15 Januari 2014

Menguak Sejarah Setanisme



Rimba hijau, bunga beraneka warna, air terjun yang jatuh deras, gunung tinggi menjulang, padang rumput menguning, lautan luas dan keindahan lain yang tak terhitung di alam adalah karya seni sempurna yang diciptakan untuk umat manusia. Segenap karunia menakjubkan ini telah diberikan kepada manusia guna memberikan kesempatan bagi mereka untuk bersyukur. Namun ada pula musuh besar yang menghalangi manusia untuk bersyukur dan berusaha mempengaruhinya agar tidak mematuhi Allah dengan tiada henti memperdayanya dengan janji kosong. Musuh ini ingin agar manusia menjalani hidup penuh masalah, baik di dunia ini maupun di akhirat, dan untuk mencapai hal ini, dia akan terus berupaya tanpa henti hingga Hari Kiamat. Musuh pembangkang ini ingin menunjukkan kepada manusia bahwa penyimpangan, kejahatan, kekejaman, serta pelanggaran susila adalah wajar, dan ingin mengesahkan semua kejahatan itu. Dengan tujuan ini di benaknya, dia telah merumuskan ajaran yang berbahaya, yang mengandung segala bentuk gagasan jahat. Musuh yang ganas ini adalah setan, yang telah diusir dari hadapan Allah, sedang ajarannya yang membahayakan dan berdarah disebut Setanisme.

Dalam Al Qur’an, setan adalah sebutan umum bagi makhluk-makhluk yang tak kenal lelah bekerja siang dan malam, untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah, memperdayai manusia dengan janji kosong agar manusia menjalani hidup abadi di neraka, dan akan terus berusaha sampai Hari Akhir. Leluhur dan setan yang terbesar dari semua setan adalah Iblis, yang memberontak kepada Allah ketika Adam diciptakan. Allah menciptakan Adam dan menghendaki para malaikat bersujud di depannya. Sementara para malaikat mematuhi perintah Allah, sesosok makhluk bernama Iblis tidak bersujud dan menyatakan bahwa dia lebih baik daripada Adam. Karena pembangkangan yang sombong ini, dia diusir dari hadapan Allah. Dalam Al Qur’an, Allah berfirman tentang pembangkangan setan terhadap-Nya, dan pengusiran setan dari hadapan-Nya:

Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam." Maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis, "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." Allah berfirman, "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (QS. Al-A’raaf, 7: 11-13)

Sebelum menyingkir dari hadapan Allah, dia meminta kepada Allah agar diberi tenggang waktu untuk menyesatkan manusia, yang dianggapnya sebagai penyebab pengusirannya. Allah memberikan kepadanya tangguh hingga Hari Kiamat.

Iblis menjawab, “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.” Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” (QS. Al-A’raaf, 7: 14-15)


Maka, campur tangan Iblis terhadap umat manusia pun dimulai. Allah memerintahkan bahwa Iblis beserta mereka yang mengikutinya akan masuk neraka. Allah mewahyukan hal ini dalam Al Qur’an:

Iblis menjawab, "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus." “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” Allah berfirman, "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya." (QS. Al-A’raaf, 7: 16-18)

Jadi, Iblis, setelah diusir dari hadapan Allah, memulai segala kegiatannya yang akan terus berlangsung sampai Hari Akhir. Dia telah merasuki kehidupan manusia untuk memperdayai mereka dan menyesatkan mereka. Dia telah diam-diam memasukkan rasa was-was ke dalam hati mereka. Dia telah menipu banyak orang, dan ada pula manusia yang telah sepenuhnya ditariknya menjadi golongannya. Dengan mengetahui bahwa setan adalah musuh yang dapat mendekati manusia dengan begitu lihainya, kita harus waspada terhadapnya.

Langkah pertama untuk waspada adalah mengenali siapa setan. Bila kita memperhatikan setan untuk mengenalinya, kita pahami bahwa dia memiliki cara berpikir yang amat aneh dan rahasia. Pada dasar cara berpikirnya, yang mulanya tampak pada Iblis lalu disebarkan kepada para pengikutnya, terdapat kesombongan dan keangkuhan. Di satu sisi, Iblis menerima keberadaan Allah dan kekuasaan-Nya yang abadi, di sisi lain, dia membangkang terhadap-Nya. Keadaan ini sangat bertentangan. Bahkan setelah Iblis menyeru manusia agar mengingkari Allah, dia berkata bahwa dia takut kepada Allah dan meninggalkan orang-orang itu. Allah menjelaskan hal ini dalam Al Qur’an:

(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia, "Kafirlah kamu," maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata, "Sesungguhnya aku melepaskan diriku dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al Hasyr, 59: 16)

Setiap orang yang menolak firman Allah dalam Al Qur’an dan membuat penilaian sendiri tentang hal-hal yang telah ditentukan Allah mengenai perintah ilahi sebagai hal tak bermakna, adalah sama keadaannya. Seperti Iblis, orang-orang ini tahu bahwa Tuhan memang ada, namun karena kesombongan dan keangkuhan mereka, mereka menjatuhkan diri hingga derajat setan. Yang aneh adalah kedudukan orang yang mengikuti setan, yang mencoba dengan keangkuhan dan kedengkian mereka yang tak berkesudahan untuk menarik manusia ke jalan yang menuju laknat.

Sepanjang sejarah, orang-orang pembangkang, yang ingkar kepada Allah serta kehidupan setelah mati adalah selalu orang yang telah disesatkan setan. Mereka mengakui setan, bukan Allah, dan sudah menjadikan kesombongan, keangkuhan, dan kejahatan setan sebagai teladan bagi diri mereka. Jadi, Setanisme adalah jalan yang dipilih oleh orang yang telah disesatkan setan dan kini telah menjadi murid atau pengikutnya. Keadaan orang-orang ini adalah sebagaimana dilukiskan dalam Al Qur’an:

Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (QS. Al Mujaadilah, 58: 19)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar