu mereka menuju kematian yang telah pasti. Di
akhir pertempuran, kedua belah pihak secara keseluruhan telah kehilangan
900.000 prajuritnya. Dan untuk ini, garis depan bergeser hanya 11 kilometer.
Para serdadu ini dikorbankan demi 11 kilometer saja.
Kedua belah pihak melakukan lebih banyak serangan lagi selama
Perang Dunia I, dan setiap serangan ini menjadi pembantaian diri sendiri. Di
kota Ipres di Belgia saja, berlangsung tiga pertempuran. Setengah juta serdadu
tewas di pertempuran ketiga saja.
Setiap serangan berakibat sama: Ribuan nyawa melayang hanya
untuk maju beberapa kilometer. Peperangan yang mengerikan ini, yang tidak punya
alasan kuat, menelan nyawa orang tak bersalah yang tak terhitung banyaknya.
Banyak orang kehilangan saudaranya atau harus meninggalkan rumahnya. Penyebab
utama di balik malapetaka masyarakat ini adalah ambisi politik dan kepentingan
kalangan dengan paham tertentu. Membuat kerusakan, yang disebabkan oleh
cita-cita duniawi orang yang mengingkari Allah, dilarang di dalam Al Quran.
Allah melarang manusia menyebabkan kerusakan di muka bumi:
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al A’raaf, 7:56) (bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar