7 Maret 2013

Bendera HIMAS Dan GAM, Serupa Tapi Jauh Berbeda

Raut wajah seorang laki-laki berbaju loreng terlihat serius ketika memperhatikan selembar bendera terpancang diatas atap sebuah bangunan bertingkat dua yang kian usang dimakan waktu. Warna dasarnya merah, dihiasi dengan dua buah strip atas bawah berwarna biru. Tepat di tengah-tengah bendera tersebut terpampang cap sikureung, sebuah stempel kerajaan Aceh Darussalam masa kesultanan tempo dulu.




Prajurit itu sempat kaget saat melihat bendera tersebut, berkibar diatas gedung Ruang Kuliah Umum (RKU) III yang lazim dipakai oleh mahasiswa Fakultas MIPA dan FKIP Unsyiah. Prajurit yang pada hari itu (27/7) bertugas mengamankan lokasi Unsyiah guna menyambut orang nomor dua di Indonesia dalam acara Kongres Saudagar Aceh Serantau (KSAS) bertanya sebenarnya bendera apa itu. “Kenapa mirip bendera GAM?” tanyanya pada salah seorang penjaga kantin FKIP Unsyiah.


“Oh bendera itu kepunyaan Himpunan Mahasiswa Sejarah (HIMAS), salah satu organisasi mahasiswa yang ada di FKIP pak,” jawab Muhammad Nur, sang penjaga kantin.
Keterkejutan prajurit itu disambut sumringah beberapa mahasiswa, terutama mahasiswa sejarah yang telah mengibarkan bendera tersebut sudah jauh-jauh hari sebelum MoU Helsinky dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2005. Namun untuk menghargai sang penjaga keamanan, mahasiswa sejarah bersedia menurunkan bendera yang diberi nama dengan “Bendera Cap Sikeurung” itu.
“Kita menghormati sikap prajurit itu, meskipun sebenarnya bendera HIMAS jauh berbeda dengan bendera GAM. Ya demi keamanan dan ketertiban menyambut kedatangan Wapres, kita turunkan,” ujar Azwar, Sekum mahasiswa HIMAS FKIP Unsyiah.
Dilihat dari bentuk dan pencantuman dua garis strip, bendera milik Himpunan Mahasiswa Sejarah (HIMAS), memang sedikit mirip dengan bendera perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Akan tetapi dari warna sangat jauh berbeda. Jika bendera GAM memakai less hitam, maka bendera HIMAS memakai less berwarna biru. Warna dasarnya mungkin sama-sama merah, tapi tidak memakai bulan bintang melainkan lambang cap sikeurung.
Menurut keterangan dari Chaidir, S.Pd, mantan Sekum BEM FKIP Unsyiah tahun 2001 yang juga mantan Sekum HIMAS tersebut mengatakan ide pembuatan bendera tersebut bukan berdasarkan peniruan terhadap bendera GAM, “Kami membuat bendera itu terlebih dahulu sudah memikirkan makna filosofis dan kandungan historis yang ada di dalamnya. Dan kalau ada beberapa prajurit yang pada saat kedatangan wapres merasa bendera kami mirip dengan bendera separatis, itu sangat bodoh,” ujarnya.

Lebih lanjut ia juga menegaskan bahwa bendera yang terpancang di RKU III Unsyiah tersebut, murni bendera sebuah organisasi mahasiswa tanpa embel-embel GAM di belakangnya. “Sebaiknya orang yang berpikir bendera HIMAS mirip dengan bendera GAM harus mengkaji sejarah Aceh lebih dahulu. Cap sikeurung adalah sebuah lambang yang dipakai dalam stempel kerajaan Aceh. Sangat lucu kalau semua lambang-lambang ke-Acehan di kaitkan dengan pemberontakan,” tambahnya lagi.
T. Azhari yang juga salah satu mantan aktivis HIMAS menanggapi isu penurunan bendera tersebut. Menurutnya ide pembuatan bendera tersebut tercantum didalam AD/ART HIMAS mengenai bendera lembaga.
“Sebuah kemiripan itu banyak terjadi di dunia ini, hal yang biasa, toh HIMAS punya arti tersendiri dengan simbol-simbol warna di benderanya. Semua warna itu ada makna filosofisnya, misalnya warna biru di kaitkan dengan warna pendidikan, merah adalah lambang kejayaan dan marwah organisasi, putih melambangkan kesucian lembaga dalam mengabdi pada bangsa dan negara serta cap sikeureung melambangkan aspek kesejarahan yang tak boleh dilupakan oleh generasi penerus, terutama mahasiswa sejarah yang mempunyai dasar ilmu mengenai hal ini,” tegasnya ketika dikonfirmasi oleh wartawan.
Banyak kesalahpahaman yang terjadi selama pengibaran bendera cap sikeureung itu. Namun semua kesalah pahaman itu dapat dilogika kan oleh aktivis mahasiswa sejarah. Misalnya ketika MoU, beberapa waktu lalu. Sempat sekretariat HIMAS di gerebek oleh beberapa petugas keamanan karena disinyalir merupakan basis daripada simpatisan GAM. Akan tetapi hal tersebut dapat di kendalikan setelah diberinya penjelasan oleh beberapa mahasiswa sejarah.
Setelah penandatanganan MoU, keberadaan bendera HIMAS tidak ada yang mempermasalahkan lagi kecuali pada saat kedatangan Wapres ke Unsyiah tersebut. Menurut Azwar, semua ini hanya kesalahpahaman saja. “Seperti yang saya katakan tadi, bendera HIMAS dan GAM, Serupa tapi Jauh Berbeda” kata nya sambil menutup pembicaraan.
Oleh: Boy Nashruddin Agus



Tidak ada komentar:

Posting Komentar