Nabi Isa berusaha menyadarkan para pendeta Yahudi bahwa para dai yang
menyeru di jalan Allah SWT bukanlah algojo-algojo yang bengis yang menerapkan
hukum syariat tanpa melihat keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang
dan membawa ajaran Allah SWT yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat
kepada manusia. Jadi, rahmat adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan
diutusnya para nabi itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum
mereka.
Isa as terus berdoa kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau
menyuruh kaumnya agar menyayangi diri mereka sendiri dan beriman kepada Allah
SWT. Kehidupan Nabi Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah.
Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana diri wayatkan Ibnu 'Asakir:
"Nabi Isa menemui kaumnya dengan memakai pakian dari wol. Beliau keluar
dalam keadaan tidak beralas kaki sambil menangis serta wajahnya tampak pucat
karena kelaparan dan bibimya tampak kering karena kehausan. Nabi Isa berkata, "salam
kepada kalian wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang yang meletakkan dunia di
tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri.
Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?" Mereka menjawab: "Di mana
rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku adalah mesjid, wewangianku adalah air
makananku adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan salatku
di waktu musim dingin di saat matahari terletak di timur, bungaku adalah
tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah takut kepada
Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-orang
yang sakit, dan orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak
mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku
tidak menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya
bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah
SWT. Nabi Isa mampu membuat bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya,
maka tanah itu menjadi burung dengan izin Allah SWT. Selain itu, ujung bajunya
yang sederhana jika tersentuh orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh.
Bahkan jika Isa meletakkan tangannya di atas mata orang yang buta atau orang
yang terkena sakit belang niscaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh
mukjizat yang luar biasa. Bahkan beliau mampu menghidupkan orang-orang yang
mati dari kuburan mereka sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup dengan izin
Allah SWT.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa Nabi Isa menghidupkan empat orang.
Pertama, al-Azir yaitu temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang
tua, dan seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah
tiga orang yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang-orang Yahudi melihat hal
tersebut, mereka berkata: "Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan
kematian mereka tidak lama .Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar
mengalami keadaan tidak sadarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta
kepada Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa Nabi Isa bertanya kepada mereka,
"Di manakah kaum kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa
sehingga mereka mencapai kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar
menghidupkan orang yang mati di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya, dan
rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana
rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di zamanmu kau tidai. ada
uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku mendengar engkau berdoa untukku
lalu aku mendengar suara yang mengatakan, aku akan mengabulkan wahai Ruhullah.
Aku mengira bahwa kiamat telah tiba. Karena takutnya kepada hal itu sehingga
rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan
tentang bagaimana Nabi Isa menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak
mengetahui konteks Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang menjelaskan hal
tersebut. Allah SWT hanya menyebutkan bahwa Isa menghidupkan orang-orang yang
mati dengan izin-Nya. Kita percaya bahwa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka
tetapi kita tidak mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau
mereka sempat menjalani kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan
di jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum
ruh. Beliau menaiki gunung dan para sahabat-sahabatnya berdiri di sekitarnya.
Nabi Isa melihat orang-orang yang beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang
yang fakir, orang-orang yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah
mereka sedikit sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai
berbicara: "Sungguh beruntung bagi orang-orang miskin karena mereka
memiliki kerajaan langit. Beruntunglah orang-orang yang sedih karena mereka
akan menjadi orang-orang yang mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat karena
mereka akan mewarisi bumi. Beruntunglah orang-orang yang lapar dan haus karena
mereka akan dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang menyayangi karena
mereka akan disayangi. Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya karena
mereka akan melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi
mempertahankan kebenaran karena mereka akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian
adalah garam bumi jika garam telah rusak, maka siapa gerangan yang dapat
mengembalikannya menjadi garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan
dari Nabi Isa, "kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam
makanan akan menjadi hambar. Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa
kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim dan
perbuatan mereka yang ikhlas terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan sangat
berat dan tidak berarti. Di samping itu, kehadiran manusia sebagai khalifah
Allah SWT di muka bumi pun sia-sia, dan keagungan manusia sebagai hamba Allah
SWT pun tidak bermakna, dan pada gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan
kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan kepada "garam bumi" agar mereka
beriman kepada Nabi Isa. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa
yang setia: 'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab:
'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).' (QS.
al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan
keislaman kepadanya, sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran Nabi
Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi
menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada pernyataan
keislaman dan semua nabi menyeru kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam
dalam pandangan kami memiliki makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan
seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan keesaan-Nya dalam menciptakan
makhluk tidak mencegah orang itu untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman atau
penyerahan hati dan anggota badan serta pemikiran kepada Allah SWT merupakan
suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan orang-orang
yang patuh dan puncak ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu adalah
keserasian antara tindakan dengan pikiran, yaitu usaha manusia untuk
menghindari kesalahan dan memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Qur'an
al-Karim memberitahu kita bahwa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada
al-Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita
renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita
mengetahui bahwa Allah SWT mewahyukan kepada manusia dan kepada makhluk-makhluk
lainnya. Allah SWT berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl: 68)
Yang dimaksud
dengan wahyu di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk agar mereka menuju
ke jalan fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga mereka
mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawaban Nabi Musa
terhadap pertanyaan Fira'un: "Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan kamu berdua
wahai Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan
kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinsa petunjuk.
" (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan
kepada kaum Hawariyin di mana wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian
ilham kepada mereka demi kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini
tidak bertentangan dengan ikhtiar mereka dan usaha mereka serta keinginan
mereka, bahkan tidak bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah
melihat hati mereka yang dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai
garam bumi, maka Allah SWT mewahyukan kepada mereka agar beriman kepadanya dan
rasul-Nya sehingga mereka pun beriman dan mereka pun bersaksi bahwa mereka
orang-orang yang berserah diri atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa
merasakan kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka:
"Siapakah di antara kalian yang menolong aku menuju jalan Allah SWT?"
Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil)
berkatalah dia: 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk
menegakkan (agama) Allah?' Para Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab:
'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan
sahsikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri.
Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan
telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan
orang-orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali
'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan bahwa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti
Islam sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Isa
menyampaikan kabar gembira dengan kedatangan seorang rasul yang datang
setelahnya yang bernama Ahmad. Dikatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun
sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang
rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala
rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: 'Ini adalah sihir yang nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan kabar
berita tentang kedatangan seorang rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu
Ahmad saw. Apakah kabar berita itu beliau sampaikan dipermulaan pengutusannya
kepada manusia, atau apakah beliau menyampaikan kabar itu pada akhir masa
dakwahnya dan sebelum beliau diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks
Al-Qur'an tampaknya kabar berita tersebut itu disampaikan di permulaan
dakwahnya, sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni adalah sihir
yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat
tersebut menunjukkan bahwa Nabi Isa menyampaikan kabar gembira dengan datangnya
Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian
terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai macam mukjizat yang luar biasa seperti
penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa
datang membawa bukti-bukti yang jelas ini, maka mereka menuduhnya bahwa ia
membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahwa tuduhan semacam ini telah dialamatkan
kepada sebagian besar para nabi sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahwa nabi
yang terakhir pun akan mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh karena itu, nabi
yang mulia itu tetap berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan
tuduhan kaumnya yang mengatakan bahwa beliau membawa sihir.
Kemudian pertentangan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin
meningkat. Mereka adalah orang-orang yang hatinya keras, yang membeku di
hadapan kebenaran. Isa datang kepada mereka dan menghancurkan segala pemikiran
mereka dan kehidupan mereka serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa
terfokus kepada kebenaran, kedamaian dan keadilan dan pada saat yang sama
mengumumkan peperangan terhadap kehidupan orang-orang yang lalim yang telah
menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Injil Mata menyebutkan melalui
lisan Isa: "Jangalah kalian mengira bahwa aku membawa kedamaian ke muka
bumi. Aku tidak datang hanya membawa kedamaian tetapi aku datang membawa
pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah
para nabi. Para nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan
di medan peperangan beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah
pejuang. Mereka memulai peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu suatu
tekad mengatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu
berbenturan dengan kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia,
baik tuhan-tuhan yang terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat
mengganggu ketenangan orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta
sangat melawan kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa seperti
biasanya bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan petunjuk dari
Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang nabi. Al-Mala'
adalah para pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan
sesudahnya. Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya:
Nabi meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak
seorang pun berhak untuk menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak
karena penghambaan hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama
di antara mereka sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan
manusia untuk membangun kejayaan pribadinya atau unruk memperkaya dirinya
dengan merugikan orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat
buruk terhadap mereka dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi
berarti mengganti dan mengubah sistem yang rusak yang didirikan oleh para
pembesar kaumnya. Kalau begitu, ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan
karena itu seseorang nabi harus membava senjata. Setelah meneguhkan pemikiran
tersebut, dimulailah peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung
di balik senjata dan senjata yang dimiliki oleh setiap nabi berbeda-beda.
Syariat Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barangsiapa yang
memukulmu di pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu
bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang
dipukul mampu untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu
merasa puas hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, namum jika ia tidak
mampu, maka hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi
hatinya dipenuhi dengan dendam karena ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa.
Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang
besar namun syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati,
yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang
dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah SWT telah mengutusnya dan
memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT menurunkannya
kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para
nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan
kesucian dan mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar