Kuliah perdana bagi seorang mahasiswa baru boleh
dikatakan sebuah babak baru dalam kehidupan akademiknya. Perkuliahan itu juga
dapat diartikan sebagai hal yang esensi dalam mengikuti perkuliahan
selanjutnya. Tak jarang momen ini sangat dinantikan, tetapi tak jarang pula
sangat dibenci para calon intelektual yang belajar di kampus itu.
Mereka yang menantikan masa itu karena menganggap
kuliah perdana itu adalah start awal menggeluti disiplin ilmu yang akan
diterima. Secara tidak langsung pada masa itu mereka dibantu meletakkan
dasar-dasar keilmiahan yang akan ditempuh. Pengenalan dosen, silabus
perkuliahan, dan alur perkuliahan secara sistematis. Pengenalan semua itu akan
berdampak demi keberhasilan studi mahasiswa itu. Namun, mereka yang membenci
kuliah perdana itu adalah orang-orang yang tidak memiliki dasar pijakan yang
kuat. Tidak bisa menentukan target yang diharapkan.
Sejalan dengan di atas, hal yang membuat kebencian itu
disebabkan faktor fundamnetal, yakni faktor dosen. Ada anggapan mahasiswa bahwa
dosen sebagai “mandor” dan mahasiswa sebagai “kuli”. Anggapan itulah yang
membuat kekeliruan dan meyesatkan mahasiswa itu sendiri. Dalam proses
perkuliahan, dosen dianggap sebagai kepala dan akan membawahi sang mahasiswa
sebagai bawahannya. Padahal sesungguhnya peranan dosen hanyalah sebagai
pengampu/pembimbing mahasiswa. Bukan berarti semua kegiatan mahasiswa akan
dimotori oleh dosen, melainkan mengarahkan si mahasiswa.
Selain itu, dosen-dosen yang bersifat wajah “seram”
pada saat tatap muka pertama akan menimbulkan image ketakutan bagi
mahasiswa itu. Apalagi ditambah dengan tugas-tugas yang langsung diberikan
kepada sang mahasiswa. Secara spontan wajah gembira berubah berkerut seperti
jeruk purut. Anggapan itu juga sebuah kekeliruan.
Kebanyakan mahasiswa baru di zaman ini memiliki
kekeliruan terhadap istilah kuliah perdana. Mereka saat ini memang lebih
menganggap kuliah perdana sebagai ajang “penambahan relasi baru”. Di sini dunia
mereka semakin luas. Bertemu dengan teman baru. Dari belahan Indonesia Timur
sampai belahan Barat, dari Sabang sampai Merauke.
Ketika pemahaman kuliah perdana itu disalahartikan,
tidak heran calon-calon intelek itu akan kehilangan semangat. Mereka akan
berpikir bahwa kuliah itu hanyalah tempat berkumpul bersama teman, bercerita,
dan saling bertukar pengalaman. Semua itu akan berdampak bagi cepat lambatnya kelulusan
mahasiswa itu sendiri.
Dengan demikian, bagi mahasiswa-mahasiswa baru,
pasanglah target yang kuat. Tanpa target maka proses perkuliahan hanyalah
sebatas pertemuan biasa yang tidak ada arti. Bulatkan tekat bahwa menjadi
mahasiswa harus menghasilkan penemuan-penemuan terbaru. Sikap seperti itu bila
tertanam kuat kelak menghasilkan buah yang manis. Demikianlah makna dari kuliah
perdana itu bagi mahasiswa yang sudah memiliki target. Tanpa target yang jelas
maka sia-sialah kuliah perdana itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar