8 Juli 2012

Di Balik Sebuah Perang

“Perang” apabila mendengar kata tersebut, terlintas dibenak kita sungguh sangat mengerikan, dan kekejamannya pun sungguh luar biasa. Perang tak asing lagi bagi umat manusia sedunia. Perang takkan berhenti sampai seluruh manusia dimuka Bumi ini betul-betul lenyap. Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri yaitu Hawa Nafsu. Tanpa disadari hawa nafsu lah yang mengendalikan dan menguasai manusia itu sendiri. Hawa nafsu pula yang mengubah kemenangan menjadi kekalahan bahkan hawa nafsu pun bisa mengubah Dunia ini menjadi Gelolak Sebuah Perang.

 Perang telah ada hampir sejak awal keberadaan umat manusia itu sendiri. Kebutuhan ekonomi dan politik yang saling bersaing telah menggiring manusia untuk mengangkat senjata melawan satu sama lain. Senjata dan tentara telah berkembang berdampingan, sehingga perang telah tumbuh semakin dahsyat dan merusak di seluruh dunia.

Namun, sampai abad ke-20, perang masih berbentuk "perang garis depan", di mana para serdadu dari kedua belah pihak bertemu di kedua sisi medan perang dan pertempuran hanya berlangsung di sekitar medan ini. Dalam bentrokan ini, hanya serdadu sajalah yang terbunuh.

Tetapi di abad ke-20, sejenis perang baru telah lahir, perang yang sasarannya tidak hanya para serdadu, namun juga rakyat banyak. Akibat perang seperti itu dirasakan tidak hanya di beberapa negara saja, namun cenderung telah menyeret seluruh dunia ke dalam mulut menganga yang mengerikan.

Sepanjang sejarah umat manusia, perang telah menimbulkan korban dan penderitaan yang hebat pada masyarakat. Sejumlah Nabi yang diutus kepada manusia sebagai utusan Allah telah memperingatkan mereka akan malapetaka dan kekisruhan ini.

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka Syu'aib, maka ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan." (QS Al-Ankabut: 36)

Melalui suara nabi mereka, bangsa Israel berjanji kepada Allah untuk tidak menumpahkan darah:

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya. (QS Al-Baqarah: 84)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar