6 Mei 2013

KISAH NABI ISA A.S


Kisah Nabi Isa A.S

Isa adalah keturunan Daud dan Sulaiman. Dialah rasul dari kalangan Bani Israel yang pengaruhnya menyebar hingga di luar kalangan Yahudi. Tahun kelahirannya hingga kini dijadikan dasar perhitungan kalender Masehi. Adapun tanggal kelahirannya tidak pernah dinyatakan secara jelas. Yang pasti bukan tanggal 25 Desember yang sekarang diperingati sebagai Hari Natal, karena penentuan tanggal itu lebih dikaitkan dengan mitologi serta perhitungan astronomi menyangkut perubahan posisi bumi terhadap matahari.

Kisah Isa diawali dari peristiwa kedatangan malaikat menemui Maryam yang tinggal di kamarnya di Baitul Maqdis. Maryam menyangka malaikat itu adalah laki-laki yang hendak menggodanya. Tetapi sang malaikat menyatakan dirinya hanya diutus Allah untuk menyampaikan kabar bahwa Maryam akan punya putra. Sebuah kabar yang sempat tak dipercayai Maryam karena dirinya seorang perempuan baik-baik dan tak pernah berhubungan dengan laki-laki.

Pada suatu hari Mariam sedang beribadat di tempatnya sebagai kebiasaannya, tiba-tiba dihadapannya berdiri seorang lelaki. Alangkah terkejut dan terperanjatnya, kerana selama hidup dan selama dia berada di tempat itu, belum pernah dia mendapat kunjungan seorang lelaki selain Zakaria. Mariam nampaknya mau berpaling dan menghindarkan diri karena menurut kiraan Mariam lelaki itu adalah seorang jahat yang berniat buruk terhadap dirinya, sedang dia sendiri adalah seorang suci dan penuh iman. Mariam berlindung diri kepada Allah dengan berkata: “Sesungguhnya saya melindungkan diri kepada Allah dan kejahatan engkau, sekiranya engkau seorang yang takut kepada Allah”. Orang yang tidak dikenal itu memberikan isyarat, agar supaya Mariam tinggal tenang, jangan takut, dan khawatir. Lalu orang itu berkata kepada Mariam: “Sesungguhnya saya ini datang diutus oleh Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak yang suci”. Dengan muka yang diselubungi kesedihan, hati yang penuh heran dan khawatir, mulut dan lidahnya rasa terkunci, akhirnya dapat juga Mariam menjawab: “Bagaimana saya akan memperolehi seorang anak, sedang seorang manusia pun belum pernah menyentuh tubuh saya dan saya bukan seorang yang jahat.” Mendengar jawaban itu, Malaikat (Ruhul Kudus) itupun berkata: “Demikianlah halnya; Tuhanmu telah berfirman: “Perkara itu amat mudah bagiKu, supaya Kujadikan itu tanda kekuasaanKu untuk manusia dengan rahmatKu”. Kejadian itu bukanlah satu hal yang tidak dapat diluluskan. Sehabis jawaban itu, Malaikat itupun lenyaplah dari pemandangan Mariam, tidak diketahui ke mana perginya. Tinggallah sekarang Mariam seorang diri keheranan memikirkan apa yang sudah dilihat dan didengarnya itu. Mulailah dia khawatir lagi, kekhawatiran yang lain pula sifatnya dan kekhawatirannya semula tadi. Sudah pasti orang ramai akan heboh dan bising, bila mereka mendengar bahwa Mariam menjadi hamil. Apalagi kalau melahirkan anak dengan tidak mempunyai suami. Fikiran ini sangat menggoyangkan perasaan Mariam, sebab ini bukanlah masalah kecil bagi seorang yang suci murni sebagai Mariam. Badannya gementar memikirkan bagaimana akhirnya kejadian ini. Dia benar benar merasa sesuatu dalam kandungannya. Untuk menghindarkan apa yang akan terjadi sebagai yang dikhawatirkannya itu, Mariam memutuskan akan menjauhkan diri ke luar kota, mengasingkan diri di tempat yang jauh dan terpencil, yang sunyi sepi. Maksudnya itu diteruskannya dengan mengambil satu tempat jauh di desa, dimana dia tinggal seorang diri berhati sedih bercampur takut, memikirkan kejadian yang akan terjadi bila dia sudah melahirkan bayi kandungannya, bayi yang tidak berbapak. Beberapa bulan berlalu, kandungannya makin terasa mendekati waktu bersalin. Semakin dekat waktunya bersalin, semakin hebat pulalah penderitaan batin yang dideritanya, sehingga makan dan minum tidak terasa enak lagi. Makanan dimakannya berasa sekam, air diminum berasa duri.

Kesedihan Yang Memuncak

Di dalam sebuah pondok didesa yang jauh terpencil, dia menyembunyikan diri dari pandangan dan pendengaran orang ramai, agar rahsia ajaib yang sudah ada dibatang tubuhnya jangan sampai diketahui orang, tidak dilihat sebuah mata dan tidak didengar sebuah telinga pun. Setelah terasa betul oleh Mariam, bahwa waktu yang ditunggu-tunggunya itu sudah dekat, tanda-tanda yang dia akan melahirkan seorang anak telah cukup, maka disaat itulah kesedihan hatinya, kekhuatiran dan ketakutannya memuncak hebat sehebat-hebatnya. Ketika itulah dia mengeluh sambil berkata: “Maha Penyantun Engkau, ya Tuhanku. Takdir apakah gerangan yang akan terjadi, kejadian apakah akan terjadi dibalik malam yang gelap ini.” Mariamlah seorang manusia yang paling berat ditimpa beban pemikiran di saat itu. Dia berasal dari keturunan yang baik-baik dan kukuh kuat. Bapaknya seorang yang suci terhormat, ibunya pun demikian pula. Dia sendiri pun seorang yang suci murni dan ini sudah cukup dikenal dan diakui orang ramai. Tetapi sudah cukupkah kesemuanya itu menjadi jaminan baginya terhadap tuduhan orang ramai? Apakah orang ramai tidak akan menuduhnya dengan tuduhan yang bukan-bukan terhadap dirinya, sekiranya dia melahirkan anak dengan tidak berbapak? Dapatkah gerangan semuanya itu melenyapkan seluruh tohmahan yang akan tumbuh itu? Atau dituduh orang jugakah dia melakukan perbuatan jahat dan mesum? Akan dituduh dia mencemarkan nama baik ibu-bapak dan nenek-moyangnya yang suci murni. Semua itu amat berat untuk difikirkan dan dipecahkan oleh Mariam yang hanya seorang diri yang pula menderita sakitnya mau bersalin. Jasadnya menanggung tanggungan yang paling berat, sedang jiwanya pula sedang menanggung tanggungan yang lebih berat lagi. Dua beban berat yang harus dipikul sekaligus. Tetapi bagaimana juga berat dan hebatnya derita lahir dan batin yang dideritanya, rasa ibadat dan taqwa kepada Allah telah dapat menolong dia dalam menanggung semua penanggungan itu, pananggungan yang maha berat dan rumit. Ya, dia akan melahirkan seorang yang amat mulia dan amat agung, maka penanggungan dan penderitaan yang amat berat dan hebat harus ditanggungkannya pula untuk melahirkannya. Itu sudah menjadi adat alam sunnah Ilahi kiranya.

Kelahiran Isa Al-Masihi

Setelah Mariam merasakan betul bahwa kandungannya sudah dekat sekali akan lahir, maka dia tinggalkan pondok tempat dia mengasingkan diri itu. Dia berjalan meninggalkan desa yang terpencil itu, mencari tempat yang lebih suci dan sepi lagi. Disuatu tempat dipadang pasir, dibawah sebatang pokok kurma, dia lalu berhenti. Disitulah dia duduk seorang diri menantikan takdir, tidak ada kawan dan bidan atau tabib yang akan menolong dia, bila ditimpa sakit atau kesulitan dalam melahirkan bayi kandungannya. Dalam keadaan demikian, dibawah langit terbuka, ditengah sawang padang pasir yang luas, dengan tidak ditemani seorang manusia pun, selain temannya yang bernama iman dan taqwa tibalah saat yang ditunggu-tunggunya. Seorang anak bayi lelaki pun lahirlah ke atas dunia yang luas terbuka ini, seorang bayi yang akan menjadi manusia suci dan berpengaruh besar. Dengan perasaan terharu-biru dan cemas sedih, dipandangnyalah wajah anak bayinya yang baru lahir itu. Dengan keadaan tubuh yang lesu-lunglai bekas bersalin, fikiran dan perasaan yang semakin diliputi cemas dan khuatir, timbullah berbagai-bagai kegelisahan batin yang tak terbada, sehingga dia mengeluh: “Aduhai nasibku ini. Lebih baik kiranya aku mati sebelum ini, tentu aku dilupakan manusia selupa-lupanya”. Fikirannya bingung tidak tahu apa yang harus dikerjakannya. Badannya lesu dan lemah longlai segala sendi dan tulang-belulangnya, ditambah lagi dengan rasa lapar dan dahaga yang tak terkirakan hebatnya sehabis melahirkan bayinya itu. Dia lalu menyandarkan dirinya ke pokok korma yang kering itu, sambil memangku anak bayinya dengan kedua tangannya yang lemas itu. Baru saja biji matanya tertuju ke wajah bayinya, tiba-tiba Mariam mendengar suara yang jelas dan dekat, memanggilnya: “Hai Mariam, janganlah engkau terlalu berdukacita. Sesungguhnya Tuhanmu sudah mengadakan didekatmu sebuah anak sungai yang kecil dan goncangkanlah batang korma yang engkau sandari itu, niscaya akan berguguranlah buah-buahnya yang sudah masak. Maka makanlah dan minumlah dan tenangkanlah hatimu. Lantas kalau engkau ditanya seseorang, maka berkatalah kepadanya: Aku bernazar kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, bahwa aku akan diam, tidak akan berkata-kata kepada siapapun juga di hari ini.”


Setelah mendengar suara itu, Mariam melihat tanah yang berada di sisinya menjadi retak dan dari retakan itu mengalir air yang amat jernih, merupakan anak sungai yang kecil, tepat sebagai yang didengarnya dan suara tadi. Matanya lalu dialihkannya ke arah batang korma yang disandarnya itu. Di atas pohon korma itu jelas dilihatnya buah-buah korma yang sudah masak. Dengan tangannya yang masih lemah dan tidak berdaya itu, coba menggerakkan batang korma yang kukuh itu. Batang korma itu bergerak dengan kerasnya, sehingga buah-buahnya yang masak itu berguguran didekatnya. Dimakannya buah dan diminumnyalah air yang jernih itu. Dengan demikian hilanglah lapar dan dahaganya, badannya kembali beransur-ansur menjadi kuat dan segar kembali, fikirannya mulai menjadi tenang pula. Sungguh besar pertolongan Tuhan terhadap Mariam. Buah korma yang matang untuk dimakan dan air jernih untuk diminum. Tetapi cukupkah kiranya mukjizat Tuhan Yang Maha Besar ini dijadikan perisai untuk menjawab tuduhan orang nantinya? Cukupkah ini untuk menutup mulut orang yang mau menuduh? Kesedihan dan kegelisahan Mariam tidak berkurangan hanya badannya sudah berasa lega dan waras mendapat makan dan minum yang luar biasa itu. Matanya tidak putus-putusnya memandang wajah anaknya yang baru lahir. Luar biasa keadaan dan hal ehwalnya. Pandangannya ke wajah bayi itulah hanya satu-satunya yang dapat menghiburkan hatinya yang duka, sehingga hatinya agak tenteram pula sedikit, sedang badannya semakin kuat juga. Kembalilah dia ke desa tempat dia mengasingkan diri, meninggalkan tempat dia bersalin yang sekarang ini dinamakan orang Baitullaham (Bethlehem), artinya tempat lahir. Mulailah orang yang tidak jauh tinggal dan rumahnya itu mengetahui kabar kelahiran bayinya. Tak lama kemudian, kabar itupun tersiarlah dengan cepatnya ke seluruh pelosok negeri.

Bayi Berbicara

Orang-orang lalu datang berduyun-duyun, yang jauh dan dekat, ingin menyaksikan sendiri kabar yang luar biasa itu. Mariam dihujani orang ramai dengan pertanyaan-pertanyaan. Dia tidak menjawab, hanya berkata sebagai apa yang telah diwahyukan Tuhan kepadanya, bahwa dia berpuasa dan bernazar tidak akan bercakap-cakap sehari itu. Berbagai-bagai kata orang ramai tentang Mariam dan kejadian itu. Ada yang amat heran atas keluarbiasaan kejadian itu. Ada pula memandang kejadian itu sebagai tanda kesucian dan kebesaran Mariam. Tetapi banyak pula yang mengejek-ejek dengan berbagai tuduhan sebagai yang telah dikhawatirkan Mariam sendiri. Semuanya itu didengarkan dan dibiarkannya saja dengan sabar dan tenang, sesuai dengan petunjuk Tuhan kepadanya. Keesokan harinya, mereka pun datang pula bertanyakan ini dan itu, mengatakan apa yang terasa dalam hati dan batin mereka masing-masing. Mereka tahu bahwa nazar Maryam sudah habis waktunya. Berbagai-bagai cara dan isi pertanyaan mereka. Ada yang bertanya: “Hai Mariam, sesungguhnya engkau telah membawa sesuatu yang mungkar!” Ada pula yang mengejek: “Hai saudaranya Harun, bapakmu bukanlah orang yang jahat, sedang ibumu pun bukan perempuan jalang! Dari manakah engkau perolehi anak ini?” Banyak lagi pertanyaan yang mengejek dan kasar-kasar yang dihadapkan kepada Mariam. Akhirnya Maryam berdiri mengambil anak bayinya, lalu berkata kepada mereka: “Ini adalah anakku, tanyakanlah kepadanya hakikat kejadian yang sebenarnya, yang tuan-tuan tanyakan itu”. Orang ramai heran dan tercengang mendengarkan jawapan Mariam yang tidak masuk akal itu. Mereka lalu berkata: “Bagaimana kami dapat berbicara dengan bayi yang masih dalam ayunan itu?” Mendengar ejekan yang berturut-turut itu, lalu Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya untuk mukjizat yang sebesar-besarnya bagi bayi yang bernama Isa al-Masihi itu dikala besarnya. Di saat itulah bayi Isa a.s. yang masih kecil itu berkata dengan terang kepada orang banyak: “Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah, akan diberinya kepadaku sebuah Kitab (Injil) dan dijadikan-Nya aku seorang Nabi. Dijadikan-Nya aku seorang yang berguna buat manusia dimana aku berada, diwasiatkan-Nya kepadaku berbuat dan mengerjakan sembahyang dan mengeluarkan zakat selama aku hidup. Dan aku berbakti kepada ibuku, tidaklah aku dijadikan Tuhan seorang yang sombong dan durhaka. Selamatlah diriku ketika aku dilahirkan dan ketika aku mati dan ketika aku kembali hidup”. Barulah sebahagian orang ramai itu insaf dan percaya, yakin akan kesucian Mariam, akan kebesaran dan keagungan bayi yang baru lahir itu. Kabar kesucian dan keagungan bayi itupun tersiarlah ke mana-mana, sehingga setiap orang menunggu-nunggu akan besarnya anak itu, sebagai seorang Utusan Allah (Rasul) buat mereka. Nabi Isa al-Masihi yang dipopularkan orang Kristian dengan nama Jesus Kristus itupun makin sehari makin besar juga. Di kala dia masih berupakan seorang anak yang di bawah umur, telah banyak tampak tanda-tanda kebesaran dan keluarbiasaannya.

Pada suatu hari, ketika Isa sedang bermain-main dengan teman-teman sebayanya, tiba-tiba Isa menerkai semua apa yang disimpan dalam poket seluar dan dirumah mereka masing-masing, dengan tekaan yang tepat dan tidak salah sedikit juga. Kadang-kadang Isa berlaku sebagai guru terhadap teman-teman sebayanya itu, mengajarkan apa-apa yang mereka itu semua tidak mengetahuinya. Semua temannya itu menurut dan patuh terhadap ajaran Isa. Masing-masing memperhatikan sebaik-baiknya setiap kata dan nasihat yang keluar dari mulut Isa. Ketika Isa sudah berumur 12 tahun, ibunya membawa beliau meninggalkan dusun yang jauh terpencil itu, berangkat pindah ke kota Baitul Maqdis (Jerusalem). Di jalan banyaklah pemandangan baru yang belum pernah dilihat didesanya sendiri. Tetapi Isa tinggal tenang saja melihat pemandangan yang baru itu, tidak menarik hatinya sedikit juga sebagai kebanyakan anak-anak yang seumur dengan dia. Lebih-lebih lagi ketika memasuki kota besar Jerusalem menempuh jalan-jalan besar, rumah-rumah yang bagus dan menarik hati. Tidak satu pun yang menarik perhatian Isa, kesemuanya itu dipandangnya sebagai barang-barang yang biasa saja, tidak baru sedikit juga dalam pandangan mata dan hatinya. Inilah pula salah satu keluar-biasaan Isa dibanding dengan anak-anak lainnya. Ibunya lalu pulang ke desa kembali, sedang Isa tetap tinggal dikota Baitul Maqdis, kota yang penuh dengan pendeta dan tempat-tempat ibadat, sebagai pusaka dan doa Nabi Ibrahim dahulu. Setiap hari, orang ramai berduyun-duyun datang ke gereja-gereja menerima pelajaran agama yang diberikan pendita-pendita. Isa pun turut serta orang ramai itu, mendengar pelajaran dan fatwa-fatwa itu. Bahkan inilah yang paling digemari Isa, lain-lain pekerjaan dan permainan tidak satu pun yang menarik hatinya dan dia tidak pernah turut berbagai-bagai keramaian dan permainan itu. Tiap-tiap kata fatwa yang keluar dan mulut pendeta-pendeta didengarkannya dengan penuh perhatian dan sungguh-sungguh. Berbeda dengan orang ramai yang juga turut belajar dan mendengar fatwa itu, dimana umumnya mereka itu hanya menerima dan tunduk saja terhadap semua fatwa dan kata-kata itu, maka Isa bukan hanya tunduk dan menerima mentah-mentah saja tetapi kalau perlu bertanya dan membantah mana yang tidak sesuai dengan pendapatnya. Isa di antara murid-murid yang pertama-pertama kali berani bertanya dan membantah, sedang murid yang lain seorang pun tidak pernah bertanya, apalagi akan membantah. Melihat keberanian dan perbuatan Isa itu, tidak sedikit kawan-kawan dan orang ramai yang menaruh sakit hati dan marah kepadanya dan menganggap dia seorang yang pembantah dan penyangkal, tidak tunduk kepada pendeta-pendeta yang dihormati dan dimuliakan orang. Bahkan sudah menjadi tabiat manusia di saat itu, bahwa pendeta-pendeta itu adalah orang suci, orang-orang yang benar semua kata-katanya, tidak boleh dibantah atau ditanyai sama sekali, sebab orang yang bertanya dan membantah itu dianggap telah melanggar agama, telah ingkar dan kafir layaknya. Bukan hanya orang ramai saja yang marah kepadanya, tetapi juga pendeta-pendeta sendiri, sebab memang pendeta-pendeta itulah yang melarang orang bertanya dan membantah, serta mengajarkan bahwa sesiapa yang membantah dan bertanya itu, adalah orang ingkar dan musuh Tuhan.

Beratus-ratus tahun lamanya, pendeta-pendeta itu tidak pernah dibantah dan disoal orang, sehingga telah menjadi adat turun-temurun bagi orang banyak yang hanya mendengar, tunduk dan diam dihadapan mereka. Sebab itu, tidak heranlah kalau hal itu dianggap orang ramai sebagai ajaran agama, ketetapan syariat yang tidak boleh dilanggar sama sekali. Isa tidak menghiraukan kemarahan orang ramai itu, tidak peduli sekalipun pendeta-pendeta itu sendiri sakit hati kepadanya, namun Isa tetap membantah dan bertanyakan apa-apa yang tidak terang atau yang berlawanan dengan pendiriannya. Demikianlah halnya Isa bertahun-tahun asyik belajar, asyik bertanya dan membantah tiap-tiap fatwa yang tidak sesuai. Dia lupa segala-galanya, kadang-kadang dia lupa makan dan minum, lupa terhadap ibunya sendiri yang sudah lama ditinggalkannya. Dia bukan hanya tetap dalam kota Baitul Maqdis saja, tetapi juga pergi ke tempat-tempat yang jauh, didalam dan diluar kota, dimana saja ada pendeta. Masing-masing pendita yang dia kenal dan dengar, sekalipun jauh tempatnya, pasti dia datangi untuk belajar dan menerima fatwanya, pula untuk ditanya dan dibantahnya apabila perlu. Begitulah; dia senantiasa pindah dari desa ke desa, dan kota ke kota lainnya.

Menjadi Rasul

Setelah Isa berumur 30 tahun, barulah datang kepadanya Ruhul Amin, yaitu Malaikat Jibril sebagai Utusan Allah untuk mengangkat Isa menjadi Rasul Allah, menyambung pelajaran yang pernah diajarkan Rasul-rasul yang sebelumnya dan untuk memberi kabar kepada manusia, bahwa nanti dikemudian hari akan diutus Allah seorang Rasul lagi, yaitu Nabi Muhammad S.A.W. Kepada Nabi Isa a.s. diturunkan Allah sebuah Kitab Suci (Bible) yang berisi ajaran-ajaran Tuhan yang membenarkan akan Kitab-kitab Suci yang sebelumnya dan pula memberi keterangan tentang akan datangnya Kitab Suci nanti, yaitu Al-Quran al-Karim, yang diturunkan kepada Rasul yang paling akhir, yaitu Muhammad S.A.W. Apa yang diterimanya itu, disampaikannya kepada manusia kaumnya. Diterangkannya bahwa dia adalah Utusan Allah, supaya semua manusia mengikutinya. Mulailah Nabi Isa a.s. berjuang menyiarkan agama yang benar, membongkar akan kesalahan dan kesesatan pendeta Yahudi yang telah jauh menyimpang dan ajaran Nabi Musa a.s. yang sebenarnya, bahkan terbukti kepada Nabi Isa bahwa mereka telah lupa sama sekali akan semua ajaran-ajaran yang diberikan Nabi dalam Kitab Sucinya yang bernama Taurat. Sudah banyak pula yang tidak kenal kepada Allah lagi, hanya mementingkan harta benda dan kekayaan dunia semata, baik rakyat umum ataupun para pendetanya sendiri. Mereka berebutan pangkat pendita bukan untuk menyiarkan agama Allah, tetapi semata-mata berebutan pangkat dan harta benda yang terdiri dan emas dan perak. Mereka bukan membela nasib kaum fakir miskin lagi sebagai yang diperintahkan Allah, tetapi malah merampas hak kaum fakir miskin dan orang-orang yang terlantar, bahkan menghisap darah orang melarat dan mencelakakan penghidupan mereka. Pendeta-pendeta turut serta menghisap dan memeras. Mereka ajarkan kepada manusia bahwa mengorbankan harta bagi kepentingan pendita, berarti mengorbankan harta bagi Allah, sehingga banyak pendeta-pendeta yang lebih kaya dari raja-raja. Pendeta-pendeta itu menutup mata sama sekali terhadap nasibnya orang-orang yang fakir dan miskin, terhadap orang-orang yang terlantar, anak-anak yatim dan piatu, terhadap orang yang mendapat kecelakaan. Mereka hanya bertekun didalam gereja-gereja untuk dipuji-puji orang ramai saja. Agama yang diajarkan Nabi Musa, telah mereka ubah disesuaikan dengan kepentingan mereka sendiri. Banyak yang halal diharamkan dan yang haram dihalalkan. Agama yang menyerang nafsu kebendaan, mereka ubah menjadi agama yang memuji-muji kebendaan, serta melupakan Tuhan. Rakyat, mereka anjurkan berkorban dan bersedekah untuk Rumah Suci sebanyak-banyaknya, yang sebenarnya bagi kepentingan diri mereka sendiri, sedangkan yang bersedekah itu kebanyakannya orang yang fakir miskin dan orang bawahan yang susah jalan penghidupannya. Segala rahasia itu dibongkar oleh Nabi Isa. Nabi Isa sedaya-upaya untuk mengembalikan manusia kepada agama yang benar, kepada syariat Nabi Musa yang sebenar-benarnya. Bani Israel yang telah sesat jalannya itu dianjurkan Nabi Isa agar kembali ke jalan yang benar.

Nasib Para Rasul

Ajaran Nabi Isa berlawanan sungguh dengan kemauan dan keinginan masyarakat umum dimasa itu. Isa melarang mereka berlazat-lazat dan bersenang-senang, serta umumnya mereka asyik dengan berbagai kemaksiatan dan kejahatan. Diantara pendeta dan orang ramai, memang ada orang yang benar-benar suci dan bersih, ingat dan selalu mengabdikan diri kepada Allah s.w.t. Mereka ini sajalah yang sebenarnya mengakui akan ajakan dan pelajaran yang diberikan oleh Nabi Isa. Mereka inilah yang menjadi pembela, tulang belakang Nabi Isa a.s. dan mereka inilah yang disebutkan Allah dalam al-Quran Ansarullah dan Hawariyun. Sedang lain-lainnya, masyarakat ramai, lebih-lebih masyarakat yang kayaraya, pembesar-pembesar negeri hampir semuanya menentang akan ajakan dan ajaran Nabi Isa, bahkan menghalang dari tersiarnya pengajaran ini, sebab mereka takut akan kehilangan harta dan pangkat serta pengaruh. Nabi Isa mereka dustakan, mereka halangi dengan berbagai cara. Semua ini memang sudah menjadi nasibnya para Nabi dan Rasul Allah, sejak dari Nabi Adam a.s., sampai kepada Nabi Muhammad s.a.w., karena Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah itu diutus memang untuk merubah keadaan dan susunan masyarakat kepada siapa mereka diutus Tuhan, jadi bukan semata-mata untuk menurutkan kemauan umat. Nabi Isa terus-menerus mengajarkan semua yang diperintahkan Allah kepadanya, dari desa ke desa dan dari kota ke kota. Karena begitu hebat tentangan kaumnya, maka kepada Nabi Isa diberikan Allah beberapa mukjizat yang luar biasa, agar orang ramai insaf akan kebenaran Nabi Isa sebagai orang yang diutus Allah. Nabi Isa menggumpal sekepal tanah, lalu ditiupnya, segera tanah itu menjadi burung, terbang ke sana ke mari bersiul-siul, beranak dan berketurunan. Ramai orang ditimpa penyakit kusta dan tidak seorang juga yang dapat menyembuhkan penyakit itu, sehingga penyakit itu terus-menerus, turun-temurun menyerang sebuah desa. Oleh Nabi Isa semua orang yang sakit bertahun-tahun itu dapat disembuhkan sekaligus dengan sesembuh-sembuhnya. Banyak pula orang yang buta sejak dilahirkan ke dunia ini pun dapat disembuhkan oleh Nabi Isa, sampai dapat melihat seterang-terangnya. Bahkan orang yang sudah mati pun, ada yang dihidupkan Nabi Isa. Semua itu menjadi dalil dan bukti yang tidak dapat dibantah lagi, atas kenabian dan kerasulan Nabi Isa a.s. bagi orang-orang yang mau beriman dan percaya. Tetapi bagi musuh-musuhnya, orang-orang yang ditakdirkan Tuhan untuk jadi kayu api neraka, semua kejadian itu dipandangnya sebagai sihir semata-mata, namun Nabi Isa tetap mereka tentang dan musuhi. Nabi Isa mempunyai kawan dan pula mempunyai lawan. Dengan kawan-kawannya itulah Nabi Isa berjalan ke tempat-tempat yang jauh, menyiarkan pelajaran agama, menolong manusia sengsara. Tetapi sayang, lawannya lebih banyak daripada kawannya dan lawannya ini memusuhinya dengan sehebat-hebatnya, serta mengadakan tekanan dan rintangan seberat-beratnya. Musuh Nabi Isa bukan saja orang ramai yang telah dihinggapi penyakit kekafiran, tetapi banyak dari pembesar-pembesar negeri yang takut kehilangan pangkat, banyak pendeta-pendeta yang takut kehilangan pengaruh. Setelah pendeta-pendeta sesat itu merasa bahwa Nabi Isa tidak dapat mereka kalahkan dengan debat dan kata-kata, mereka berusaha mencari jalan lain. Pembesar-pembesar negeri sejak dari raja, sampai kepada pembesar-pembesar bawahannya, mereka hasut untuk menyingkirkan Nabi Isa dan masyarakat, dengan tuduhan mengganggu ketenteraman, melenyapkan keamanan negeri dan akan merebut kekuasaan pemerintah. Pada suatu hari, Isa dan sahabat-sahabatnya itu tiba disuatu daerah padang pasir yang tandus dan kering, jauh dan desa dan kampung, tidak ada manusia dan rumah, sedang persediaan air dan makanan sudah habis sama sekali. Padang pasir yang tandus itu tidak mempunyai tempat untuk berlindung, sedang matahari bersinar terik. Mereka diserang haus dan lapar yang hebat sekali. Mereka lalu duduk berunding, bertukar fikiran, jalan mana yang harus ditempuh untuk keluar dari daerah kering itu, dimana kiranya dan bagaimana caranya mendapat sedikit air untuk dapat mempertahankan hidup mereka. Keadaan mereka lebili sulit lagi, kerana disaat itu pulalah musuh-musuh mereka telah mengepung dan menunggu-nunggu kedatangan mereka untuk dihancurkannya.
Dalam keadaan yang sulit dan rumit itulah Nabi Isa menuangkan pengajaran-pengajaran yang sangat dalam kepada para pengikutnya itu, meresapkan ke dalam jiwa mereka hakikat perjuangan hidup di dunia menjelang mati, merasakan arti hidup yang sebenarnya. Sesungguhnya para sahabat dan Hawariyun itu telah teguh imannya, sudah tidak syak lagi dan ragu-ragu lagi akan kebenaran Nabi Isa dan kerasulannya, tunduk dan patuh menjalankan nasihat dan perintah Nabi Isa, namun mereka masih ingin mendapatkan bukti-bukti dan tanda-tanda yang lebih nyata, semata-mata untuk menambah tebal keimanan mereka. Apalagi sekarang ini benar-benar mereka sedang dalam kesulitan menghadapi musuh dan bahaya lapar yang tidak terhingga. Mereka lalu berkata kepada Isa: “Ya, Isa anak Mariam! Kuasakah Tuhan menurunkan makanan dari langit untuk kami?” Dengan keterangan, bahawa mereka hanya ingin tahu saja, bukanlah karena kurang percaya dan kurang tegas iman. Permintaan yang demikian pernah pula dikemukakan oleh pengikut Nabi Ibrahim dahulu. Terhadap permintaan sahabat-sahabatnya itu, Nabi Isa menasihatkan agar mereka jangan hendaknya menuntut mukjizat-mukjizat supaya tuntutan itu janganlah menjadi fitnah terhadap keimanan mereka sendiri. Nabi Isa memperingatkan mereka sekali lagi kepada mukjizat-mukjizat yang banyak sekali, yang sudah diperlihatkan Nabi Isa kepada mereka. Mendengar keterangan Nabi Isa itu, mereka lalu berkata: “Kami menghendaki yang demikian itu, supaya dapatlah kami memakan makanan yang kami katakan itu dan supaya tetap teguh kepercayaan dalam hati kami, sedang kami mengakui sebenar-benarnya, bahawa Engkau orang yang benar, sehingga kami menjadi saksi atas yang demikian itu”. Setelah mendengar perkataan mereka itu, Nabi Isa lalu berdoa kepada Tuhan: “Ya Allah, Tuhan kami, turunkanlah makanan dan langit untuk menjadi perayaan besar (hari raya) bagi kami dan orang-orang yang sesudah kami dan pula menjadi bukti kekuasaan Engkau. Berilah kami rezeki, sedang Engkau adalah sebaik-baik pemberi rezeki”. Doa dan harapanan itu dikabulkan Allah. Makanan yang lazat cita rasanya turunlah dari langit untuk mereka santap bersama-sama, diiringi oleh turunnya wahyu Allah: “Sesungguhnya Aku turunkan makanan itu kepadamu, tetapi ingat, barangsiapa yang ingkar diantara kamu dikemudian hari, akan Aku siksa dengan siksaan yang belum pernah Aku siksakan kepada orang-orang yang hidup didunia ini”. Makanan itu segera mereka santap bersama-sama dengan sekenyang-kenyangnya, sehingga segarlah perasaannya, hilang rasa laparnya, serta kembalilah kekuatan mereka yang sudah penat dan lelah itu. Kejadian itu tersiar pula kemana-mana menambah imannya orang yang beriman dan menambah dengkinya musuh-musuh mereka.

Dalam pada itu kaum Bani Israel, yaitu musuh Nabi Isa dipelopori oleh pendeta-pendeta mereka sendiri, telah berkumpul untuk mencari daya-upaya cara bagaimana dapat menewaskan Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya. Hadir pula dalam rapat besar itu pembesar-pembesar negeri dan raja mereka. Nabi Isa telah mengetahui lebih dahulu akan rencana-rencana mereka untuk membunuh Nabi Isa itu. Sebab itulah Nabi Isa terus mengembara menghindarkan diri dari tangkapan mereka. Dalam rapat besar itu, tiba-tiba seorang pemuda yang tangkas mengacungkan tangan minta berbicara untuk mengemukakan pendapat dan usulnya. Pemuda itu Yahuza namanya. Kepadanya diberikan kesempatan membentangkan pandangan dan buah fikirannya. Dengan tegas pemuda itu lalu mengusulkan, agar Nabi Isa ditangkap dan dibunuh saja. Dia sendiri telahpun mengetahui akan tempat Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya itu bersembunyi. Dia sendiri menyanggupkan dirinya untuk menjadi pelopor dalam penangkapan dan pengepungan itu. Fikiran yang dikemukakan pemuda itu, dengan segera mendapat persetujuan dari yang hadir dengan sambutan yang meriah sekali. Apalagi orang banyak sudah lama tidak mendengar, di mana Isa sedang berada, tiba-tiba pemuda itu menerangkan, bahawa dia mengetahui tempat Nabi Isa. Pemuda itu mendapat pujian setinggi langit. Orang banyak datang berduyun-duyun mencium tangan pemuda itu dan menjanjikan kepadanya apa saja yang dia kehendaki, bila dia telah berhasil dapat menangkap Nabi Isa serta membunuhnya. Raja lalu menyiapkan tentera dan perbekalan, untuk dikerahkan menangkap Nabi Isa, dibawah pimpinan pemuda itu. Dalam pada itu pendeta-pendeta dan pembesar-pembesar negeri yang benci kepada Isa, berpropaganda kepada orang banyak untuk membenci Nabi Isa, dan menuduhnya sebagai pengacau, serta perusak agama dan negara. Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya telah mengetahui itu semua. Tahu bahwa tentera raja dan banyak orang telah siap mencari-cari mereka, ke mana saja mereka pergi. Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya, dengan sembunyi-sembunyi dan menyeludup pindah dari sebuah tempat ke lain tempat, agar jangan sampai diketahui oleh musuh-musuhnya. Akhirnya Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya itu terperosok ke sebuah daerah yang telah dikepung oleh musuh disekitarnya. Tidak ada jalan keluar untuk melepaskan diri dan kepungan. Tidak ada jalan lain, selain bersembunyi dibelukar yang ada dalam sebuah kebun yang luas dalam daerah kepungan itu. Disaat yang amat kritikal, dipuncak segala krisis, tidaklah heran kalau banyak diantara pengikut Nabi Isa a.s. yang masih kurang kuat imannya, sama mencoba menghindarkan diri dari bahaya maut. Pengikut Isa a.s. berkurang satu demi satu. Akhirnya hanya tinggal 12 orang, yang menyanggupkan diri untuk tetap bersama Isa a.s. dalam keadaan yang bagaimanapun. Mereka yang 12 orang inilah yang dinamai Allah di dalam al-Quran dengan al-Hawariyun, yaitu pengikut-pengikut atau sahabat-sahabat yang setia. Di saat itu Nabi Isa a.s. mulai mengeluh dan berkata: “Siapakah gerangan yang akan menjadi pembelaku?” Keluhan Isa itu dijawab oleh Hawariyun tersebut dengan kata: “Kami siap untuk membela dan bersamamu menegakkan agama Allah”. Tentera musuh makin dekat jua dan musuh rupanya sudah tahu, bahwa Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya berada di tempat itu. Ketika itulah pengikut-pengikut Nabi Isa mendapat ujian yang sebesar-besarnya. Terbuktilah, bahwa diantara pengikutnya ada yang tidak tahan, ada juga yang teguh imannya. Seorang demi seorang para pengikutnya meninggalkan Isa, lalu meminta perlindungan dari musuh. Mereka lari dengan tidak minta izin dan tidak memberitahu lebih dahulu kepada Isa. Lupalah mereka ketika itu akan pemimpin besar yang selama ini mereka puja dan ikutinya.

Akhirnya salah seorang dari pengikut yang lari ini pulalah yang telah belot, menunjukkan tempat bersembunyinya Nabi Isa kepada musuh-musuh itu. Kepungan makin dipersempit, kerana sudah nyata dimana tempat Nabi Isa bersembunyi. Dengan dipelopori oleh pemuda Yahuza, musuh makin mempersempit kepungan mereka. Yahuza sebagai pelopor, lalu menyerbu masuk sendirian ke dalam belukar dimana Nabi Isa sedang bersembunyi. Dia ingin menangkap Nabi Isa dengan tangannya sendiri. Baru saja pemuda itu menyerbu ke tempat persembunyian Nabi Isa, Tuhan memperlihatkan kekuasaan-Nya. Mata musuh tidak dapat melihat Nabi Isa, sedang pemuda Yahuza yang telah menyerbu sendirian itu, dirubah Allah mukanya menjadi serupa dengan muka Nabi Isa. Tepat disaat itu tentera musuh menyerbu masuk, mereka melihat Yahuza yang berbentuk Nabi Isa itu segera ditangkapnya serta dipukulinya, lalu mereka gantung ditiang gantungan yang berupa salib. Ditiang salib itulah orang tangkapan yang mereka kira Nabi Isa itu, mereka pakukan, lalu dilemparinya dengan batu, serta dipukulinya dengan kayu, sehingga darah tertumpah sebanyak-banyaknya. Akhirnya tangkapan itu matilah di tiang salib itu. Nabi Isa yang sebenarnya terlepas dan tangkapan itu, tetapi orang ramai dan musuh tidak mengetahuinya. Kepada Nabi Muhammad diwahyukan Allah apa yang sebenarnya terjadi di saat itu.

Firman Allah di dalam Al-Quran:

Kata mereka, mereka telah membunuh al-Masihi Isa Anak Mariam, seorang yang menjadi Rasul Allah. Yang sebenarnya mereka tidaklah membunuh Nabi Isa dan pula menyalibkannya, tetapi telah menyalibkan seorang lain yang diserupakan Allah dengan rupa Nabi Isa. Orang-orang yang berselisihan tentang Nabi Isa ini, yang sebenarnya masih dalam keraguan, bukanlah dengan pengetahuan yang yakin, hanya dengan menduga belaka. Bukanlah mereka telah membunuh Nabi Isa yang sebenarnya. Allah telah mengangkatkan Nabi Isa kepada-Nya, Allah itu Maha Agung dan Maha Bijaksana.

Dan firman-Nya lagi:

Mereka (orang-orang kafir) membuat rencana (untuk membunuh Nabi Isa), sedang Allah juga membuat rancangan (untuk menghindarkan Nabi Isa dari dibunuh), akhirnya rencana Allah jugalah yang terjadi, karena Allah adalah sepandai-pandai perencana. Ingatlah tatkala Allah bersabda: “Hai Isa, Aku akan ambil kamu, dan akan angkatkan kamu kepada-Ku, dan akan membersihkan kamu dari (tangan-tangan) orang-orang yang kafir itu dan akan jadikan orang-orang yang mengikut kamu itu diatas orang-orang yang kafir itu sampai hari kiamat dan kemudian kepada-Ku jualah tempat kembali kamu. Nanti Aku akan tetapkan keputusan tentang segala perkara yang kamu perselisihkan”. Selain ayat-ayat yang tersebut diatas ini, ada banyak lagi ayat-ayat didalam Kitab Suci al-Quran yang menerangkan bahwa Allah telah angkat Nabi Isa kepada-Nya dan bahwa Allah akan turunkan Nabi Isa kembali untuk diimani oleh semua ahli Kitab. Di samping ayat-ayat al-Quran, tidak sedikit jumlah Hadis-hadis yang sahih menerangkan bahwa Isa akan turun kembali. Dengan alasan-alasan tersebut, maka ijmak sekalian Sahabat, Tabiin dan Mujtahidin, bahwa Isa masih hidup dan akan turun. Firman Allah dalam al-Quran, surah Ali-Imran 55: “(Ingatlah) tatkala Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku (Allah) akan mengambil engkau dan akan mengangkat engkau kepada-Ku serta akan membersihkan engkau dari mereka yang kafir itu”. Perkataan Allah Aku ambil dan Aku angkat engkau kepada-Ku dalam ayat tersebut di atas, diulangi Allah lagi dalam ayat-ayat lainnya, dan beberapa Hadis Sahih yang menerangkan bahwa Isa a.s. akan diturunkan kembali, menjadikan para Sahabat, Tabiin dan Mujtahidin sepakat mengatakan bahwa Nabi Isa masih hidup di langit, dan suatu waktu nanti akan turun lagi ke bumi.

Pengikut-Pengikut Isa Al-Masihi

Iman al-Kisaie (Abu Bakar Muhammad bin Abdullah) yang hidup dalam abad ke 11 Masihi, dan menulis kitab Qisasul Anbiya, bahawa Nabi Isa a.s. pernah melalui (menjumpai) suatu kelompok manusia yang sedang menangkap ikan. Nabi Isa lalu memberikan pelajaran kepada mereka, agar mereka jangan hanya hidup untuk didunia ini saja. Diterangkannya pula kepada mereka tentang kehidupan diakhirat dengan Syurganya, dan ajaran-ajaran serta kepercayaan lainnya. Akhirnya empat orang dari kaum penangkap ikan ini beriman kepada Isa a.s. dan menjadi pengikutnya. Mereka itu ialah Syimun dan saudara lelakinya yang bernama Andirius, Yaqub dan Yuhanna. Kemudian Nabi Isa a.s. melalui pula suatu kelompok manusia yang sedang mencuci pakaian mereka disungai. Nabi Isa berkata kepada mereka: “Hai kaum, kamu mencuci pakaian itu dan membersihkannya dan kotoran-kotoran yang melekat padanya. Apakah kamu tidak mau membersihkan hatimu itu?” Mereka pun beriman dan menjadi pengikut Isa a.s. Mereka adalah: Lukas, Thomas, Markus dan Yuhanna dan beberapa saudara mereka yang masih kecil, di antaranya juga yang bernama Syimun dan Yaqub. Mereka itu semualah yang menjadi pengikut-pengikut yang setia dan yang disebut Hawariyun dalam al-Quran menurut al-Kisaie. Mereka semua berjumlah 12 orang. Akhirnya datang pula seorang lainnya yang bernama Judas, yang belum pernah mendengarkan akan perkataan-perkataan atau ajaran Isa a.s., tetapi turut beriman kerana ajakan orang-orang yang telah beriman lebih dahulu. Hanya setelah Isa dan pengikutnya mengalami pengepungan yang amat kritikal sebagai yang telah kita terangkan sebelum ini, Judas ini murtad, menyeleweng, meninggalkan Isa dan pengikut-pengikutnya lalu mengkhianati Isa a.s dengan memberitahukan tempat persembunyian Nabi Isa kepada musuh-musuhnya, yaitu orang-orang Yahudi, sehingga mereka menyerbu tempat persembunyian itu. Menurut sejarah, Nabi Isa diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul dalam umur 30 tahun. Setelah menyiarkan ajarannya selama tiga tahun atau lima tahun, terjadilah pengepungan, yang menurut kaum Nasrani, Isa tertangkap dan disalib. Jadi Nabi Isa menyebarkan ajarannya itu hanya dalam waktu tiga atau lima tahun saja, yang selalu diancam oleh orang Yahudi untuk dibunuh, sehingga menjadikan Nabi Isa selalu berpindah-randah tempat untuk menghindari penangkapan atau pembunuhan terhadap diri beliau. Karena keadaan yang demikian itu, pengikut-pengikutnya tidak banyak, dan pelajaran yang disampaikannya pun tidak teratur, serta orang-orang yang menerima pelajaran dari beliau itu berbagai-bagai peringkat kecerdasannya, berbagai-bagai pula lamanya masing-masing mereka bergaul dengan Isa al-Masih a.s. Sesudah Nabi Isa as.. diangkat Allah ke langit, maka hanya tinggal para pengikut yang setia ini sajalah, yang dengan sekadar ilmu yang ada pada masing-masing mereka, mereka ajarkan lagi ajaran Isa al-Masih a.s. itu. Juga dalam keadaan bersembunyi, tidak aman dan tidak bebas. Diantara mereka, ada pula yang menuliskan apa yang mereka ketahui itu. Dan dari tulisan-tulisan mereka inilah nantinya yang dijadikan Kitab Suci yang mereka namai Injil. Masing-masing Injil itu mereka namai dengan nama penulisnya. Di antaranya ada Injil Mathius, Injil Yuhanna, Injil Lukas, Injil Barnaba dan banyak lagi Injil-injil yang lainnya. Tentu saja Injil-injil itu tidak sama antar satu sama lain, sebab hanya merupakan catatan dari masing-masing pencatat saja, selama mereka bergaul dengan Nabi Isa, atau semata-mata hanya kabar atau cerita yang sampai kepada mereka saja tentang Nabi Isa a.s. Sebab tidak semua penulis Injil itu adalah Sahabat (Hawari), malah banyak pula penulis-penulis Injil yang tidak pernah bertemu sama sekali dengan Isa, bahkan tidak pula dengan para Sahabat atau Hawari. Tidak mengherankan kalau beberapa abad kemudian, ajaran yang diajarkan mereka menjadi bersimpang-siur, menjadikan mereka berpecah-belah tentang kepercayaan. Ada diantara mereka yang mengatakan bahwa Isa al-Masih a.s. adalah sebagai Nabi dan Rasul sebagaimana juga Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang datang sebelumnya. Tetapi ada pula diantara mereka yang melebihkannya karena Isa tidak punya bapak, menganggap Isa sebagai anak Allah. Juga tentang ibunya yang bernama Mariam dan Malaikat Jibril (Ruhul Kudus) yang mendatangi Mariam. Bahkan timbul kepercayaan yang mengatakan bahwa Isa adalah Allah yang menjelma menjadi anak manusia melalui perut seorang wanita suci yaitu ibunya, Mariam. Bahkan timbul lagi kepercayaan bahwa Malaikat Ruhul Kudus yang menyampaikan berita kelahiran Isa kepada Mariam itupun adalah Allah menjelma pula. Akhirnya timbullah kepercayaan Trinitas; yaitu Allah Bapak, Allah Putra dan Allah Ruhul Kudus. Oleh orang-orang yang datang kemudian ditafsirkan bahwa Allah Bapak itu Tuhan 100%, Allah Putra, yaitu Jesus (Isa) itu Tuhan 100% dan Allah Ruhul Kudus (Malaikat Jibril) adalah Tuhan 100% pula. Bahkan ada yang mempercayai bahwa Mariam ibunya, adalah Tuhan pula, sebab ia melahirkan Tuhan yaitu Tuhan Jesus. Kekacauan yang menimpa pengikut-pengikut Isa al-Masih a.s. itu menimbulkan kekacauan yang menyebabkan pertumpahan darah yang terus-menerus dalam waktu berabad-abad lamanya dikalangan mereka. Sehingga manusia berada kembali dalam kegelapan, yaitu kegelapan kepercayaan. Untuk melenyapkan kegelapan itulah akhirnya diutus Allah Nabi dan Rasul terakhir, adalah Muhammad S.A.W. dengan membawa Kitab Suci Al-Quran, untuk membetulkan semua kitab yang salah, yang dianggap orang Kitab-kitab Suci, yang ada tersebar sebelum lahirnya Nabi Muhammad S.A.W.

Diantara ayat-ayat Al-Quran yang ada hubungannya dengan kepercayaan-kepercayaan orang yang mengaku pengikut Nabi Isa a.s. berbunyi sebagai berikut (artinya): Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah. Allah beri kepadaku Kitab, dan Allah menjadikan aku Nabi. Allah jadikan aku orang yang berbakti dimana saja aku berada. Allah wajibkan kepadaku mendirikan sembahyang, dan mengeluarkan zakat selama aku hidup. Allah jadikan aku berbakti terhadap ibuku, dan Allah tidak jadikan aku menjadi orang sombong dan celaka. Dan keselamatan tercurah atasku pada hari aku dilahirkan, serta pada hari matiku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup diakhirat nanti”. Ya itulah Isa anak Mariam. Allah firmankan perkataan-perkataan yang penuh berisi kebenaran, karena banyak manusia yang berselisih tentang dia dan ragu-ragu. Tidaklah layak bagi Allah mempunyai anak. Maha Suci Ia. Bila Ia menghendaki sesuatu, Ia hanya berkata: “Jadilah, maka terjadilah sesuatu yang dikehendaki-Nya itu”. (Berkata Isa): “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Ia (Allah saja), inilah jalan yang lurus (benar)”. Maka timbullah perselisihan diantara golongan manusia. Maka celaka besarlah orang-orang kafir dihari yang amat hebat nanti. Dihari itu mereka akan datang kepada Kami, dan alangkah terangnya mereka dapat mendengar dan melihat dihari itu. Tetapi orang-orang zalim yang hidup sekarang ini tetap dalam kesesatan yang nyata. Dan ancamlah mereka (Hai, Muhammad) dengan kepastiannya hari yang penuh dengan duka cita itu, yaitu tatkala sudah diputuskan segala perkara. Mereka tetap lalai dan tidak mau percaya. “Sesungguhnya Kamilah yang memiliki bumi dan apa-apa yang terdapat diatasnya. Dan akhirnya kepada Kami jualah mereka itu akan kembali. (Mariam: 3040)”. “Dan ingatlah ketika Isa Anak Maryam berkata: “Hai, Bani Israel, sesungguhnya aku ini Rasul Allah yang diutus kepada kamu, membenarkan apa yang dihadapanku (yaitu Kitab Taurat) dan memberi kabar gembira akan kedatangannya seorang Rasul sesudahku namanya Ahmad (yaitu Muhammad S.AW.). Tetapi tatkala Rasul itu datang kepada mereka membawa keterangan, mereka berkata: “Ini adalah sihir semata.” (as-Saff: 6)” “Hai, Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), sungguh sudah datang kepadamu Rasul Kami (Nabi Muhammad) menerangkan banyak perkara yang kamu (nenek-moyangmu) sembunyikan dan isi al-Kitab (Taurat dan Injil) dan banyak pula yang kamu hapuskan (kerana memberatkan kamu) sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya yang terang dan Kitab Suci (al-Quran dan Allah). (al-Maidah: 5)” “Hai, Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu. Janganlah kamu berkata tentang Allah selain perkataan yang benar. Sesungguhnya ia Anak Mariam itu adalah Rasul Allah dan (kejadian Isa itu adalah disebabkan) kalimah-Nya, yang diletakkan pada Mariam (untuk menghamilkannya) bersama roh daripada-Nya. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Janganlah kamu katakan Allah itu bertiga (Trinitas). Berhentilah kamu dan perkataan yang demikian, itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah hanya Satu (Maha Tunggal). Maha Suci Ia daripada mempunyai anak. Kepunyaan-Nyalah apa saja yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah itu saja sebagai Pelindung (Saksi). (an-Nisa: 171)” Berkata orang-orang Yahudi: “Uzair anak Allah”. Dan berkata orang-orang Nasrani: “Isa al-Masihi anak Allah”. Yang demikian itu adalah omongan mereka dengan mulut mereka, menyerupai perkataan orang-orang kafir yang dahulu, yang telah dibinasakan oleh Allah. Heran mengapa mereka dipalingkan begitu rupa. Mereka menjadikan guru-guru dan pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan selain Allah. Dan begitu juga terhadap Isa Al-Masihi Anak Mariam. Padahal mereka tidak diperintah selain untuk menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tiada Tuhan selain Dia. Maha Suci Ia dan apa-apa yang mereka sekutukan. (at-Taubah: 3031) Maksud turunnya Isa itu adalah untuk menerangkan kepada orang-orang yang mengaku mengikuti pelajaran Nabi Isa, tetapi telah membelok dari ajaran Nabi Isa yang sebenarnya. Lebih-lebih untuk menegaskan kepada mereka bahwa Isa tidak pernah mengajarkan bahwa dia adalah Tuhan atau anak Tuhan dan untuk menegaskan kepada ummat manusia, bahwa Muhammad S.A.W. adalah Rasul Allah yang terakhir yang harus diimani dan diikuti dan bahwa Al-Quran Al-Karim adalah Kitab Suci yang mencakupi seluruh Kitab-kitab Suci yang sebelumnya dan bahwa Islam adalah ajaran semua Nabi dan Rasul yang pernah diutus Tuhan ke permukaan bumi ini. Dengan alasan yang tersebut diatas inilah, maka ummat Islam percaya, bahwa Nabi Isa a.s. tidaklah mati terbunuh ditiang salib sebagai kepercayaan ummat Nasrani sekarang ini. Karena selain ayat-ayat Al-Quran yang amat jelas tersebut diatas itu, tidak mungkin menurut kepercayaan setiap orang Islam, seorang Nabi dan Rasul Allah yang begitu benar dan mulianya, akan dapat ditangkap, serta dibunuh dengan pembunuhan kejam, di luar perikemanusiaan itu. Allah Yang Maha Kuasa pasti telah dapat menyelamatkan Nabi dan Rasul-Nya yang bernama Isa al-Masihi, dan perlakuan yang tidak sewajarnya ini. Kalau ummat Islam dan ummat Nasrani berlainan kepercayaan tentang kedua masalah ini (yaitu tentang ketuhanan Isa dan tersalibnya Isa) ummat Islam tidak diperbolehkan bertengkar dan berdebat dengan ummat Nasrani tentang masalah ini. Karena masalah ini seratus peratus masalah ghaib, yang tidak mungkin dapat diselesaikan dengan bertengkar dan berdebat. Dengan ayat-ayat yang tersebut diatas, ummat Islam menunggu sampai datang saatnya nanti di hari kiamat, dialam akhirat, dimana Allah akan menetapkan putusan tentang masalah yang sedang diperselisihkan sekarang ini, antara ummat Islam, ummat Nasrani dan ummat Yahudi. Marilah kita sama menunggu saat yang dijanjikan Allah itu dengan sabar dan menjauhkan diri dari sengketa, berjalan dan hidup dengan kepercayaan masing-masing. Tetapi bila perdebatan mengenai masalah-masalah yang diperselisihkan itu dapat dijamin akan berjalan secara baik, dijamin tidak akan membangkitkan nafsu-nafsu yang tidak dapat dikendalikan, maka setiap saat ummat Islam diperbolehkan menghadapinya. Firman Allah dalam Al-Quran: “Serulah manusia kejalan Allah dengan bijaksana dan nasihat-nasihat yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih mengetahui akan orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan Ialah pula yang lebih tahu akan orang-orang yang benar (mendapat petunjuk). Dan jika kamu terpaksa harus membalas siksaan, maka balaslah dengan pembalasan yang sebanding dengan apa yang telah mereka siksakan kepadamu. Dan jika kamu sabar (tidak membalas) maka itulah yang lebih baik, bagi orang-orang yang sabar. Dan sabarlah engkau dan tidaklah engkau dapat bersabar, kalau bukan karena Allah. Dan janganlah engkau berduka cita terhadap mereka dan janganlah engkau berkecil hati lantaran tipu daya mereka. Sesungguhnya Allah beserta dengan orang yang taqwa dan orang yang berbuat kebaikan”. (an-Nahal: 125-129)

Kalangan Nasrani meyakini Isa tertangkap dan dihukum salib. Penyaliban itu dianggap sebagai simbol pengorbanan Isa demi menebus dosa umat manusia. Sedangkan Al-Quran menjelaskan bahwa yang ditangkap dan kemudian disalib bukanlah Isa melainkan orang yang wajahnya serupa Isa. Banyak kalangan menunjuk ucapan orang yang hendak dihukum salib “Eli, Eli lama sabakhtani (Tuhan..... ) sebagai bukti bahwa yang disalib tersebut bukanlah Isa. Mereka bahkan meyakini yang tersalib adalah Yudas.

Tentang keberadaan Isa kemudian, para ahli tafsir meyakini bahwa Isa “diangkat Allah” ke akhirat. Sedangkan Jamaah Ahmadiyah berpendapat bahwa Isa lolos dari kepungan tersebut, lalu menyamar sebagai orang biasa, dan wafat secara wajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar