11 Mei 2013

MANUSIA, KEBUDAYAAN, DAN BAHASA


Manusia, Kebudayaan, Dan Bahasa

A.    Pengertian Manusia, Kebudayaan dan Bahasa

Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk – makhluk lain. Kesempurnaan itu terletak pada adab dan budaya. Manusia beradab atau berbudaya karena dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, nurani dan kehendak yang terdapat dalam jiwa manusia.

 Sebagai makhluk budaya, manusia mempunyai berbagai: kebutuhan yang bervariasi. Kebutuhan tersebut tidak mungkin dapat dipenuhinya sendiri dengan sempurna tanpa berhubungan dengan alam lingkungan dan manusia lain. Apabila manusia mengadakan hubungan dengan manusia lain, ini berarti bukan hanya sebagai makhluk budaya melainkan juga sebagai mahkluk sosial (zoon politicon).

Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Koentjaraningrat mengemukakan bahwa “kebudayaan merupakan perkembangan dari bentuk jamak “budi daya” . Budaya dapat juga di artikan sebagai totalitas aktifitas manusia yang disepakati bersama-sama dalam masyarakat tertentu yang tidak terlepas dari nilai.


Sesuai dengan definisi Koentjaraningrat, bahwa kebudayaan itu diperoleh manusia dari proses belajar pada lingkungan juga dari hasil pengamatan langsung, maka kebudayaan itu dapat diterima dengan 3 (tiga) bentuk, yaitu:

a.       Melalui pengalaman hidup saat menghadapi lingkungan.
b.      Melalui pengalaman hidup sebagai makhluk sosial.
c.       Melalui komuniasi simbolis (benda, tubuh, gerak tubuh, dan peristiwa yang lain).


Kebudayaan itu muncul sebab adanya aktifitas manusia sebagai makhluk sosial, oleh karenanya, manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya dan pencipta kebudayaan itu sendiri, sebab hampir semua tindakan manusia adalah budaya atau kebudayaan. Apalagi dengan didukungnya perkembangan teknologi informasi pada masa sekarang ini yang semakin maju, dimana berbagai informasi dapat diakses dengan mudah oleh seluruh kalangan masyarakat, tidaklah menutup kemungkinan untuk masuk dan terciptanya kebudayaan baru dikalangan masyarakat, sebab manusia diciptaan oleh Allah dengan diberi kesempurnaan di bandingkan dengan yang lainnya, karena dilengkapi dengan akal budi. Dan dengan akal budi itu manusia akan memproses segala data atau informasi yang sampai kepadanya.

Akal budi merupakan pemberian, sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Akal adalah kemampuan berfikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki, yang berfungsi untuk berfikir dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Budi berarti juga akal. Budi berasal dari bahasa sanskerta “budh” yang berarti akal. Budi adalah bagian dari kata hati yang berupa panduan akal dan perasaan dan yang dapat membedakan baik buruknya sesuatu. Menurut Sultan Alisyahbana, Budilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap objek dan kajian.

Dengan akal budi tersebut, dan didukung dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu menciptakan kebudayaan dan menjalankan proses transformasi budaya. Kebudayaan yang sudah diciptakan itu akan selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemampuan manusia dalam mengembangkan daya atau potensi yang terpendam dalam akal budinya dengan perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan sebagai alatnya.

Sudah barang tentu, semua kebudayaan yang tercipta lewat alat perantara ini, akan menimbulkan dua nilai yang bertolak belakang, apalagi munculnya kebudayaan itu sendiri dipengaruhi kuat oleh “akal dan budi”, namun sisi negatiflah yang perlu aanya perhatian lebih khusus dari semua kalangan masyarakat.

Bahasa

Bahasa memiliki pengertian yang sangat luas karena bahasa merupakan alat komunikasi sosial seluruh manusia di dunia, banyak para ahli yang mencoba merumuskan mengenai pengertian bahasa, berikut beberapa ahli yang mencoba memberikan definisinya mengenai bahasa.

Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.



Chaer dan Agustina (2009:11) secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.

Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.

Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Isi kebudayaan yang bersifat universal mempunyai hubungan yang penting  dalam  terciptanya  komunikasi  dalam  segi  kehidupan  apa  pun.  Malinowski  (Mutakin, 2006:83) menyatakan bahwa manusia purba seperti Homo erectus atau  Phitecantropus  erectus  yang  hidup  berkelompok  sekitar  8-10  individu  telah mampu  menjalin  kerjasama  dan  komunikasi  antar  sesamanya  dengan  menggunakan  sistem  suara-suara  berkembang  yang mengandung makna-makna tertentu  sebagai  medianya.  Hal  itu  bisa  diartikan  bahwa  pada  jaman  dahulu, bahasa  sudah  digunakan  walau  menggunakan  simbol-simbol  dalam  bunyi-bunyian. 

Globalisasi menyebabkan  terciptanya  kata-kata  baru  dan memungkinkan  adanya  perubahan dalam gaya berbahasa dari sudut pandang mana pun. Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan  apa  hakikat  bahasa.  Para  filsuf  tersebut  sependapat  bahea  bahasa  adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda-tanda yang mencakup segala  segi  kehidupan  manusia,  misalnya  bangunan,  kedokteran,  kesehatan, geografi, dan  sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa,  apakah bahasa mirip realitas  atau  tidak, mereka  belum  sepakat.  Kebudayaan  sendiri menggolongkan bahasa menjadi sesuatu hal yang tidak nyata, karena berisi gagasan, ide, dan hasil pemikiran. Tetapi hal  itu menjadi masalah ketika ditampilkan dalam sebuah  teks yang tentu saja bisa terlihat nyata. Hal-hal  yang  bertentangan  di  atas  tidak  akan  pernah  dilepaskan  dari bahasa  dan  individu  sebagai  penggunanya.  Di  Indonesia  bahasa  sangat dipengaruhi oleh berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi,  teknologi, pertanian, dan bidang lainnya. Masalah-masalah yang ditimbul ini tidak akan selesai sampai kapan pun, karena bahasa berhubungan langsung dengan perkembangan dunia.

B.     Karakteristik Bahasa

Ada beberapa ciri-ciri dari bahasa sehingga mudah dalam pengklasifikasiannya. Diantara karakteristik bahasa itu adalah sebagai berikut:

Bahasa Bersifat Abritrer

Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.

Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.

Bahasa Bersifat Produktif

Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

Bahasa Bersifat Dinamis

Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.

Bahasa Bersifat Beragam

Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.

Bahasa Bersifat Manusiawi

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

C.    Hubungan Manusia dan Budaya

Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, begaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dapat mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya. Manusia yang mempunyai jiwa, mempunyai pula kebudayaan. Manusia itu adalah tertinggi dan mempunyai kedudukan yang istimewa.

Islam menyatakan dalam Al-Qur’an: “Kami muliakanlah anak-anak Adam, kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra’:70) “Tuhan yang mejadikan bumi buat kamu untuk tempat tinggal dan langit menjadi atap, dan dibentuk-Nya rupamu dan dibuat-Nya rupamu yang baik serta diberi-Nya kamu rezeki dengan barang-barang yang baik.”

(QS. Al-Mukmin:64) “Tuhan berfirman kepada Malaikat: Aku menempatkan khalifah dibumi.”(QS.Al-Baqarah:30).

Manusia mencipta diri apa yang ada. Ciptaan manusia yang dinamakan kebudayaan.

Kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian individu melalui proses belajar yang disebut sosialisasi. Kepribadian/watak tiap-tiap individu pasti juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan itu secara keseluruhan. Sebaliknya, kebudayaan suatu masyarakat turut memberikan sumbangan pada pembentukan kepribadian seseoarang. Suatu individu dalam suatu masyarakat,walaupun berbeda-beda satu sama lainnya, distimulasi dan depengaruhi oelh nilai-niai dan norma-norma dalam sistem budaya dan juga oleh sistem sosial yang telah di internalisasikan (diserap dalam dirinya) melalui proses sosialisasi dan proses pembangunan selama hidup sejak masa kecilnya.

D.    Hubungan Bahasa dan Budaya

Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan.

Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.

Pengajaran bahasa sering dipisahkan dari pengajaran budaya (culture), bahkan ada yang menganggap bahwa bahasa tidak ada hubungannya dengan budaya. Memang diakui bahwa budaya penting untuk dipahami oleh pembelajaran bahasa, tetapi pengajarannya sering terpisah dari pengajaran bahasa. Memang mempertimbangkan aspek budaya dalam pembelajaran bahasa dengan lebih menekankan pada penggunaan bahasa, tetapi dalam pelaksanaannya bahasa masih dianggap sebagai satu sistem homogen yang terpisah dari interaksi penutur dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa dikatakan kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan semua hal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif karena bahasa terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena sifatnya tersebut, bahasa adalah aspek terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat.

Koentjaraningrat (1994), bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan, tetapi sangat berkaitan. Namun, beberapa pendapat lain mengatakan bahwa hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang bersifat koordinatif, sederajat dan kedudukannya sama tinggi.

Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.

Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian atau subsistem dari sistem kebudayaan, bahkan dari bagian inti kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah dari unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan itu. Lebih penting lagi, kebudayaan manusia tidak akan mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasalah faktor yang menentukan terbentuknya kebudayaan.

Bahasa sebagai alat komunikasi yang terdiri dari sistem lambang, yang dikomposisikan pada kerangka hubungan kelompok sosial, dapat berimbas pula pada struktur interaksi kebudayaan secara menyeluruh. Para ahli sepakat mendefinisikan kebudayaan sebagai sebuah sistem struktur yang terdiri dari simbol-simbol, perlambang dan makna-makna yang dimiliki secara komunal atau bersama, yang dapat diidentifikasi, sekaligus bersifat publik.

Fungsi bahasa dalam arti luas dapat dipergunakan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan segala perlambang kebudayaan antar anggota masyarakat. Sifat khas suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan dalam beberapa unsur yang terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya, keseniannya, dan dalam adat istiadat upacaranya. Bahasa dan budaya, sangat sarat dengan daya-daya kohesif dan saling mempengaruhi, serta boleh dikatakan bahwa masing-masing entitas yang satu tidak bisa berdiri sendiri tanpa peranan yang lain.

Pembelajaran budaya suatu masyarakat hendaknya mengutamakan unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam masyarakat tersebut. Budaya dan bahasa merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Untuk belajar suatu budaya sekelompok masyarakat, seseorang harus menguasai bahasa sekelompok masyarakat tersebut. Chaer dan Agustina (2010), mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain.

Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar siam, du buah fenomena sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem kebudayaan. Sedemikian eratnya hubungan antara kebudayaan dan bahasa sebagai wadahnya, hingga sering terdapat kesulitan dalam menerjemahkan kata-kata dan ungkapan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Sebagai contoh, perkataan village, dalam bahasa Inggris tidaklah sama dengan desa dalam bahasa Indonesia. Sebab konsep village dalam bahasa Inggris adalah lain sekali dari desa dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu ungkapan yang pernah di keluarkan oleh penulis asing menyebut kota Jakarta sebagai big village akan hilang maknanya jika diterjemahkan dengan ” desa yang besar”.

Hal ini menegaskan kita pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan, yaitu bahwa kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan adalah melalui bahasanya. Semua yang di bicarakan dalam suatu bahasa, terkecuali ilmu pengetahuan yang kita anggap universal, adalah tentang hal-hal yang ada dalam kebudayaan bahasa itu. Oleh karena itu maka perlu mempelajari bahasa jika kita ingin mendalami suatu kebudayaan ialah melalui bahasanya. Bahasa itu adalah produk budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan.

E.     Contoh Perbedaan Bahasa Sebagai Unsur Budaya

Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia dan dalam kebudayaan yang diciptakan oleh manusia sehingga perbedaan bahasa menjadi sesuatu yang wajar apalagi di Negara Indonesia yang dipenuhi oleh beragam suku dan budaya. Budaya sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa karena salah satu produk turunan dari kebudayaan adalah bahasa. Kali ini kami mengangkat bahasa daerah NTT sebagai contoh.

Berikut ini adalah contoh perbedaan antara bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional dan bahasa kupang yang merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar