28 November 2013

Mereka Tak Sadar Hidup Di RI-Jawa-Yogya Yang Dibentuk Dari Penghancuran Negara Daerah Dan Negeri Lain

“Cobalah Anda jujur pada diri Anda apakah, selama ini cukup jujur, rajin, punya etika dan moralitas, ulet pantang putus asa dan satu lagi tawakkal ? jangan melulu salahkan orang lain, salahin orang Jawa, Kalo Anda sedikit pintar dan ulet Anda juga bisa jadi orang sukses. Di Indonesia ini tidak ada kelas sosial, siapapun yang punya kemampuan dapat bermigrasi secara vertikal, seoarang anak tukang pangkas seperti Dr. Sofyan Jalil (Aceh, orang alue Lhok), yang sekarang jadi komisaris pupuk Iskandar muda, Dr. Ermaya yang jadi ketua Lemhanas (Orang Sunda), Ryas Rasyid Calon Presiden (Orang Makassar) sepanjang Anda mampu, silahkan Anda berkarya jangan Anda cuap-cuap dijajah padahal Anda tidak melakukan apapun walau untuk diri Anda sendiri. Saya kasian juga sama Anda” (Teuku Mirza, teuku_mirza2000@yahoo.com ,Sun, 15 Feb 2004 23:10:19 -0800 (PST))

Baiklah Teuku Mirza di Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Jelas, Teuku Mirza, setiap manusia itu harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghidupi diri, keluarga dengan tujuan mencari ridha Allah SWT.

Tetapi, Teuku Mirza, harus juga menyadari bahwa Teuku Mirza yang sekarang tinggal dan hidup di Jakarta sebagai Ibu Kota Negara RI yang sebelum menjadi Negara RI-Jawa-Yogya sekarang ini, itu Negara RI 17 Agustus 1945 telah tumbuh dan berkembang melalui proses yang bermacam ragam dari mulai hilang lenyap setelah digempur pasukan Beel di Yogyakarta, memberikan mandat kepada Sjafruddin Prawiranegara untuk membentuk PDRI Pengasingan di Sumatera (Aceh), selanjutnya hidup kembali pada tanggal 13 Juli 1949 setelah PDRI mengembalikan mandatnya kepada Mohammad Hatta di Jakarta, disusul masuk menjadi Negara Bagian RIS, menelan Negara-Negara dan Daerah-Daerah anggota Negara Bagian RIS, mencaplok Negeri diluar RIS seperti Negeri Aceh, kemudian melebur menjadi NKRI, dan terakhir ini berobah kembali menjadi Negara RI-Jawa-Yogya melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dengan UUD 1945 dan dasar negara Pancasila-nya yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.


Nah, Teuku Mirza adalah salah seorang rakyat dari Negeri Aceh yang tetap menutup mata dari apa yang telah dilakukan oleh Soekarno seorang pemimpin yang tidak mampu memecahkan persoalan secara musyawarah, seorang pemimpin yang tidak pandai dan kurang bijaksana, seorang pemimpin yang penuh dengan semangat untuk mengurung dan mengikat serta memaksakan seluruh Negara-Negara dan Daerah-Daearah bekas Negara Bagian RIS dan Negeri-Negeri diluar RIS untuk berada dalam kekuasaan Negara RI-Jawa-Yogya yang dikontrol oleh orang-orang dari Jawa dan tidak memberikan ruang gerak terhadap keinginan, cita-cita dan nasib setiap suku atau bangsa yang berada dalam naungan dan lindungan NKRI.

Nah sekarang, kalau orang-orang seperi yang dituliskan oleh Teuku Mirza “Dr. Sofyan Jalil (Aceh, orang alue Lhok), yang sekarang jadi komisaris pupuk Iskandar muda, Dr. Ermaya yang jadi ketua Lemhanas (Orang Sunda), Ryas Rasyid Calon Presiden (Orang Makassar)”

Mereka, bertiga itu belum menyadari atau tidak menyadari atau pura-pura tahu tetapi tetap menutup mata dan telinga dari melihat kenyataan dan apa yang telah dijalankan oleh Soekarno cs ketika menelan, mencaplok, menduduki dan menjajah Negeri Aceh melalui mulut Sumatera Utara pada tanggal 14 Agustus 1950 satu hari sebelum RIS dilebur menjadi NKRI pada tanggal 15 Agustus 1950 oleh Presiden Soekarno.

Coba perhatikan kalau seandainya Ryas Rasyid Calon Presiden yang orang Makassar itu memahami, menyadari, memikirkan, menghayati dan menyimpulkan mengenai perjuangan dan sepak terjang tokoh pejuang Islam Abdul Kahar Muzakar dan Kaso A. Ghani mendeklarkan bahwa Daerah Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan SM Kartosuwirjo pada bulan Januari 1952. Dimana Daerah Sulawesi Selatan dibawah pimpinan Abdul Kahar Muzakar dan Kasso Abdul Ghani ini tidak pernah dan tidak berhasil dimasukkan kedalam RIS. Perjuangan Abdul Kahar Muzakar dan Kasso Abdul Ghani ini memakan waktu 14 tahun sampai pada bulan Februari 1965 ketika pejuang Islam Abdul Kahar Muzakar menemui sahidnya di medan pertempuran menghadapi agresor Soekarno dengan serdadu-serdadu Tentara Nasional Indonesia dari divisi Siliwangi Jawa Barat.

Nah, disini bisa jadi, “Ryas Rasyid Calon Presiden untuk Pemilu 2004 yang orang Makassar” ini menganggap bahwa tokoh pejuang Islam Abdul Kahar Muzakar dan Kaso A. Ghani dari Sulawesi Selatan itu adalah pemberontak. Mengapa ? Karena Ryas Rasyid Calon Presiden untuk Pemilu 2004 ini telah terpengaruh dan pikirannya telah dipenui oleh taktik dan strategi kebijaksanaan Soekarno dalam menjalanakan politik, pertahanan, keamanan dan agresinya melalui pencaplokan Negara-Negara dan Daerah-Daerah anggota Negara Bagian Republik Indonesia serta Negeri-Negeri yang berada diluar wilayah kekuasaan de-facto RIS seperti Negeri Aceh termasuk Negeri Sulawesi Selatan tempat dimana tokoh pejuang Islam Abdul Kahar Muzakar dan Kaso A. Ghani mendeklarkan Daerah Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan SM Kartosuwirjo bebas dari pengaruh kekuasaan NKRI pada bulan Januari 1952 bahwa tindakan Soekarno tersebut adalah suatu tindakan kebijaksanaan politik, pertahanan, keamanan yang benar.

Begitu juga dengan “Dr. Sofyan Jalil (Aceh, orang alue Lhok), yang sekarang jadi komisaris pupuk Iskandar muda”, ia tidak paham atau tidak menyadari atau memang menutup mata dan telinga bahwa Negerinya telah ditelan, dicaplok, diduduki dan dijajah oleh Soekarno melalui mulut Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 14 Agustus 1950 untuk dimasukkan kedalam NKRI yang dibentuk dari puing-puing bekas Negara-Negara dan Aderah-Daerah bagian Republik Indonesia Serikat pada tanggal 15 Agustus 1950.

Juga “Dr. Ermaya yang jadi ketua Lemhanas orang Sunda”, ia tidak memahami dan tidak menyadari bahwa di Jawa Barat telah berdiri di daerah Pasundan, tangal 4 Mei 1947 di Alun-alun Bandung, Ketua Partai Rakyat Pasundan Soeria Kartalegawa memproklamirkan Negara Pasundan dan pada tanggal 16 Februari 1948 Negara Pasundan dinyatakan resmi berdiri dengan R.A.A. Wiranatakusumah dipilih menjadi Wali Negara dan dilantik pada tanggal 26 April 1948. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1945-1949, Sekretariat Negara RI, 1986, hal. 140, 171)

Dan juga di Tasikmalaya, Jawa Barat, Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo pada tanggal 7 Agustus 1949 telah memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan S.M. Kartosuwirjo diangkat sebagai Imam Negara Islam Indonesia.

Nah, Negara, Daerah dan Negeri tersebut telah ditelan dan dicaplok oleh Soekarno dengan NKRI-nya.

Perhatikan Negara Pasundan dan NII daerahnya Dr. Ermaya yang jadi ketua Lemhanas orang Sunda itu telah ditelan Soekarno.

Begitu juga Daerah Sulawesi Selatan daerahnya Ryas Rasyid Calon Presiden untuk Pemilu 2004 telah ditelan dan dilahap oleh Soekarno dengan NKRI dan TNI-nya.

Tidak ketinggalan Negeri Aceh tempat asal “Dr. Sofyan Jalil (Aceh, orang alue Lhok), yang sekarang jadi komisaris pupuk Iskandar muda” telah dicaplok oleh Seokarno dan ditelan masuk kedalam mulut Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 14 Agustus 1950 untuk selanjutnya dihancurkan dalam tubuh NKRI pada tanggal 15 Agustus 1950 setelah RIS dilebur habis oleh Soekarno.

Jadi, Teuku Mirza, orang-orang tersebut yang Teuku Mirza jadikan contoh adalah sebenarnya kalau saya melihat bahwa pada hakekatnya mereka bertiga itu telah hidup diatas puing-puing Negara Pasundan, Negeri Aceh dan Negeri Sulawesi Selatan yang telah dijadikan mangsa korban oleh Soekarno dalam menjalankan kebijaksanaan politik, pertahanan, keamanan dan agresinya dengan ditunjang oleh TNI-nya.

Nah sekarang, orang Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan NKRI tidak mau hidup menggadaikan diri dan hidup diatas puing-puing Negara Pasundan, Negeri Aceh dan Negeri Sulawesi Selatan yang telah dijadikan mangsa korban oleh Soekarno dalam menjalankan kebijaksanaan politik, pertahanan, keamanan dan agresinya dengan ditunjang oleh TNI-nya.

To the point


Sekarang ini ada segelintir orang (yang ngakunya orang Acheh) yang mendukung Indonesia Jawa-Yogya untuk terus menjajah negeri dan bangsa Acheh. Mereka (para pengkhianat bangsa Acheh) rela dan senang menjadi lamiet (budak) Indonesia -Jawa-Yogya. Apa sih yang kau cari para pengkhianat!! Kenapa sih Anda rela dan senang dipeulamiet (diperbudak) oleh Indonesia-Jawa- Yogya?! Kenapa sih Anda tidak menjadi pribadi yang Merdeka (merdeka dalam berpikir, merdeka dalam bersikap, merdeka dalam mengambil keputusan, dan merdeka dalam bertindak) tanpa dipengaruhi oleh cara berpikir kolonialis Indonesia-Jawa-Yogya ?!

1 komentar:

  1. Kita sudah sadar sebuah negara NKRI harus presedennya dari kalangan Jawa
    diluar Jawa tidak mungkin anda menjadi preseden RI.
    Dengan prinsip .PENJAJAHAN YANG TERSELUBUNG, BENGUASAI
    TANAH JAJAHANNYA; ACE, KALIMANTAN, MALUKU, DAN PAPUA.
    Harus tunduk dalam kekuasaan penjajahan RI Jawa, jika anda melawan disebut
    seperatis dan anda akan dibantai sampai habis, Seperti Soeharto membantai
    orang-orang PKI demi kekuasaan negara RI Jawa.

    BalasHapus