Oleh: Chaerol Riezal
Pendahuluan
Filipina merupakan salah satu negara Asia Tenggara
yang berada di laut Cina Selatan. Filipina berada di sebelah utara Malaysia dan
Indonesia. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina juga merupakan Negara kepulauan
dan salah satu Negara di Asia yang terpengaruh budaya barat dan dikenal
mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan merupakan salah satu dari dua
Negara yang didominasi umat katolik di Asia selain Timor Timur.
Filipina adalah negara paling maju di asia setelah
perang dunia II, namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang Negara -
negara lain akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang
dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh - pengaruh neo-kolonial.
Saat ini Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak
disumbangkan dari pengiriman uang oleh pekerja - pekerja Filipina di luar
negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat.
Bentuk pemerintahan Filipina mengikuti pemerintahan Amerika
Serikat. Filipina ditata sebagai sebuah republic, dimana presiden berfungsi
sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, dan Panglima Tertinggi Angkatan
Bersenjata. Presiden dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 6 tahun, dan
memilih serta mengepalai kabinet. Dewan Legislatif Filipina mempunyai dua
kamar. Kongres terdiri dari senat dan Dewan Perwakilan, angota keduanya dipilih
oleh pemilu. Ada 24 senator yang menjabat selama 6 tahun di senat, sedangkan
dewan perwakilan terdiri dari tidak lebih dari 250 anggota kongres yang
melayani selama 3 tahun. Cabang yudikatif pemerintah dikepalai oleh Mahkamah
Agung, yang memiliki seorang Ketua Mahkamah Agung sebagai kepalanya dan 14
Hakim Agung, semuanya ditunjuk oleh presiden.
Filipina merupakan anggota aktif dari PBB sejak
penerimaannya pada 24 Oktober 1945. Filipina juga merupakan Negara pendiri
ASEAN, dan merupakan pemain aktif dalam APEC, Latin Union dan anggota dari
Group of 24. Filipina juga merupakan sekutu Amerika Serikat, tetapi juga
merupakan anggota dari Gerakan Non Blok.
Filipina bersengketa dengan Republik Cina (Taiwan),
Republik Rakyat Tiongkok, Vietnam dan Malaysia atas Minyak dan gas alam di
kepulauan Spartely dan Scarborough Shoa dan dengan Malaysia atas Sabah.
Sultan sulu yang menerima sabah sebagai hadiah pada 1703 setelah menolong
sultan Brunei mengalahkan pemberontak, telah memberikan pemerintah Filipina
kuasa untuk mengklaim wilayahnya yang hilang. sampai saat ini, keluarga Sultan
Sulu masih menerima pembayaran “sewa” untuk sabah dari pemerintah Malaysia.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah mengenai
Filipina karena untuk memenuhi tugas yang telah diberikan pada mata kuliah Sejarah Asia Tenggara. Di sini,
penulis mengungkapkan urutan sejarah Filipina, dalam makalah ini akan menguraikan
mengenai penjajahan bangsa Spanyol di Filipina.
Kedatangan Bangsa Spanyol Di Filipina
Latar belakang kedatangan bangsa
Spanyol ke Filipina adalah karena keberhasilan Sultan Muhamad al-Fatih
menaklukan Konstantinopel pada 1453 yang dilanjutkan dengan blockade perdagangan
kerajaan Turki Utsmani di Laut Tengah terhadap pedagang-pedagang Eropa Barat
sehingga Bangsa Barat mencari daerah produsen rempah-rempah. Dengan
keberhasilan Spanyol dan Portugis menghalau dan menghancurkan kekuatan Islam di
semenanjung Iberia tahun 1942, membuat Portugis dan Spanyol berkembang menjadi
kekuatan “Pelindung agama Kristen” yang direstui Paus di Roma untuk menaklukan
daerah-daerah baru untuk dikristenkan. Agar tidak terjadi perselisihan di
kemudian hari antara Spanyol dan Portugis maka Paus Alexander pada tahun 1494
di Todersillas membut perjajian yang dikenal dengan Perjanjian Todersillas yang
berisi membagi dunia menjadi dua. Daerah-daerah di sebelah barat garis
Todersillas menjadi milik Spnyol dan bagian timur milik Portugis.
Tahun 1521 Ferinand de Magelhaens
seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk Raja Karel V dari Spanyol berhasil
mendarat di Pulau Cebu di Filipina. Atas nama Raja, sesudah upacara Missa
dipasanglah sebuah salib sebagai tanda bahwa tanah itu dijadikan bagian dari
kerajaan Spanyol Raya. Konflik pun terjadi antara penduuk asli dengan para
pendatang asing ini. Dalam pertempuran Magelhaens tewas. Sisa anak buahnya
kembali ke Spanyol untuk melaporkan semua yang terjadi. Mereka menamakan
kepulauan yang telah mereka temukan itu dengan nama Pulau St. Lazarus.
Pada mulanya raja kurang
memperhatikan atas kepulauan ini, karena sedang sibuk membendung kekuatan
Protestanisme di negerinya. Baru pada tahun 1526 raja mulai memikirkannya,
kemudian mengirimkan sebuah tim yang dipimpin oleh Fernando Cortez, penakluk
Mexico untuk menyelidiki kepulauan ini. Dua orang anak buahnya meninggal. Pada
tahun 1542 berangkatlah Laksamana Ruy Lopez dan Vilalobos dari Puerta Navidad
(Mexico) ke Filipina. Vilalobos menganti nama kepulauan St. Lazarus menjadi
Philipinese sebagai tanda kehormatan kepada putera mahkota Don Philips II,
putera Maharaja Karel V. Setelah secara resmi berkuasa mengganti ayahnya,
Philips II mencurahkan semua kekuatannya untuk menguasai kepulauan yang
dinisbatkan pada namanya.
Masa Penjajahan Spanyol Di Filipina
Proses penjajahan Spanyol di
Filipina adalah melakukan perlawanan dengan penduduk asli yang telah beragama
Islam maka orang Spanyol menyebut mereka dengan bangsa Moro. Sepanjang sejarah
kolonialisme Spanyol di Filipina orang-orang Moro di Selatan tidak pernah sama
sekali dapat ditaklukan dan ditundukan. Tercatat paling tidak terdapat enam
kali periode peperangan antara bangsa Moro dengan Spanyol.
Perang Moro I, diawali dengan
kedatangan bangsa Spanyol pada tahun 1565 yang dipimpin oleh Don Miguel Lopes
de Lagaspi dan berakhir ketika mereka berhasil menjajah Brunei Darusslam di
Borneo pada tahun 1578. Dua tahun kemudian peperangan berlanjut kembali,
pasukan Lagaspi berhasil mengalahkan Raja Sulaiman, kepala pemerintahan di
Manila dan menyerahnya Raja Lakadula yang memerintah di Tondu. Sejak saat itu
secara resmi Filipina dijajah Spanyol.
Perang Moro II tahap ini berlangsung
antara tahun 1587-1599. Perang Moro III dimulai dengan penyerangan kaum Muslim
ke Kepulauan yang telah dikuasai Spanyol. Berakhir pada tahun 1635, ketika
Spanyol atas bantuan orang-orang Jesuit berhasil membuat benteng kuat di
Zamboanga.
Perang Moro IV dititikberatkan pada
keberhasilan Sultan Nasrudin dalam mempersatukan kaum muslim yang tersebar di
berbagai pulau di bawah kepemimpinannya dalam sebuah perjanjian persekutuan
pada tahun 1645. Beberapa daerah yang bergabung antara lain: Lanao, Zamboanga,
Davao, Cotabato, Cagayan de Auro dan Bukitnon. Pada tahun 1656, Sultan Nasrudin
mengumandangkan seruan jihad kepada seluruh kaum muslim untuk memerangi
Spanyol. Pada tahun 1663 Spanyol berhasil diusir dari wilayah Zamboanga dan
berjanji tidak akan melakukan intervesi terhadap sultan-sultan di wilayah
selatan.
Perang Moro V berkecamuk sejak tahun
1718, ketika pasukan Spanyol ingin mencoba lagi menaklukan Zamboanga dan
berakhir ketika Spanyol berhasil menaklukan ibukota Kesultanan Sulu, Jolo. Perang
Moro VI pecah pada tahun 1851 ketika Spanyol menduduki ibukota Sulu, Jolo dan
berakhir dengan perjanjian yang dipaksakan paa tahun 1876. Tahap akhir Perang
Moro ini tidak berarti perlawanan kaum Muslim padam, diberbagai tempat
berkecamuk perlawanan terhadap Spanyol pada tahun 1898, ketika pasukan Amerika
Serikat berhasil mengusir Spanyol dari Filipina. Filipina pun memasuki era baru
di bawah penjajahan Amerika Serikat. Di bawah penjajahan Amerika Serikat
kekuatan Islam nyaris lumpuh sama sekali, kecanggihan persenjataan dan altileri
tentara Amerika Serikat telah berhasil meruntuhkan sebagian milisi Islam.
System penjajahan Spanyol di
Filipina dilakukan dengan kegiatan misi dan kerja-kerja sosial. Di wilayah
utara para padri sangat giat untuk mewujudkan pusat-pusat katolik. Disekeliling
geraja dan biara, didirikan bangunan-bangunan sekolah college’s, badan-badan
amal dan sebagainya. Mereka juga giat melakukan kerja sosila seperti membuat
jembatan, jalan raya dan saluran-saluran air. Maka dalam waktu singkat
bermunculan desa-desa katholik. Kecuali membawa pengaruh barat, para paderi
menggunakan adat-istiadat setempat untuk tujuan. Misalnya, mereka menerjemahkan
kitab suci Injil ke dalam bahasa Tagalok untuk memudahkan cara penggunaannya
bagi penduduk asli Filipina. Para paderi juga diberi hak untuk menguasai
tanah-tanah yang luas. Lambat laun, kekuatan ekonomi dan perdagangan dunia
serta harga-hrga tanah menjadi mahal, membanjirlah dari Eropa para paderi
Katolik yang lebih mengutamakan urusan duniawi daripada tugas keagamaannya.
Mereka lama kelamaan menjadi tuan tanah yang serakah yang mampu
mengintimidasikan penduduk karena kekayaan mereka. Mereka menggencet dan
memeras para petani Filipina. Tanah-tanah rakyat mereka ambil begitu saja. Pada
zaman ini struktur kekuasaan secara politis masih dipegang oleh pemerintah
Spanyol. Namun, kekuatan sosial ada di tangan kaum paderi.
Kepincangan sosial melahirkan
kemiskinan di kalangan rakyat dan oleh Joze Rizal diabadikan dalam bukunya Noli
Me Tangere (Jangan Sentuh Aku) yang berkisah tentang kebusukan dan
kesewenang-wenangan pemerintahan Spanyol serta penindasan para pemimpin Gerja
Katolik. Tanah-tanah milik rakyat dikuasai seenaknya oleh kaum paderi, tetapi
pemerintah Spanyol mencegahnya. Karena bangsa Filipina dianggap tidak lebih
dari hewan yang mereka sebut Indio. Para Inio hanya berharga di mata orang
Spanyol karena mereka mempunyai tenaga untuk diperas dan tanh-tanah untuk
dikuasai. Uantuk melangengkan kekuasaaannya kaum paderi katolik berusaha
menguasai pemerinthan melalui pejabat-pejabat yang banyak melakukan kesalahan.
Dengan senjata pengampunan dosa para paderi berhasil memaksa mereka untuk
berpangku tangan pada setiap kegiatan gereja yang merugikan penduduk pribumi.
Bila pejabat itu membangkan, mereka dapat dipermalukan dalam setiap khotbah di
gereja-gereja dan tidak diberi pengampunan dosa.
Kekayaan semakin bertumpuk di tangan
para pemimpin gereja. Dengan kekayaan itu mereka berhasil mempertahankan
kedudukannya sebagai penguasa disamping pemerintah Gubernur Jenderal yang
memerintah dari istana Malacanang, yang tidak patuh pada keinginan gereja,
dengan mudah di copot karena pengaruh Gereja sudah sampai di Madrid. Kedaaan
ini terus menerus berlangsung berabad-abad selama Filipina berada di bawah
penjajahan Spanyol.
Masa Pendudukan Amerika Di Filipina
Penguasaan Filipina oleh Anerika
mendapat kecaman dari bangsa Eropa karena ditangkap telah melanggar Doktrin Monroe, yang isinya mengatakan
bahwa Amerika anti Kolonialisme dan Imperalisme. Amerika dianggap sebagai ancaman
baru bagi bangsa Eropa atas kekuasaannya di Asia. Untuk meredakan kecaman
tersebut, Amerika menyatakan Filipina semata-mata untuk menjalankan eksperimen
imperialisme. Artinya Filipina akan dijadikan model negara dengan sistem
kekuasaan liberal seperti Amerika di wilayah Asia.
Pada tahun 1919 delegasi Filipina di
bawah Manuel Quezon pergi ke
Amerika untuk menuntut kemerdekaan penuh atas Filipina. Amerika menjawab dengan
mengirimkan The Wood Forbes Mission tahun 1922, yang isinya menyatakan
bahwa Filipina belum mampu untuk merdeka. Bangsa Filipina menolak ucapan Wood
Forbes. Senat Filipina meletakan jabatannya, dan menuntut kemerdekaan
penuh.
Masa kekuasaan Amerika di Filipina
berlangsung dari tahun 1898 sampai tahun 1946. masa kekuasaan itu terbagi atas
3 periode seperti di bawah ini:
1.
Periode Tahun 1898-1942
Amerika melakukan pembinaan terhadap
system kekuasaan yang akan diterapkan di Filipina melalui perjanjian damai
dengan para tokoh nasionalis pada tahun 1907. Isinya, antara lain menjamin
kemerdekaan Philipina untuk 50 tahun yang akan datang.
2.
Periode Tahun 1942-1945
Amerika mengalami kekalahan di
Pasifik yang mengakibatkan Filipina dikuasai oleh Jepang. Pada tanggal 2
Januari 1942 Manila, ibu kota Filipina, jatuh ke tangan Jepang. Jendral
Deuglas Mac Arthur meninggalkan Filipina untuk menyusun pasukan sekutu di
Australia. Pada tanggal 6 Mei 1942 seluruh Filipina jatuh ke tangan Jepang.
Kekalahan Jepang untuk pertama
kalinya adalah dalam pertempuran di laut Karang, yang merupakan titik balik
bagi kemenangan Jepang. Sejak itu Jepang menggunakan bangsa Filipina sebagai
teman di bawah Presiden Laurel untuk menghadapi sekutu. Tetapi dengan
mendaratnya Sekutu di Filipina, dan kemudian kalahnya Jepang terhadap Sekutu
maka Republik Filipina membuat Jepang lenyap kembali (22 Oktober 1945).
Setelah Perang Dunia II selesai,
Amerika Serikat menepati janjinya untuk memberi kemerdekaan kepadaan Filipina.
Pesawat terbang jepang berhasil menenggelamkan kapal perang Price of wales
dan Repulse di Laut Natuna tahun 1942, menyebabkan tentara Sekutu
merosot. Tak lama kemudian Amerika Serikat membuat pesawat terbang B29 untuk
menggempur Jepang dengan menjatuhkan bon atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Maka berakhirlah Perang Dunia II, lebih cepat dari yang diperkirakan.
3.
Periode tahun 1945-1946
Jepang mengalami kekalahan dari
sekutu, berarti kekuasaan Amerika masuk kembali di Filipina.
Nasionalisme Di Filipina
A.
Sebab-Sebabnya
Kebangkitan nasionalisme Flipina termasuk yang tumbuh
lebih awal di bandingkan dengan kebangkitan nasionalis negara-negara asia
tenggara lainnya. Hai itu dilatar belakangi oleh system pemerintahan kolonial
yang melaksanakan dua model kekuasaan, sebagai berikut :
1. Pemerintah
sipil dipimpin oleh Gubernur Jenderal dan bertanggung jawab langsung kepada
Raja Spanyol.
2. Pemerintahan
agama dipimpin oleh Uskup dan bertanggung jawab langsung kepada Paus di Roma.
Peran pemerintahan agama sangat membantu rakyat Filipina dalam menumbuhkan
kesadaran sebagai bangsa karena system pemerintahan itu berfungsi untuk
mendidik rakyat sebagai missionaries dalam penyebaran agama Katolik di
Filipina.
Sebab-sebab
timbulnya nasionalisme di Filipina antara lain :
1. Imperialisme
Spanyol yang bertindak kejam dan kolot. Tidak ada kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat. Setiap tuntunan mengenai-mengenai perbaikan pemerintahan, dianggap
sebagai pengkhianatan terhadap Spanyol dan dihukum secara kejam.
2. Lahir kaum
inteletual atau golongan terpelajar. Datangnya bangsa Spanyol yang menyebarkan
agama katolik Roma, akan membawa Bangsa Filipina ke cara-cara hidup Eropa,
sehingga menggantikan cara hidup asli. Pendidikan Filipina termasuk maju,
dibandingkan dengan negara-negara Asia, karena mendapat pendidikan dengan
system negara Barat. Pendidikan tersebut menimbulkan golongan pelajar yang tau
bahwa mereka dijajah. Mereka ingin merdeka.
3. Penguasa
gereja yang mengekang kehidupan bangsa Filipina. Sebagian besar tanah Filipina
milik biara, sehingga para petani Filipina hanya sebagai penyewa tanah belaka.
Hidup para petani sangat menderita.
4. Pengaruh
paham-paham baru seperti demokrasi dan liberalisme. Pembukaan Terusan Suez
mempermudah hubungan Eropa dan Asia. Oleh karena itu buku yang memuat paham
demokrasi dan liberalisme dengan mudah masuk ke Asia, termasuk ke Filipina.
Sebaliknya banyak orang Asia pergi ke Eropa, sehingga mengenal Nasionalisme
Barat, yang dibawa ke Filipina.
5. Pengruh
revolusi kemerdekaan di Amerika Latin yang menentang imperialisme Spanyol.
Diantaranya adalah Perang Kemerdekaan Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan terhadap bangsa Spanyol (1810-1828), membuka mata bangsa Filipina bahwa
Spanyol dapat dikalahkan.
A.
Gerakan Nasionalisme Filipina
Gerakan Nasionalisme
Filipina sebagai berikut :
1. Companerismo
Companerismo artinya persahabatan,
merupakan gerakan nasional yang pertama di Filipina yang lahir pada tahun 1880,
tujuannya adalah mengusahakan pendidikan yang patriotis.
2.
Liga Flipina
Liga Filipina didirikan oleh Jose Rizal pada tahun 1982. tujuannya
mempersatukan Filipina untuk menentang penjajah Spanyol. Ia merupakan pelopor
kemerdekaan dan perlawanan nasional Filipina. Ia seorang dokter, ahli sastra,
dan telah mengunjungi Spanyol, Prancis, Jerman, dan Inggris. Ia menulis buku
yang terkenal dan menggemparkan pemerintah kolonial Spanyol di Filipina.
Judul bukunya adalah Noli Metangere, yang artinya jangan
menyinggung saya. Isi buku itu mengkritik pedas penguasa greja dan pemerintah
kolonial. Ia ditangkap dan diasingkan. Para pemimpin gerakan kemerdekaan, Jose
Rizal diasingkan, menganggap bahwa dengan jalan damai sulit untuk memperoleh
kemerdekaan. Untuk itu mereka melaksanakan jalan pemberontakan bersenjata.
Pada tahun 1893 Andres Banifacio mendirikan katipunan, yaitu gerakan nasionalis
untuk melawan penjajah Spanyol. Pergerakan kebangsaan di Filipina meletus dalam
bentuk pemberontakan katipunan
terhadap kekuasaan Spanyol sejak tahun 1896 yang dipinpin oleh Jose Rizal, namun pemberontakan itu
gagal. Andres Banifacio kemudian memimpin gerakan rahasia, yaitu Liga Filipina.
Mengakibatkan Jose Rizal ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tanggal 30
Desember 1896. Kematian Jose Rizal menimbulkan kemarahan rakyat Filipina untuk
mengusir Spanyol.
Ini terbukti sejak tahun 1896 pemberontakan
rakyat Katipunan melawan penjajah Spanyol, dilanjutkan oleh Euriho Aqwnaldo
yang terus berkobar. Pemerintah Spanyol tidak berhasil menindasnya.
Pemberontakan semakin besar, akhirnya Spanyol mengadakan perjanjian Filipina,
yaitu Perjanjian Biacna Bato
(1897), dengan Aqwnaldo, yang berisi: Spanyol berjanji akan mengadakan
perbaikan pemerintahan dalam 3 tahun. Tetapi Aqwnaldo dan kawan-kawan harus
meninggalakn Filipina (yaitu ke Hongkong) ternyata setelah ia meningalkan
Filipina maka perjuangan melawan penjajah berhenti. Bahkan pada saat perebutan
daerah koloni di sekitar Laut Karibia antara Amerika dan Spanyol tahun 1898.
Spanyol memusatkan perhatin terhadap perang itu.
Melihat keadaan ini Euriho Aqwnaldo
kembali ke Filipina. Euriho Aqwnaldo kembali untuk memproklamasikan Filipina
sebagai negara yang yang merdeka pada tanggal 12 Juni 1898. Bersama Amerika ia
melawan Spanyol. kemudian ia menggempur tentara kolonial Spanyol. Spanyol
mundur maka Filipina jatuh. Tinggal manila yang belum jatuh. Pada tanggal 13
Agustus 1898 Manila jatuh. Kemudian sementara itu, Amerika yang memperoleh
kemenangan atas Spanyol dalam perang di Laut Karibia. Dalam perjanjian
perdamaian Paris tanggal 10 Desember 1898 Spanyol menyerahkan Filipina kepada
Amerika, dengan menerima uang sebanyak $20.000.000,00.
Penjajah Spanyol pergi dari
Filipina. Filipina lepas dari penjajah Spanyol, tetapi jatuh lagi ke tangan
Amerika, yang lebih kuat dan besar. Untuk itu, Amerika tidak mengakui
kemerdekaan Filipina yang telah diproklamasikan pada tanggal 12 juni 1898,
bahkan sebaiknya, daerah itu dijadikan sebagai daerah jajahan Amerika sejak
tahun 1898. Tetapi Euriho Aqwnaldo, dan tetap memegang teguh kemerdekaan
Filipina.
Pada tahun 1898 itu juga UUD
terbentuk, dan Euriho Aqwnaldo menjadi presiden. Perjuangan melawan Amerika
dimulai. Dua tahun lamanya ia melawan Amerika, namun belum berhasil. Pada tahun
1901 Amerika dengan tipu muslihatnya berhasil menangkap Euriho Aqwnaldo. Tetapi
gerilyawan-gerilyawan lainya meneruskan perjuangan sampai tahun 1902.
Kesimpulan
Sejauh apa yang telah dibahas tentang Filipina
dibawah penjajahan Spanyol ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dimulainya
penjelajahan bangsa barat ke bagian dunia lain yang menyebabkan terjadinya
penjajahan. Bangsa spanyol menjajah Filipina selama kurang lebih 327 tahun.
Suasana liberal pada saat dipimpin oleh gubernur Torre menyebabkan Filipina ingin membebaskan diri dari belenggu
penjajah dan hendak mengatur Negaranya sendiri. Banyak faktor yang
melatarbelakangi nasionalisme di Filipina. Faktor-faktor yang menjadi penyebab
adalah faktor dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal) itu sendiri.
Nasionalisme di Filipina dibagi atas
tiga periode atau tiga kurun perjuangan ketika dijajah spanyol. Gerakan pertama
berlangsung sampai Tahun 1872, Gerakan yang Berlangsung antara Tahun 1872-1896,
dan Gerakan yang Berlangsung antara Tahun 1896-1901. Kemudian dilanjutkan
dengan penjajahan Amerika Serikat, dilanjutkan Perang Dunia II dan Pendudukan
Jepang, hingga yang terakhir Kemerdekaan Filipina dan Republik Ketiga.
Sumber
Adib, Cesar Majul, Moro. Perjuangan
Muslim Filipina Selatan. Jakarta: Al Hilal, 1987.
A.J. Siswasoebrata. Sedjarah Filipina
Katolik: Manikam Bentoek Timoer. Djakarta: Tryudam Maaram. 1936.
A.S. Harahap. Sejarah Penjiaran Islam
Di Asia Tengara. Medan: Toko Buku Islamiayah, 1951.
Suganda, Didin dan Budi Santosa, Ayi. Sejarah
Asia Tenggara (Catatan Tambahan Perkuliahan): Bandung. 1997. Tanpa
Penerbit.
Syahbudin Mangandaralam. Mengenal
Dari Dekat Filipina Negara Tanah Air Patriot Pujangga Jose Rizal. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1987.
nice info untuk belajar
BalasHapussurat al alaq
Orang tolol nulis sejarah ya kaya gini.
BalasHapusFilipina banyak Kristen kan karena banyak yg menikah dengan orang Spanyol.
Lihat saja wajahnya , banyak yg mirip spanyol.
Bukan Kristenisasi..
Baca drun..
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09505431.2013.838214