28 November 2013

Kalau Malu Atau Merasa Hina Disebut Penjajah, Hentikan Penjajahan Di Aceh

“Ustaz Ahmad yang saya hormati. Saya heran sekali orang-orang Jawa cepat sekali melenting bila disebut Penjajah Jawa, tetapi mereka tidak segan-segan menyebutkan “gerombolan separatis Acheh” (dulu Gerombolan DI/TII Acheh atau Jawa Barat). Soalnya kan dalam melapor sesuatu orang perlu identify siapa yang dimaksud? Mengapa orang RI tidak segan-segan menyebut “teroris Moro”, “teroris Patani”, “pembantai-pembantai Serbia”, “teroris Irlandia” atau “Basque”, dsb., tetapi mereka merasa dihina bila disebut Jawa?. Kalau kita hendak menjelaskan siapa yang menjajah Aceh, dan kita sebut “penjajah Indonesia” saja umpamanya, tanpa kualifikasi dengan “Jawa”, maka itu artinya orang Toraja, atau orang Kubu, atau orang Riau, dllnya, juga kita tuduh menjajah Acheh, padahal yang menjajah Acheh itu kan RI yang asal usulnya, seperti dijelaskan Ustaz beratus kali, kan RI-Jawa-Yogya? (NKRI itu sebenarnya hanya nama yang diada-adakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Sebenarnya secara legal NKRI itu tidak ujud karena tidak ada satu undang-undang atau dokumen resmi pun yang menyebutkan pembentukannya. Bagi bangsa Acheh, NKRI itu tidak lain dan tidak bukan dari Negara Kolonial RI). Kalau bangsa Jawa malu atau merasa terhina disebut penjajah, maka hentikanlah perbuatan tersebut dan orang akan berhenti menyebutkan mereka penjajah.” Ungkap M.N.Djuli.

Terimakasih Teungku M.N.Djuli di Malaysia.

Sebenarnya ketika Presiden RIS Soekarno menelan, mencaplok, menduduki, dan menjajah Negeri Aceh pada tanggal 14 Agustus 1950 yang terus masuk kedalam perut Negara RI atau Negara RI-Jawa-Yogya, agar besoknya pada tanggal 15 Agustus 1950 Negara RI-Jawa-Yogya yang sudah gemuk itu kelihatan seperti NKRI, kemudian orang-orang menganggap, oh, itu NKRI badannya gemuk, ya. Padahal itu NKRI, kan hanya topeng yang dipakai oleh Negara RI atau Negara-RI-Jawa-Yogya.

Nah, itu orang-orang Jawa yang menurut statistik berjumlah 45 % dari seluruh jumlah penduduk Negara RI-Jawa-Yogya, menganggap bahwa itu badan yang mukanya bertopeng NKRI sejak 15 Agustus 1950 adalah betul-betul tumbuh gemuk secara alamiah.


Ternyata setelah diteliti lebih dalam kelihatan itu badan menjadi gemuk begitu, karena Negara RI atau Negara RI-Jawa-Yogya yang bermuka mirip Soekarno telah melalap semua Negara Bagian RIS, termasuk Negeri Aceh yang daerahnya diluar wilayah kekuasaan de-facto RIS.

Jadi, ketika ada orang yang memergoki dan mengetahui bahwa dalam tubuh Negara RI atau Negara RI-Jawa-Yogya itu tersembunyi kerangka tulang-tulang tubuh Negeri Aceh, langsung saja itu para penerus Soekarno termasuk orang-orang etnis Jawa yang mayoritas ini, dan juga disokong oleh beberapa etnis lain, seperti Teuku Mirza orang Aceh, saudara Jayadi Kamrasyid orang Bugis, saudara Hidajat Sjarif orang Sunda, Kolonel Laut Ditya Soedarsono arek Suroboyo, Mayjen TNI Endang Suwarya orang Sunda, teriak-teriak, hai, hai, hai, Ahmad, stop, stop, jangan bawa-bawa itu etnis Jawa segala macam dalam penjajahan Negeri Aceh, karena itu dalam Kabinet-Kabinet yang dilantik Soekarno terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai etnis, begitu juga dalam Kabinet Jenderal Soeharto, Menteri-Menterinya berasal dari berbagai etnis, termasuk juga dalam Kabinet Gotong Royong Megawati sekarang ini.

Nah, kan kelihatan, kalau sudah buruknya, langsung saja harus ditanggung bersama.

Memang benar seperti yang dikatakan Teungku M.N. Djuli diatas: “Soalnya kan dalam melapor sesuatu orang perlu identify siapa yang dimaksud?. Kalau kita hendak menjelaskan siapa yang menjajah Aceh, dan kita sebut “penjajah Indonesia” saja umpamanya, tanpa kualifikasi dengan “Jawa”, maka itu artinya orang Toraja, atau orang Kubu, atau orang Riau, dllnya, juga kita tuduh menjajah Acheh, padahal yang menjajah Acheh itu kan RI yang asal usulnya, seperti dijelaskan Ustaz beratus kali, kan RI-Jawa-Yogya?”

Dan secara fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah bisa dibuktikan apa yang dikatakan oleh Teungku M.N.Djuli tersebut.

Coba saja perhatikan dan pikirkan oleh seluruh peserta mimbar bebas dan oleh seluruh rakyat di Negeri Aceh dan di NKRI.

Itu Negara-Negara Bagian RIS yang sebelum masuk menjadi anggota Negara Bagian RIS kelihatan segar bugar, sehat walafiat. Ketika Negara RI-Jawa-Yogya, pada tanggal 14 Desember 1949 masuk menjadi anggota Negara Bagian RIS, kemudian pada tanggal 27 Desember 1949 RIS diakui kedaulatannya oleh Belanda. Tahu-tahu, itu Negara-Negara Bagian RIS satu persatu hilang, entah kemana. Dicari kesana-kesini tidak ketemu. Eh, rupanya setelah diteliti secara seksama, Soekarno dengan akal bulusnya menetapkan Undang-Undang Darurat No 11 tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS yang dikeluarkan pada tanggal 8 Maret 1950 untuk dipakai menelan semua Negara-Negara Bagian RIS agar masuk kedalam perut Negara RI atau Negara-Jawa-Yogya.

Oh, pantas saja, sebagian rakyat tidak tahu, apalagi rakyat dari etnis Jawa yang mayoritas itu. Mereka pikir, Soekarno seorang pemimpin yang baik, jujur, adil, dan bijaksana. Karena Soekarno orang Jawa. Karena, orang Jawa adalah orang baik-baik, pinter-pinter, sopan-sopan. Eh, tahu-tahu, setelah diteliti lebih mendalam, rupanya Soekarno itu seorang penyamun, karena ternyata telah diketemukan dalam bekas gembolannya itu Negeri Aceh yang dimasukkan kedalam mulut Sumatra Utara agar bisa masuk kedalam perut Negara RI-Jawa-Yogya pada tanggal 14 Agustus 1950. Dimana yang tampak dari luar disantap RIS, padahal setelah diperhatikan lebih ke dalam, bukan disantap oleh RIS tetapi ditelah oleh Negara RI atau Negara RI-Jawa-Yogya.

Oh, rupanya RIS itu kedok saja. Karena terbukti, Presiden RI adalah Soekarno, Presiden RIS adalah Soekarno, Presiden RI yang telah gemuk atau yang biasa dipanggil NKRI adalah juga Soekarno. Jadi, dimana Negara itu muncul, muncul pula wajah Soekarno yang berkacamata hitam, biar tidak kelihatan matanya berjelalatan melihat mojang-mojang.


Jadi terakhir, seperti yang dikatakan oleh Teungku M.N. Djuli dari Malaysia: “Kalau bangsa Jawa malu atau merasa terhina disebut penjajah, maka hentikanlah perbuatan tersebut dan orang akan berhenti menyebutkan mereka penjajah.”

5 komentar:

  1. Ya inilah takdir Allah SWT, kita sudah berhasil mengusir penjajah Belanda, tapi perjuangan kita belum pernah berhenti. Masih ada penjajah-penjajah lainnya. Bukankah presiden Soekarno sendiri pernah mengatakannya? Seakan beliau memberikan tanda sebagai petunjuk.

    Jadikan ini semua sebagai pembelajaran yang berharga, kita harus yakin bahwa Allah SWT sedang merencanakan sesuatu yang baik bagi kita semua.

    BalasHapus
  2. Bro emangnya arek suroboyo bukan orang jawa?,apa mungkin kamu kira jawa jogja dan surabaya berbeda?

    BalasHapus
  3. Soekarno yang bangsat, ..soekarno semoga engkau kekal di jahanam

    BalasHapus