Safari ibadah, penghambaan dan
cinta ke tanah suci Mekah sudah dimulai. Meski singkat, namun safari ini penuh
makna dan rahasia. Safari ke negeri wahyu, negeri makrifat, cinta dan
penghambaan kepada Zat yang Maha Suci. Dalam perjalanan spiritual ini yang
dituju adalah Rumah Allah, Ka'bah, yang menjadi dambaan setiap insan bertauhid.
Daya tarik Ka'bah sedemikian
kuat menarik hati insan mukmin kearahnya. Mungkin tak ada fenomena yang lebih
indah dari pemandangan gerakan pelan memutar para jamaah haji saat bertawaf
mengitari Ka'bah dengan penuh kecintaan dan rasa penghambaan. Itu Ka'bah yang
oleh Allah disebut sebagai rumah yang penuh berkah dan memancarkan hidayah
untuk umat manusia. Allah Swt berfirman: "Sesungguhnya rumah yang
mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di
Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."(QS.
Aali Imran: 96)
Sumber-sumber sejarah sepakat
bahwa Ka'bah sudah ada sejak zaman Nabi Adam as. Tarikh Yaqubi menyebutkan
bahwa setelah membangun Ka'bah, Nabi Adam melakukan tawaf dengan mengitarinya.
Ini berarti bahwa Ka'bah sudah ada sebelum zaman Nabi Ibrahim as. Dan sejak
turunnya Adam ke bumi, Ka'bah dijadikan sebagai rumah ibadah untuk menghamba kepada
Allah Swt. Diceritakan bahwa banyak nabi dan rasul yang beribadah di tempat
suci ini.
Mengenai Nabi Ibrahim as, Allah
Swt telah memerintahkan beliau untuk membangun kembali Ka'bah dan menjadikannya
sebagai pusat tauhid dan penyembahan Allah. Al-Khalil juga menyeru masyarakat
untuk bersujud dan beribadah kepada Allah di tempat ini. Al-Quran menyebut
Ka'bah sebagai rumah ibadah pertama bagi manusia. Tempat ini pulalah pusat
ibadah dan penghambaan bagi semua orang. Sepanjang sejarah, Ka'bah dikenal sebagai
simboil tauhid. Saat meninggalkan istri dan anaknya di sana, Ibrahim as
berpesan kepada keduanya untuk mendirikan shalat sehingga tempat itu menjadi
tempat merujuk bagi orang-orang yang bertauhid.
Imam Ali kw mengenai keutamaan
Ka'bah berkata, "Allah Swt telah menjadikan rumah ini sebagai lambang bagi
Islam dan haram yang aman bagi pencari perlindungan. Dia telah menetapkan
kewajiban untuk menunaikan haknya dan menjalan haji. Jika Allah berkehendak,
Dia bisa menjadikan rumahNya di antara taman, sungai, tanah yang datar, tenang
dan rindang. Akan tetapi, pahala yang bakal diberikan tentu akan jauh lebih
kecil karena kenyamanan yang didapat dalam menjalan ujian Ilahi. Allah
berkehendak menguji hamba-hambaNya dengan berbagai kesulitan dalam ibadah
supaya rasa takabbur tercabut dari hati mereka dan tawadhu
menggantikannya."
Ka'bah adalah bangunan sederhana
berbentuk kubus dengan ketinggian sekitar 15 meter, panjang 12 meter dan lebar
10 meter. Bangunan ini terletak di tengah Masjidul Haram. Tak ada emas dan perak
yang menghiasi rumah Allah ini. Tak ada kesan mewah pada bangunan ini. Meski
sangat sederhana, namun Ka'bah memancarkan wibawa yang sangat agung dan
keindahan yang menarik hati. Suatu hari, ketika Rasulullah Saw bertawaf beliau
mendongakkan kepala dan bersabda, "Puji bagi Allah yang telah memberimu
kemuliaan dan keagungan."
Menurut al-Quran, salah satu
peran Ka'bah adalah membimbing manusia ke arah kebenaran. Rumah ini dibangun
untuk ibadah dan penyembahan kepada Allah. Di sini pula, disyariatkan berbagai
macam ritual keagamaan yang berhubungan dengan penghambaan dan ketaatan kepada
Allah. Manasik yang merupakan ibadah khas yang dijalankan di tanah suci adalah
rangkaian ritual yang berhubungan dengan kehidupan Nabi Ibrahim, nabi yang
menjadi simbol tauhid dan penghambaan mutlak kepada Sang Khaliq. Dengan
berlalunya masa, ritual itu sempat mengalami masa-masa redup sampai akhirnya
menyimpang, dan di masa Jahiliyah, Ka'bah menjadi tempat pemujaan berhala.
Di awal kemunculan Islam, Ka'bah
bukan kiblat bagi kaum muslimin dalam melaksanakan shalat. Syariat Islam saat
itu memerintahkan muslimin untuk shalat menghadap Masjidul Aqsa di Palestina.
Hal itu berlangsung selama Nabi Saw berada di Mekah dan beberapa waktu setelah
hijrah ke kota Madinah. Ka'bah sendiri saat itu menjadi pusar pemujaan berhala.
Menurut catatan sejarah ada ratusan berhala yang dipasang di Masjidul Haram dan
bahkan di dalam Ka'bah. Shalat menghadap Masjidul Aqsha menjadi bahan bagi
orang-orang Yahudi Madinah untuk mengolok-olok kaum Muslimin dan agama Islam.
Mereka mencibir bahwa kaum muslimin hanya bisa mengikuti agama-agama lain dan
menggunakan kiblat umat Yahudi sebagai kiblat mereka. Hal itu cukup menyakitkan
hati Nabi Saw.
Beliau berharap Allah akan
menurunkan wahyu yang memerintahkan beliau untuk mengganti arah Kiblat. Hari
demi hari berlalu, namun perintah ilahi itu tak kunjung datang. Hampir setiap
malam beliau menatap ke langit dengan memendam rasa dan asa. Sampai akhirnya,
pada suatu hari ketika beliau sedang melaksanakan shalat Zuhur, Jibril al-Amin
datang membawa wahyu dari Allah yang memerintahkan Sang Nabi untuk menghadap ke
arah Ka'bah dan menjadikan rumah Allah itu sebagai kiblat. Jibril menuntun Nabi
sampai beliau menghadap ke arah kiblat yang baru. Sejak saat itulah, Ka'bah menjadi
kiblat bagi umat Islam dan ke arah sanalah kaum muslimin melaksanakan shalat.
Ayat 144 surat al-Baqarah
menceritakan kisah itu. Allah Swt berfirman:
"Sungguh Kami (sering)
melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana
saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Rabb-nya; dan Allah
sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."
Dalam urusan ibadah,Ka'bah
adalah bangunan yang sarat dengan nilai spiritual. Rumah Allah ini juga peran
besar dalam kehidupan sosial umat Islam. Dalam sehari semalam, kaum muslimin
shalat lima kali menghadap ke arah kiblat. Kesamaan arah ratusan juta muslim
dalam beribadah dalam masa tertentu membawa pesan kebersamaan dan persatuan
umat ini. Allah memerintahkan semua Muslim di manapun juga untuk shalat
menghadap Ka'bah. Dengan demikian, Ka'bah bisa menjadi pemersatu umat Islam. Di
sini pula para pengikut tauhid berkumpul.
Ka'bah adalah bangunan tauhid
yang pembangunan maupun kelestariannya jauh dari unsur-unsur yang non-ilahi.
Sungguh merupakan satu kemuliaan besar bagi para hujjaj yang berkesempatan
tawaf mengitari Ka'bah, seperti para malaikat bertawaf mengitarinya. Hal yang
sama juga dilakukan oleh para nabi dan hamba-hamba Allah yang saleh. Ka'bah
adalah bangunan yang ditinggikan di zaman nabi Ibrahim as dengan tangan beliau
yang mulia dibantu oleh putranya, Ismail as. kehadiran di sisi Ka'bah mau tak
mau akan mengingatkan orang kepada Ibrahim as, nabi yang dikenal sebagai
penyeru tauhid sejati.
Tata krama yang mesti
diperhatikan orang saat berada di tempat itu adalah membersihkan diri dari
segala hal yang bisa memalingkannya dari Allah. Egoisme, takabbur, dan
kedengkian harus dibuang jauh-jauh. Setelah itu, orang baru dapat menikmati
makna tawaf di Ka'bah bersama dengan lautan manusia sambil memuji Allah dan
mengharap rahmatNya. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad Saw bersabda,
"Allah Swt berbangga dengan mereka yang bertawaf. Jika malaikat hendak
menjabat tangan manusia, maka yang mereka jabat adalah tangan orang-orang yang
bertawaf di rumah Allah."
Ayat 125 surat al-Baqarah
menyebut Ka'bah sebagai tempat yang aman. Allah Swt berfirman: "Dan
(ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi
manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat
shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
"Bersihkanlah rumah-ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang
ruku', dan yang sujud."
Masih tentang Ka'bah, rumah
Allah ini adalah tempat yang membawa berkah berlimpah bagi umat manusia. Imam
Ja'far Shadiq sa berkata, "Allah Swt telah menjadikan Ka'bah sebagai tiang
agama dan kehidupan bagi umat manusia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar