Imam Ath-Thabrani meriwayatkan, suatu hari Abu Hurairah berkata, “Saya
merasa sedih karena tiga hal. Pertama, sewaktu Nabi wafat, saya adalah sahabat
dan pelayan beliau yang masih kecil. Kedua, peristiwa terbunuhnya Utsman.
Ketiga karena tempat perbekalan itu.”
Orang-orang yang hadir di sekitar Abu Hurairah bertanya, “Apa yang engkau
maksudkan dengan tempat perbekalan itu, wahai Abu Hurairah?”
Abu Hurairah menjawab, “Ketika kami dalam perjalanan bersama Rasulullah,
banyak orang yang kelaparan. Beliau bertanya, “Hai Abu Hurairah, apakah kamu
punya sisa makanan?” Saya menjawab, “Ya, ada.” Saya membawa beberapa kurma di
tempat perbekalan.” Lalu beliau menyuruh saya untuk membawanya kepada beliau.
Mukjizat Nabi
sekantung kurma
Tanpa berpikir panjang, saya langsung membawanya pada Rasulullah. Ketika
itu, beliau memasukkan tangannya ke dalam tempat perbekalan lalu
mengeluarkannya kembali dengan satu genggam kurma. Beliau membeberkan kurma
itu, sehingga terlihat banyak. “Undanglah sepuluh orang untuk datang kemari!”
kata beliau. Setelah sepuluh orang itu datang, mereka dipersilahkan untuk makan
kurma itu sampai kenyang.
Secara bergiliran, sepuluh demi sepuluh, mereka datang untuk memakan
kurma-kurma tersebut. Akhirnya semua tentara yang ada pada saat itu semuanya
merasa puas dan kenyang. Meskipun demikian, kurma-kurma itu masih tersisa.
Kemudian beliau berkata kepada saya, “Duduklah dan makan bagianmu!” Maka
saya pun makan kurma-kurma yang dibeberkan tadi, ternyata jumlahnya menjadi
lebih banyak dari yang saya berikan. Setelah saya memakannya, sisa kurma itu
saya masukkan ke dalam kantong tempat perbekalan.
“Hai Abu Hurairah,” kata Rasulullah, “Jika kamu ingin mengambil kurma itu,
masukkanlah tanganmu ke dalam tempat perbekalan itu secukupnya dan jangan
berlebihan.” Kurma-kurma itu sebagai penyambung hidup saya pada masa
Rasulullah. Setiap kali saya menginginkan kurma tersebut, saya rogoh kantong
perbekalan untuk mengambilnya. Selain itu, saya juga menafkahkannya untuk
memberi makan orang lain.
Kebiasaan ini berlanjut terus pada masa Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Baru
ketika Utsman terbunuh, rumah saya kena bongkar. Maka tempat perbekalan itu pun
hilang entah kemana.”
Sumber: Al Wafa bi Ahwalil Musthafa, Ibnul Jauzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar