Tuan
Presiden Suharto
Bersama ini
saya ingin mengingatkan Tuan terhadap segala sesuatu yang nampaknya oleh Tuan
akan dilupakan. Hal hal yang akan dikemukakan ini saya anggap sebagai kewajiban
bagi saya untuk menjelaskannya secara benar karena saya justru mengikuti
peristiwa-peristiwa di Indonesia itu dari dekat.
Barangkali
sementara orang akan berpendapat akan lebih baik kalau saya diam seribu bahasa
seperti Sphinks (arca batu di Mesir) dalam hal ini. Akan tetapi karena saya
tanggung jawab maka saya harus melakukan hal ini biar membawa resiko
betapapun besrnya terhadap diri saya. Inipun karena makin lama di seluruh dunia
maupun di Indonesia sendiri banyak tersebar cerita-cerita palsu yang disebarkan
tentang peristiwa-peristiwa di Indonesia itu sehingga membeberkan keadaan yang
sebenarnya itu merupakan kewajiban saya.
Karena
itulah saya kirimkan surat terbuka ini kepada Tuan dalam kedudukan saya sebagai
warga negara Indonesia. Selain itu surat terbuka yang saya kirimkan kepada tuan
ini termasuk segala isinya adalah sepenuhnya tanggung jawab saya dan tidak ada
sangkut pautnya dengan Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang
terdahulu.
Sebenarnya
agaknya sudah terlambat untuk mempersoalkan kembali tentang para Perwira yang
telah dinyatakan sebagai “kontra revolusi” atau pemberontak pemberontak
terhadap Negara dimana mereka telah sama dihukum mati.
Selama ini
saya selalu berpendirian tidak sependapat dengan adanya dalil bahwa “yang
berkuasa itu selalu benar” (power can do no wrong). Sikap inipun sama sewaktu
Presiden Soekarno berkuasa Saya berpendapat bahwa seorang Kepala Negara itu
mesti dikerumuni oleh orang orang yang mendukungnya. Begitu juga halnya dengan
Tuan bahwa di sekeliling Tuan itu banyak orang-orang berkerumun yang pada
umumnya tidak berani membuka mulutnya berpura-pura taat dan tunduk bahkan ada
yang menjilat yang pada hakekatnya mereka bertujuan untuk mendapatkan
kesempatan berkuasa lebih banyak. Karena itulah apa yang sebenarnya terjadi di
sekitar Tuan sulit akan terungkap.
Pertama-tama
dalam surat terbuka saya ini saya ingin mengemukakan apa yang disebut “proses”
dimana banyak orang telah dibunuh karena dituduh melakukan kejahatan terhadap
Negara. “Proses” ini yang sebenamya terjadi di luar norma-norma Hukum dan
Keadilan lebih tepat untuk disebut “teror dan kekerasan.”
Dan mereka
orang-orang yang tidak puas dan tidak mau bicara sewaktu kekuasaan Soekarno
maka setelah situasi berubah lalu bersikap tidak bertanggung jawab dan turut serta
melakukan pembunuhan dan teror. Dalam hal ini Tuan telah membiarkahnya. Andai
kata nanti pada suatu ketika kedudukan Tuan diganti oleh orang lain sudah tentu
akan terjadi hal yang sama dimana pembantu-pembantu Tuan yang penting sipil
maupun militer termasuk mungkin Tuan sendiri akan mendapat perlakuan yang sama
di mana mereka dituduh dan dituntut dengan hukuman mati dengan berbagai dalih
misal “karena melakukan korupsi.”
Dalam
hubungan ini saya ingin bertanya kepada Tuan : “Mengapa Tuan membiarkan dan
memberi kesempatan semua itu berlalu yang dapat menjadi contoh (preseden) jelek
bagi suatu Negara yang masih muda dan rakyatnya sedang berkembang yaitu
Indonesia ?”
Bukan maksud
saya untuk mencela kebijaksanaan politik yang Tuan lakukan. Akan tetapi perhatian
tertumpah kepada mereka yang dibunuh dan diteror dengan memakai dalih “pembersihan
terhadap golongan merah” sejak peristiwa G 30 S/PKI itu terjadi. Padahal
kebanyakan dari mereka itu hanyalah pengikut-pengikut Soekarno yang tidak tahu
menahu tentang peristiwa G 30 S/PKI.
Bahkan saya
memperoleh berita bahwa tidak kurang dari 800.000 Rakyat Indonesia yang telah
terbunuh diantaranya terdapat kaum wanita dan anak-anak karena hanya sebagai
simpatisan PKI.
Harian
“London Times” membuat berita pada Januari 1966 sebagai berikut “Bahkan sejak
pecahnya peristiwa G 30 S/PKI itu dalam 3 bulan telah ratusan ribu kaum komunis
yang dibunuh jumlah mana menurut para diplomat barat angka tersebut masih
terlalu rendah.
Sementara
itu menurut sementara pengusaha-pengusaha dan turis-turis dari Eropa yang
pulang dari Indonesia mengatakan bahwa pembunuhan dan teror itu begitu
hebatnya sehingga mereka melihat sementara di sungai-sungai penuh dengan
hanyutnya mayat- mayat tanpa kepala dan sementara anak-anak di desa-desa katanya
bermain sepak bola dengan kepala-kepala manusia yang terbunuh. Pokoknya dalam
tempo 3 bulan sesudah peristiwa G 30 S/PKI itu situasi di Indonesia dicekam
dengan ketakutan dan ketegangan dimana banyak darah mengalir yang belum pernah
terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia.
Seorang
wartawan dari “Washington Post” memberitakan dari Jakarta bahwa di Jawa
Timur saja telah terbunuh 250.000 orang, demikian menurut sumber dari golongan
Islam. Lebih lanjut “Washington Post” memberitakan bahwa puncak pembunuhan dan
teror itu pada bulan November 1965. Kepala-kepala manusia telah dijadikan
hiasan (decorasi) pada suatu jembatan. Di tempat lain orang melihat bahwa
mayat-mayat tanpa kepala dihanyutkan di sungai-sungai di atas rakit dalam
deretan yang panjang. Sungai bengawan Solo yang indah permai ketika itu penuh
dengan mayat-mayat sehingga di sementara tempat kadang-kadang airnya tidak
terlihat tertutup oleh mayat-mayat itu. Sungai-sungai itu airnya menjadi merah
karena darah Rakyat. Pokoknya ketika itu Indonesia seperti neraka demikian
tulis Washington Post.
Sementara
itu harian Inggris “Economist” memperkirakan bahwa korban yang jatuh karena
pembunuhan dan teror itu mencapai 1.000.000 orang.
Saya ingin
bertanya kepada Tuan: mengapa pertumpahan darah itu sampai terjadi atas mereka
yang belum tentu berdosa? Dan mengapa masyarakat dunia diam seribu bahasa?
Padahal dipihak lain kalau seorang manusia terbunuh di sepanjang tembok Berlin
saja, maka seluruh dunia Barat ramai dan geger. Tapi mengapa dunia Barat itu
diam dimana 800.000 Bangsa. Asia (Indonesia) telah dibunuh dan diteror dengan
darah dingin, bahkan dalam situasi Dunia sedang damai??
Saya tahu
pasti bahwa diantara yang terbunuh itu ada orang komunis. Tapi apa artinya
kemerdekaan dan hak azasi manusia kalau Tuan membenarkan pembunuhan
besar-besaran itu sekedar karena mereka melakukan gerakan di bawah tanah yang
tidak diketahui oleh Pemerintah Tuan?
Sebenamya
Tuan akan lebih bijaksana kalau Tuan mengambil langkah-langkah pencegahan
terjadinya pembunuhan besar-besaran itu sebelunm PKI dinyatakan dilarang
oleh undang-undang.
Akan tetapi
Tuan ternyata tidak berbuat demikian dan hal ini dianggap sebagai pelanggaran
terhadap hal-hal azasi manusia dan Tuan tidak mendapatkan respek. Lepas dari
ideologi apa yang sudah terjadi itu merupakan “kejahatan nasional”
Tuan
Suharto.
Meskipun
Tuan akan menolak dengan berbagai dalih untuk bertindak dan mencegah terhadap
“kejahtan nasional” yang telah berlangsung itu - dimana telah ratusan ribu
orang tak berdaya telah dibantai- bagaimanapun saya juga bersikap tidak
membenarkan bahkan mengutuk peristiwa itu. Bukankah telah menjadi kenyataan
bahwa pemerintah Orde Baru yang Tuan pimpin memakai slogan demi “penumpasan
terhadap PKI”? Ataukah Tuan amat kuatir kalau kekuasaan Soekarno bangkit
kembali beserta pendukung-pendukungnya karena Tuan tahu pasti bahwa lebih
dari 50 % Rakyat Indonesia itu masih setia pada Soekano? Hal ini pasti Tuan
tidak lupa bukan? Ataukah barangkali Tuan berpendapat bahwa peristiwa G
30 S/PKI itu sudah lampau dan harus dilupakan? Bagi saya hal itu bukan soal.
Akan tetapi yang menjadi masalah: masih terlalu banyak hal-hal dan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab dan bahkan sengaja disembunyikan
walaupun begitu saya masih merasa beruntung dan bangga bahwa saya dalam
peristiwa 1965 itu tahu dari dekat dan mendapat pelajaran yang bermanfaat.
Bahwa fakta-fakta yang benar dalam sejarah itu kadang-kadang memang diputar
balikkan oleh karena mereka yang berkuasa dengan maksud untuk kepentingan atau
keuntungan tujuan politknya. Begitu juga dengan berita-berita dalam pers
(koran-koran) telah dibuat demikian rupa oleh penguasa sebagai suatu Propaganda
untuk kepentingan politik pemerintah.
Sebagai
misal yang paling mudah kita ambil contoh peristiwa G 30 S/PKI. Peristiwa ini
sebenarnya terjadi pada tanggal l Oktober 1965 dinihari yang didukung oleh
dewan revolusi dengan dipimpin oleh salah seorang perwira penanggung jawab
pengawal istana Presiden Soekarno yaitu Letnan Kolonel Untung. Pengumuman dewan
revolusi itu berbunyi sebagai berikut:
“Sekelompok
(grup) Jenderal merencanakan untuk mengambil oper kekuasaan (coup) dari
Pemerintah Presiden Soekarno dan beliau akan dibunuh. Mereka membentuk dewan
Jenderal dengan tujuan untuk membentuk kekuasaan Militer. Rencana coup tersebut
akan dilakukan pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1965 yang akan datang.
Untuk mencegah itu maka dewan revolusi mendahului mengambil langkah dengan
menangkap 6 Jenderal diantaranya Jenderal A Yani,
Dalam hal
ini Tuan ternyata telah meyakinkan orang banyak (menfitnah) dengan melancarkan
berita bahwa G 30 S/PKI itu dilakukan oleh PKI. Hal ini jelas tidak benar.
Bukankah yang melakukan gerakan ini adalah orang-orang militer? Dan saya
meragukan kalau mereka yang melakukan gerakan itu orang komunis.
Saya ingin
bertanya kepada Tuan lalu siapakali yang berbuat menyebarkan isyu
sehingga timbul situasi dimana masa dibakar dan digerakkan. Dengan menuduh G 30
S/PKI itu didalangi oleh PKI ? Menteri
Pertahanan sendiri yaitu Jenderal Nasution sebagai salah seorang anggota Dewan
Jenderal yang menurut rencana seharusnya juga ditangkap oleh gerakan G 30 S/PKI
telah berkata pada upacara penguburan 6 Jenderal yang terbunuh itu pada HUT ABRI
tanggai 5 Oktber 1965 sebagai berikut:
“Sampai hari
ini pun HUT ABRI kita masih tetap penuh khitmat dan kebanggaan meskipun
ditandai oleh peristiwa yang merupakan noda bagi kita ABRI. Yaitu bahwa telah
terjadi suatu fitnah dan pengkhianatan serta kekejaman atas perwira-perwira
tinggi kita. Walaupun bagitu saudara-saudara kita yang menjadi korban itu
adalah tetap merupakan pahlawan-pahlawan di hati kita Bangsa Indonesia. Yang
pada akhirnya nanti kebenaran pasti akan menang meskipun kita telah diftnah oleh
pengkhianat-pengkhinat int. Hal mana pada waktunya nanti kita akan
memperhitungkannya.”
Dalam pidato
Jenderal Nasution itu sama sekali tidak nampak ada kesan bahwa terbunuhnya 6
Jenderal itu telah didukung apalagi dilakukan oleh PKI. Bahkan sebaliknya dari
kalimat-kalimat yg diucapkan oleh Jenderal Nasution itu jelas, bahwa peristiwa
G 30 S/PKI itu adalah akibat pertentangan yg ada di kalangan ABRI sendiri.
Tuan Suharto
- dapatkah saya bertanya kepada Tuan, siapakah yang dimaksud dengan kata-kata
Nasution “fitnah dan pengkhianat pengkhianat” itu dan apakah yang dimaksud
dengan kalimat “kita akan memperhitungkan mereka.”
Sebenarnya
yang penting diperhitungkan dalam peristiwa itu adaiah: siapa dan apa tujuan
dari 50 orang “yang bersegam seperti pengawal Presiden Soekarno” itu. Dan
ketika mereka menyerbu rumah dan kediaman Jenderal Nasution dengan senjata
lengkap diketahui jelas oleh beliau bahwa mereka itu (penyerbu) adalah
mereka yang dikenal sebagai orang-orang yang anti komunis. Justru karena mereka
tidak kenal Jenderal itulah maka mereka menyangka Letnan Tendean sebagai
Komandan Jaga dikira Jenderal Nasution dan terus menembaknya.
Dari fakta
ini jelas menurut penilaian saya bahwa andaikata para penyerbu itu
benar-benar pengawal Presidcn Soekarno pasti mereka akan tahu dan kenal
betul pada Jenderal Nasution. Jadi tidak masuk akal pula kalau para penyerbu
itu adalah orang-orang komunis yang mendapat tugas khusus tidak akan kenal pada
Jenderal Nasution sehingga terjadi kegagalan itu.
Apakah Tuan
tahu - bahwa banyak orang di Indonesia ini telah membicarakan bahwa timbul
tanda tanya yang besar yang penuh prasangka kepada Tuan.
Yalah:
mengapa Tuan sebagai komandan tertinggi pada Kostrad justru malah tidak diserbu
untuk dibunuh dengan dalih katanya “karena mereka (penyerbu) tidak tahu alamat
Tuan”? Dan yang menarik perhatian lagi - justru Tuanlah yang pada tanggal l
Oktober 1965 pada dinihari sudah memainkan peranan dan ambil oper pimpinan ABRI
dengan memberikan perintah-perintah sehingga dengan mudah sekali Tuan telah
bisa menguasai dan menumpas Dewan Revolusi dalam waktu yang singkat.
Setelah
Presiden Soekarno kehilangan Jenderal A. Yani maka beliau terus mengangkat Tuan
sebagai Menteri Hankam, sekaligus sebagai Pangab ABRI. Ini terjadi pada tanggai
14 Oktober 1965 dimana Presiden Soekarno pada pengangkatan Tuan itu telah
berpesan sebagai berikut:
“Adalah
mendesak sekali agar keamanan dan ketertibann harus segera dipulihkan agar
terciptanya keadaan, dimana emosi dari golongan kiri maupun golongan kanan
dapat ditenangkan dan dikendalikan, sehingga peristiwa G 30 S/PKI itu dapat
diselesaikan sambil kita mempelajari segala sesuatunya yang berkaitan dengan
peristiwa tersebut. Kejadian itu tidak akan menenangkan saya sebelum segala
sesuatunya jelas siapa yang bertanggung jawab entah dari pihak manapun, entah
merah, hijau ataupun kuning”
Dengan
demikian menjadi jelas bahwa Tuan memikul tugas yang diberikan oleh Presiden
Soekarno untuk menghimpun segala data sekitar peristiwa G 30 S/PKI itu dan
seharusnya Tuan segera memulai dengan penyelidikan dan pengusutan yang harus
dilaporkan pada Presiden Soekarno. Akan tetapi Tuan ternyata tidak mentaati
perintah-perintah itu bahkan Tuan telah memberikan tafsiran sendiri dan
berkata: “Sekarang saya sudah memperoleh kepercayaan dari Presiden Soekarno.
Dan saya akan terus menumpas sisa-sisa kekuatan dari peristiwa tersebut.”
Pernyataan Tuan jelas mempunyai arti tersendiri.
Sebenarnya
Presiden Soekarno mengharapkan dan mempercayakan pada Tuan agar Tuan tetap
setia dan loyal untuk melaksanakan perintah-perintahnya. Dengan tujuan
selanjutnya akan diambil tindakan-tindakan hukum oleh Presiden Soekarno
terhadap siapa yang bersalah tanpa pandang bulu - apakah PKI atau pihak
Militer. Akan tetapi Tuan ternyata tidak memberikan laporan apa-apa pada
Presiden Soekarno. Bahkan Tuan telah menggerakkan ABRI tanpa persetujuan
Presiden bersama-sama dengan beberapa Jenderal antara lain Sarwo Edhie. Dan
sejak inilah dimulai pengejaran dan pembunuhan terhadap mereka yang belum tentu
bersalah yaitu kaum komunis. Yang kemudian telah terkenal luas di seluruh
negeri bahwa TNI di bawah pimpinan Tuan telah melakukan penganiayaan,
pembakaran, perampokan dan pembunuhan terhadap orang PKI. TNI telah
melakukan teror yang berselubung di bawah pimpinan Tuan Rakyat yang hidup
tenang dihasut/dibangkitkan untuk membenci dan mengamuk dengan dalih karena
adanya kejadian terbunuhnya para Jenderal tersebut. Rakyat telah dihasut untuk
anti PKI yang dikaitkan dengan negeri Cina yang dituduh memberikan dukungan
terhadap G 30 S/PKI tersebut. Dan rakyat telah dibikin rupa sehingga
tidak percaya bahwa “Dewan Revolusi” itu ada.
Selanjutnya
Presiden Soekarno dipaksakan untuk menyatakan PKI dilarang dan di luar hukum
karena dianggap partai itu terlibat pada G 30 S/PKI. Selama setahun lamanya
mahasiswa-mahasiswa dan kelompok-kelompok yang tidak puas diorganisasi untuk
melakukan demonstrasi-demonstrasi terhadap Soekarno dengan tuntutan-tuntutan
termaksud. Akan tetapi Presiden Soekarno menolak untuk membubarkan PKI sebab
tidak ada data-data dan bukti-bukti yang menyakinkan yang sudah dilaporkan pada
Presiden.
Yang menarik
perhatain ialah, bahwa “pemimpin-pemimpin” demonstrasi tersebut yang katanya
adalah “mahasiswa-mahasiswa” kenyataannya umumya kebanyakan lebih dari 30 tahun
dan bahkan pengikut-pengikutnya demonstrasi iru memakai pakaian seragam para
troops (tentara payung) yang masih baru-baru. Sehingga perlu
dipertanyakan apakah benar mereka itu mahasiswa-mahasiswa betul? Dan dari
mana dana (keuangan) yang didapat untuk mengorganisasi demonstrasi-demnstrasi
itu? Dan mengapa ternyata sekarang, bahwa mereka yang menjadi
pemimpin-pemirnpin” demonstrasi itu kini menempati kedudukan-kedudukan penting
dalam Pemerintahan Tuan?
Semua
kekacauan dan tidak tenang yang nampaknya dibikin (artificial) telah
berlangsung se-lama satu tahun. Sementara itu telah dilancarkan Propaganda
secara luas bahwa segala kesulitan dan keburukan diberbagai bidang itu
ditimpakan pada PKI? Dan hal ini sampai hari inipun masih berlangsung walaupun
peristiwa G 30 S/PKI itu telah 4 tahun berlalu.
Akan tetapi
tentang hal ini sebenarnya dapat dimengerti sebab dalam politik yang berkuasa
itu harus membuat Rakyat yang tidak tahu apa-apa itu sedemikian rupa sehingga
rakyat merasa tidak tenteram dan aman dengan menimpakan kesalahan dan ancaman
itu pada PKI. yang kemudian diarahkan bahwa penguasa (pemerintah) itu adalah
satu-satunya pelindung rakyat yang sebenarnya.
Kalau
demikian halnya maka jelas bahwa Tuan telah mengabaikan perintah dan peringatan
Presiden Soekarno pada sidang kabinet tanggal 2 Januari 1966 di Bogor yang
meminta kepada Tuan agar situasi yang tidak menentu itu harus segera diakhiri
dan dipulihkan sehingga rasa kesatuan dan persatuan bangsa lIndonesia dapat
tercipta kembali. Bukan saling membunuh diantara sebangsa dan setanah air.
Apabila pembunuhan besar-besaran itu berlangsung terus menerus maka perjuangan
kita selama ini akan sia-sia, karena dalam hai ini Tuan ternyata telah menempuh
jalan sendiri.
Saya tidak
akan mengatakan bahwa G 30 S/PKI itu baik. Tapi saya tidak akan menyalahkan
siapa-pun dan belum memberikan penilaian terhadap peristiwa itu.
Andaikata
sebagai orang komunis atau simpatisan. Maka yang pertama-tama menjadi
pertanyaan dan yang tidak masuk akal apa perlunya dan apa keuntungannya PKI itu
melibatkan diri dalam G 30 S/PKI itu. Padahal PKI itu merupakan partai yang
besar? Selain itu kalau memang benar PKI itu adalah pengacau? Mengapa TNI tidak
mengetahui atau mencegah bahkan yang membakar Markas CG PKI itu dibiarkan
untuk selanjutnya diselidiki kalau-kalau bisa diperoleh data yang penting? Dan
kalau benar PKI itu terlibat apakah tidak lebih baik kalau para
pemimpinnya yang bertanggung jawab diadili di depan umum untuk diketahui oleh
seluruh Rakyat Indonesia? Dan mengapa Tentara yang menangkap DN Aidit itu
justru telah membunuhnya dengan diam-diam baru kemudian melapor pada Presiden
Soekarno. Dan apa pula sebabnya ketua I dan wakil ketua II PKI. yaitu Sdr.
Nyoto dan Lukman juga diperlakukan yang sama dengan cara dibunuh dengan diam-diam
dan tanpa proses hukum?
Kata orang
bahwa NU itu mempunyai anggota sebanyak 6 juta. Tapi mengapa orang-orang di
kalangan partai tersebut terlaiu takut kepada PKI, yang jumlah angggotanya
lebih kecil hanya 3 juta orang? Memang terlalu banyak soal-soal dan pertanyaan-
pertanyaan yang tidak bisa terjawab bahkan sengaja ditutup disembunyikan.
Komunisme
yang begitu Tuan takutkan itu sebenarnya akan tidak berdaya. apabila
kesengsaraan dapat ditiadakan. Hakekat ideologi PKI di bawah pimpinan DN Aidit
sebenarnya berdasarkan Pancasila (Soekarnoisme). Dan PKI telah memainkan
peranan yang penting dalam kebangkitan dan kebangunan Bangsa Indonesia serta
berjuang untuk sosialisme Indonesia.
Juga
Nasution pimpinan MPRS. telah menyalahkan PKI karena telah melakukan aksi-aksi
di bidang ekonomi. Dia juga menyalahkan PKI bahwa sebab terjadinya inflasi
dewasa ini karena adanya hutang pada luar negeri sebanyak $ 2.5 milyard dan
diantaranya berupa pembelian senjata-senjata seharga $ l milyard pada Uni
Sovyet. Yang aneh dalam hal ini justru hutang-hutang pada Uni Sovyet ini
bukankah Jenderal Nasution sendiri yang menandatangani kontrak-kontraknya?
Bahkan dia sendiri sudah 2 kali berkunjung ke Moskow. Apakah dengan begitu
ucapan Jenderal Nasution itu dapat dipertanggung jawabkan ?
Tuan
Suharto.
Saya ingin
mengajukan banyak data-data yang Tuan sendiri berharap akan menjadikan
data-dala itu sebagai bukti terlibatnya PKI. Tapi mengapa Tuan tidak membuka
penyelidikan untuk menghimpun sesungguhnya? Sudah tentu bukan data-data yang bersifat
sepihak. Saya kira seluruh Negri dan rakyat Indonesia berhak untuk tahu dan
mengerti yang sebenarnya. Sekali biar seluruh rakyat tahu juga bagaimana
pendapat Tuan tentang peristiwa tersebut. Hal ini penting sekali karena
telah diisukan bahwa bukan hanya PKI yang terlibat tapi juga
Presiden Soekarno yang ikut dituduh merestui “dewan revolusi.”
Selain itu
juga dikatakan bahwa beberapa ribu orang PKI sebelum peristiwa G 30 S/PKI itu
telah dipersiapkan dengan mengadakan latihan militer di daerah lapangan
udara Halim. Dimana Presiden Soekarno pada tengah malam ketika peristiwa itu
terjadi juga diamankan disitu. Dengan adanya berita-berita itu orang pada
bertanya bagaimana hal ini bisa terjadi adnya suatu latihan militer yang
diikuti oleh ribuan orang dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi? Dan apa
perlunya Presiden Soekarno itu mencari perlindungan di tempat yang tidak
menguntungkan baginya?
Kenyataan
berita-berita lain yang saya peroleh dari lapangan udara Halim adalah bahwa:
peristiwa G 30 S/PKI itu adaiah cetusan dari suatu konflik dalam angkatan
Darat. Oleh karena itu mereka menggunakan dalih pribadi Soekarno itu dibawa
kesana karena saya sebagai istri merasa khawatir akan keselamatan suami saya.
Sampai di Halim saya malah jadi bingung karena ketika saya tanyakan pada
sementara orang tenyata tak seorang pun yang tahu apa yang telah terjadi.
Bahkan ketika itu kita tidak tahu bahwa Jenderal A.Yani telah terbunuh.
Pokoknya ketika itu kita tidak tahu siapa kawan dan siapa lawan. Hampir
semuanya dalam kebingungan dan tidak tahu apa yang akan diperbuat. Tidak
seorang pun tahu apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi berikutnya.
Dalam
mengenang peristiwa G 30 S/PKI itu kembali saya kira persoalannya akan lain
andaikata Jenderal A.Yani masih hidup. Presiden Soekarno sendiri sangat sedih
bagaimana sampai terjadi dia jadi korban dan bagaimana tempat tinggalnya sampai
diketahui.
Selain hal
diatas dengan ini saya ingin mengajukan pertanyaan yang penting kepada Tuan
yang kiranya Tuan perlu perhatikan.Yalah tentang adanya “dewan jenderal” yang
Tuan telah tentang keras tidak mengetahuinya. Orang hanya tahu bahwa Jenderal
A. Yani dan jenderal-jenderal lain yang terbunuh itu yang hanya mengetahui tentang
persoalan “dewan jenderal” tersebut.
Akan tetapi
2 minggu sebelum peristiwa tersebut Presiden Soekarno bertanya kepada Jenderal
A. Yani: bagaimna sebenamya duduk persoalan dewan jenderal tersebut. Yang
dijawab oleh Jenderal A. Yani dengan tegas: Bapak Presiden serahkan kepada saya
saja segala hal yang bersangkutan dengan anak buah saya tersebut” (maksudnya
D.D.)
Dari dialog
tersebut bagi saya timbul pertanyaan yang besar: bagaimana bisa terjadi
Jenderal A. Yani itu ikut terbunuh? (jelas karena justru ada kontradiksi dalam
ABRI sendiri=penyalin).
Jadi andai
kata Tuan benar-benar obyektif maka pasti Tuan akan yakin bahwa Soekarno
itu benar-benar tidak terlibat dan tidak tahu apa-apa tentang G 30 S/PKI
tersebut.
Tuan
Suharto.
Dengan
mengetahui tentang hal-hal di atas maka lalu timbul pertanyaan saya: apakah
kiranya jawaban Tuan ada seluruh rakyat Indonesia yang menduga bahwa dengan
adanya tindakan cepat dari Tuan untuk membentuk kekuasaan “orde baru”
dalam situasi yang kacau balau itu bukankah justru sebenarnya Tuanlah
yang mempunyai semua rencana dan melaksanakan rencana “dewan jenderal.”
Bukti-bukti
kemudian menunjukkan bahwa dalam situasi yang kacau di Indonesia itu, Tuan
telah membangun tentara yang berorientasi ke kanan, bergandengan tangan dengan
sementara mahasiswa-mahasiswa (yang tidak puas) yang kemudian didorong dan
bekerja sama dengan pimpinan-pimpinan partai Islam serta politisi yang kanan
untuk menghancurkan PKI. Yang selanjutnya terjadilah pembunuhan dan pertumpahan
darah yang terencana. Bagaimana hal ini sampai terjadi bahwa sikap ABRI malah
lebih dekat dengan Pentagon (markas Besar Departemen Pertahanan Amerika
Serikat) dimana hampir semua kegiatan militer didunia dikendalikan dari sana?
Apakah dalam situasi demikian itu orang bisa mengharapkan lain kecuali PKI itu
menjadi hancur beranakan karenanya dan hubungan dengan RRC dengan sendirinya
putus.
Presiden
Soekarno telah berulang kali mengatakan bahwa tidak benar untuk hanya menyalahkan
PKI. Beliau berkata: “Kita jangan melemparkan semua kesalahan itu kepada PKI
saja. Tapi persoalannya terletak pada hal-hal lain.”
Saya sangat
menghargai akan sikap Bung Karno yang begitu tegas itu meskipun beliau harus
mengorbankan nasibnya sendiri. Beliau telah menolak untuk tunduk pada tekanan
pihak ABRI untuk menyatakan PKI itu dilarang dan di luar hukum. Ideenya
meskipun telah mengalami tekanan yang berat dari pihak ABRI. Andaikata Bung
Karno itu tidak bersikap teguh sedemikian rupa, barangkali situasi dan posisi
beliau tidak akan seburuk seperti sekarang, apalagi kalau beliau melakukan
langkah-langkah kompromis. Tapi beliau tidak demikian dan tetap berpegang teguh
pada kebenaran dan keadilan.
Adam Malik,
Menteri Luar Negri Republik Indonesia pada tahun 1966 telah berbicara di depan
mahasiswa-mahasiswa di Tokyo dengan penuh kebohongan dan kebodohan. la menerangkan
bahwa Soekarnolah yang bertanggung jawab atas terjadinya pembunuhan massal
terhadap kaum komunis di Indonesia itu. Andaikata Soekarno tepat pada waktunya
menentukan sikapnya terhadap PKI maka pembunuhan massal itu dapat dihindari.
Dengan
pidatonya Adam Malik itu maka orang-orang yang tidak tahu tentang apa
sebenarnya yang telah terjadi di Indonesia itu akan menanggapinya dengan benar.
Sementara itu Bung Karno masih terus secara terbuka berbicara dan
menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya tentang PKI itu. Hal ini pun telah
ditafsirkan oleh sementara mereka itu, bahwa Presiden Soekarno telah merestui
tindakan-tindakan lebih lanjut dari PKI yang ternyata kemudian berakibat
terjadinya pembunuhan yang lebih kejam.
Seperti kata
pepatah Latin “Cui Bono” yang artinya: yang penting bukan siapa yang benar akan
tetapi siapa yang memperoleh keuntungan. Bukankah kemudian ternyata terbukti,
bahwa Amerika Serikatlah yang memperoleh keuntungan dengan peristiwa G 30 S/PKI
itu. Kini terbukti bahwa Jakarta telah dibanjiri oleh Investor-Investor asing
(penanam modal) yaitu Amerika Serikat. Tentang inipun tidak menjadi soal
andaikan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi itu Indonesia dan rakyatnya yang
pertama-tama memperoleh keuntungan. Bung Karno sejak semula sebenarnya selalu
menolak untuk dibuatkan patung untuk dirinya. Baru setelah 22 tahun kemudian
beliau mengabdi kepada Revolusi Indonesia dengan enggan beliau baru menerima
untuk dituliskan autobiografinya (riwayat hidupnya).
Akan tetapi
bagi Tuan Suharto sendiri segera setelah tidak lama memegang kekuasaan telah
dibuatkan buku riwayat hidup Tuan dengan memakai judul “The Smiling General”
(Jenderal yang suka senyum). Selain itu Tuan telah mengabadikan potret Tuan
pada uang kertas Republik Indonesia yang sudah tentu agar Tuan cepat dikenal.
Semua itu tentunya dengan advis (pertimbangan) para pembantu yang mengelilingi
Tuan.
Tetapi
sebaliknya - Tuan sama sekali telah meniadakan foto-foto Bung Karno pada
kedutaan-kedutaan di Luar Negeri yang mempunyai kebiasaan memancangkan foto
tokoh-tokoh dari bangsa di Dunia. Dalam hal ini tidak satu gambar Presiden
Soekarno nampak.
Tuan
Suharto.
Tuan yang
pernah mengkritik tentang kediktatoran Presiden Soekarno dan bahkan Tuan telah
berjanji akan memulihkan demokrasi di Indonesia, ternyata sekarang Tuan telah
berbuat melebih apa yang diperbuat oleh Bung Karno. Langkah pertama yang seharusnya
Tuan lakukan untuk mendemokratisir keadaan/situasi antara lain tentang
pemilihan Presiden. Temyata tentang hal inipun oleh Tuan selalu ditunda-tunda.
Selain itu Tuan telah melarang untuk mencantumkan nama Bung Karno dalam
buku-buku sejarah Indonesia yang harus diterbitkan. Sementara itu Tuan telah
menahan Bung Karno dengan dalih untuk melindungi keselamatannya yang
hakekatnya Tuan telah mengisolir beliau dari dunia luar. Tindakan Tuan yang
tidak benar dan tidak adil inilah yang menyebabkan Bung Karno itu menjadi
sakit. Beliau tidak mendapat perawatan sebagaimana mestinya. Dokter-dokter yang
disediakan hanya proforma saja. Malah dokter gigi yang sangat diperlukan oleh
beliau Tuan tidak berikannya. Bahkan pernah ada orang yang mengingatkannya agar
Bung Karno itu jangan selalu diberi obat-obat injeksi sebab ada
kemungkinan obat-obat in justru membahayakan kesehatannya.
Disamping
itu saya juga berharap mudah-mudahan makanan yang dibuat dan dikirim oleh
Putra-Putri Bung Soekarno itu benar-benar akan sampai ke tangan beliau selama
beliau dalam isolasi dalam tahanan benar-benar dalam keadaan sangat berat dalam
hidupnya. Bahkan hak-hak ke manusiannya yang paling azasipun beliau tidak
memperolehnya. Satu-satunya kesempatan yang diberikan kepada beliau selama
beliau untuk meninggalkan isolasinya ialah ketika menghadir-perkawinan salah
satu putrinya. Untuk itu mobil Bung Karno dikawal dengan ketat dengan kendaraan
panser dan tidak boleh didekati oleh siapapun. Ketika beliau berdiri dan
mendekati putrinya yang sedang menjadi temanten guna memberikan ciuman selamat
dari seorang ayah pada anaknya inipun teiah dicegah oleh Polisi Militer yang
mengawalnya dan beliau didorong secara kasar sehingga terjatuh duduk di atas
sofa. Selain itu wajah beliau ditutupi dan dihalang-halangi agar tidak dapat
diambil fotonya.
Andaikata
saya yang mendapat perlakuan demikian mungkin pasti jiwa saya akan
terpukul keras. Akan tetapi karena Bung Soekarno itu mempunyai jiwa yang besar
dan mentalnya kuat perlakuan demikian itu dianggapnya sebagai pengorbanan yang
harus dideritanya. Saya benar-benar sangat khawatir bahwa mungkin perlakuan
alat-alat kekuasaan Tuan kepada Bung Karno itu kalau sedang sendirian lebih
kasar karena di depan umurn pun alat-alat kekuasaan Tuan itu sampai berani
berbuat demikian terhadap beliau. Tuan dapat saja menghancurkan jasmani Bung
Karno tetapi Tuan tak akan pernah berhasil menghancurkan semangat dan jiwanya dalam
membela keadilan dan kebenaran. Jiwa dan semangat Bung Karno itu tak akan
pernah mati!
Bung Karno
telah berjasa membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda yang 350 tahun
lamanya. Setelah 13 tahun di penjara dan dibuang pemerintah Belanda dan
memimpin perjuangan bersenjata untuk kemerdekaan Indonesia selama tahun 1945
sampai tahun 1949. Bung Karno itu pasti tahu apa yang harus diperbuat untuk
mengisi kemerdekaan negerinya.
Tanpa
kepemimpinan Bung Soekarno Tuan pasti tidak akan punya kedudukan sebagai
Presiden seperti sekarang ini. Bung Soekarno itu telah meletakkan Undang-undang
dasar yang demokratis untuk Indonesia dan telah mendirikan “Lingua Franca”.
Dibidang
seni dan budaya beliau adalah promotor. Beliaulah orangnya yang telah
meletakkan dasar untuk pembangunan Bangsa Indonesia. Apakah dengan jasa-jasanya
itu tidakkah pantas beliau mendapatkan imbalan?!.
Andaikan
Bung Soekarno tahu bahwa akan terjadi suatu pengkhianatan yang berakibat pembunuhan
antar sesama Bangsa seperti peristiwa G 30 S/PKI itu, pasti beliau tidak
akan menyetujuinya.
Dan sayapun
tidak akan tinggal diam apabila sampai suami saya terlibat dalam tindakan
kekerasan itu. Didepan mata saya Bung Karno itu sangat terpuji dengan
sifat-sifatnya yang luhur! Saya sangat yakin bahwa kalau ada seseorang yang
berbuat dengan cara sadar dan sistematis membunuh sesama manusia maka perbuatan
itu adalah yang paling keji dan tak beradab. Saya kenal pepatah Jepang yang
berbunyi mencekek seseorang dengan kain sutra: Sehubungan dengan inilah
Tuan Suharto. Tuan telah memperkenankan Bung Karno itu diperlakukan sedemikian
rupa tersiksa baik lahir maupun batinnya.
Selama ini
saya belum pernah mengeluarkan suara atau pernyataan apa-apa karena saya sadar
bahwa Tuan sedang menghadapi persoalan-persoalan yang cukup gawat. Tapi kali
ini saya harus berbicara secara terbuka kepada Tuan karena: pertama-pertama
untuk menjaga keselarnatan dan nama baik Presiden Soekarno.
Ketika
Presiden Soekarno menyerahkan wewenangnya kepada Tuan sebagai pejabat Presiden
pada tanggal 7 Märet 1967 telah diberikan 3 syarat oleh beliau kepada Tuan.
Salah satu diantaranya yalah: bahwa Tuan harus menjaga keselamatan keluarga
Presiden Soekarno. Ternyata Tuan tidak memperhatikan permintaan beliau itu.
Sewaktu Tuan
diwawancarai oleh wartawan Jepang tentang banyaknya korupsi di Indonesia dewasa
ini. Tuan telah memberikan keterangan sebagai berikut: “Tentang masalah korupsi
itu saya kira selamanya akan ada. Dan soal korupsi ini sebenarnya adalah
sisa-sisa dari pemerintah Soekarno dulu. Sementara ini akan tetap demikian
karena memang sedemikian sejak semula.”
Kalau ucapan
Tuan itu benar maka ucapan Tuan itu seakan-akan ucapan seorang yang tidak
bertanggung jawab. Sikap Tuan itu adalah licik dan tidak jantan karena Tuan
ternyata berlindung dibelakang nama Soekarno tentang apa yang sekarang terjadi.
Ketika Tuan berbicara demikian didepan wartawan itu maka habislah segala rasa
hormat saya pada Tuan sampai yang terakhirpun.!
Memang
selama masih disebut manusia biasanya siapa yang menang akan selalu menganggap
dirinya benar dan sebaliknya mereka yang kalah pasti segala sesuatunya akan
ditimpakan kepadanya. Apabila Tuan
memang bersedia dan benar-benar mau menyelidiki serta memberantas korupsi sebagai
seorang warga negara Indonesia, saya sepenuhnya bersedia untuk menjadi
saksi dan hadir pada setiap sidang-sidang pengadilan yang dilakukan secara
terbuka. Sudah tentu pelaksanaanya harus sesuai dengan norma-norma dan hukum
yang berlaku dan tidak ditutup-tutup serta tidak boleh (…??
Sambungan kalimat tidak jelas, oleh penyebar, Enje)
Bung Karno
adalah Pahlawan Revolusi Indonesia. Dengan kerendahan hati ingin saya katakan
bahwa beliau memang belum tentu bisa menjadi pemimpin diwaktu damai. Akan
tetapi saya kira andaikata Bung Karno itu sewaktu menjadi mahasiswa
sempat belajar di luar negeri beliau pasti akan lebih banyak mengenal
masalah-masalah ekonomi yang akan melengkapi kepemimpinanya. Saya katakan
demikian karena mungkin “Nasionalisasi” perusahaan-perusahaan asing di
Indonesia yang telah dilakukanya itu sebagai suatu kekhilafan.
Selain itu
Bung Karno itu sebenarnya tak pernah mengalami dan berada dalam kehidupan
keluarga yang stabil. (Sebagai seorang pejuang pasti tidak mungkin ! penyalin).
Andaikata beliau lebih lama mengenal kehidupan rumah-tangga yang harmonis
seperti halnya kebanyakan orang mungkin beliau ini akan menjadi Presiden yang
lebih baik dalam suatu pemerintahan yang terpimpin dan sosialis dinegeri ini.
Sayangnya tidak memungkinkan sehingga beliau itu lebih cenderung pada
sifat-sifat seorang kaisar. Dan beliau jadi korban dari kekuasaan yang
dikuasainya sendirian secara-penuh.
Saya dapat
mengatakan demikian kepada Tuan karena saya memang menganggap dan menghomati
Soekarno itu sebagai orang besar. Akan tetapi kiranya Tuan tahu, bahwa saya
tidak selalu menyetujui setiap pendapatnya.
Sebagai
misal terhadap Pancasila yang beliau gali dan ciptakan itu, menurut pendapat
saya adalah sepenuhnya terlalu idealistis. Meskipun idealisme itu perlu
akan tetapi dalam abad ke 21 ini tidak sepenuhnya idealisme itu dapat
dilaksanakan dalam praktek.
Indonesia
sebenarnya belum matang untuk dibawa pada sistem demokrasi ala barat. Oleh
karena itulah maka Bung Karno memberikan konsep pemikiran: “Demokrasi Terpirnpin”.
Lebih-lebih karena Rakyat Indonesia kebanyakan masih banyak yang buta huruf dan
taraf pendidikan maupun kemampuan ekonominya tidak sama. Dalam hal ini saya
sependapat dengan Bung Karno.
Akan tetapi
dipihak lain beliau itu telah meletakan dasar politik yang terlalu tinggi dan
terlalu ideal. Karena itu dapatlah dimengerti kalau beliau mendapat kritik yang
begitu keras terutama dengan cita-citanya untuk mengadakan perbaikan atas nasib
seluruh rakyat Indonesia secara masal dan serentak. Beliau sebetulnya harus
lebih realistis dengan ide-idenya itu. Pada saat-saat beliau mempunyai posisi
yang cukup kuat sebagai penguasa tertinggi mestinya beliau akan mendapatkan
dukungan dari pembantu-pembantunya atas ide-idenya tersebut. Akan tetapi
kebanyakan dari Rakyat Indonesia itu hanya mengharapkan perubahan-perubahn
dalam kebutuhan hidup sehari-harinya. Rakyat hanya menginginkan pemenuhan
material yang nyata dan mereka sudah mulai jenuh dengan idealisme yang sering
dipidatokan. Bung Karno itu mengemukakan bahwa dunia ini dikuasai oleh 2 blok
kekuasaan adi kuasa. Dan ide beliau ingin membentuk kekuatan ke 3 sebagai
imbangan. Dalam perjuangan mewujudkan cita-cita ini Indonesia dapat
mempengaruhi dan menggerakkan dunia ke 3 seperti negara-negara di Asia, Afrika
dan Amerika Latin. Ini berarti bahwa Indonesia sekaligus harus bisa berdiri
disegala bidang. Demikian yang dicita-citakan oleh Bung Karno.
Kalau
kemerdekan penuh dapat diberikan kepada semua negeri dan bangsa-bangsa yang
terjajah. Akan sikap politik Indonesia yang mengisolasi diri itu menyebabkan
Indonesia menarik diri dari keanggotaan P.B.B, dari Bank Dunia tidak ikut dalam
Olympiade di Tokyo. Hal ini terjadi dalam rangka ketegangan dan perjuangan
pembebasan Irian Barat dan konfrontasi dengan Malaysia.
Bung Karno
berpendapat bahwa P.B.B telah bersikap tidak adil terhadap anggota-anggotanya.
Indonesia yang belum pernah mendapat pinjaman dari Bank Dunia (Yang dikuasai
oleh Amerika Serikat) telah menolak bantuan itu, kalau memakai syarat-syarat
politik. Sebelum olympiade Tokyo dimulai Indonesia telah dituduh mempolitisir
olah-raga seluruh bangsa-bangsa Asia-Afrika di Jakarta (Ganefo). Karena
Indonesia lalu ditolak untuk ikut dalam Olympiade Tokyo itu. Dalam hal ini Bung
Karno menolak tuduhan tersebut kerena ternyata pertandingan-pertandingan
Olympiade selama inipun juga tidak mengikut sertakan semua negeri khususnya
negara-negara komunis.
Tuan
Suharto.
Apabila Tuan
juga mencoba memikirkan tentang hari depan Indonesia pada hari-hari yang gawat
itu tuan pun akan pasti mempunyai pendapat-pendapat lain mengenai ide-ide Bung
Karno itu, yang mempunyai akibat tantangan angin taufan. Saya sendiripun ikut
prihatin dengan hati yang berdebar-debar memperhatikan bahwa diplomasi
Indonesia itu makin hari makin bergeser kekiri.
Memang tak
ada orang yang sempurna! Begitu juga dengan diri Bung Karno menurut saya apa
yang dikerjakan oleh beliau itu sama sekali tidak terselip untuk keuntungan
diri sendiri tetapi sepenuhnya segala sesuatunya itu diabdikan pada Indonesia
dan rakyatnya satu-satunya yang dicintainya dan hendak diabdinya. Dalam
perjalanan hidupnya Bung Karno itu selalu berusaha untuk mencegah dan
menghindari ada pertentangan dalam negeri yang bisa berakibat adanya
korban-korban.
Dibanding
dengan sikap Tuan dan pembantu-pembantu Tuan ternyata jauh berbeda dimana Tuan
atau pembantu-pembantu Tuan telah memerintah Indonesia dengan perampokan dan
pertumpahan darah. Tuan dan pembantu-pembantu Tuan kelak akan dituntut dengan
tuduhan telah melaksanakan pembunuhan yang disengaja terhadap ratusan ribu
orang PKI yang tidak bersalah, dengan dalih “penumpasan PKI sampai ke
akar-akarnya.”
Siapa dapat
percaya bahwa Tuan percaya kepada Tuhan? Dalam hal ini Indonesia seharusnya
tidak memerlukan Presiden dimana tangannya penuh berlumuran darah.
Tuan
Suharto.
Bung Karno
itu saya tahu benar-benar sangat mencintai Indonesia dengan Rakyatnya. Sebagai
bukti bahwa meskipun ada lawannya yang berkali-kali hendak menteror beliau,
beliau pun masih mau memberikan pengampunan kalau yang bersangkutan itu mau
mengakui kesalahannya. Dibanding dengan Bung Karno maka dibalik senyuman Tuan
itu, Tuan mempunyai hati yang kejam. Tuan telah membiarkan ratusan ribu orang-orang
PKI dibantai. Kalau saya boleh bertanya : apakah Tuan tidak mampu dan tidak
berkuasa untuk mencegah dan melindungi mereka agar tidak terjadi pertumpahan
darah?
Mungkin Tuan
kelupaan bahwa ketika peristiwa tahun 1965 itu berlangsung, Bung Karno tidak
juga Tuan suruh bunuh pula. Tuan pasti mudah amat untuk mempersalahkan dan menuduh
PKI itu bersalah sehingga terjadinya tragedi tersebut. Kalau Tuan mau berbuat
demikian maka pasti rakyat banyak yang menjadi pengagum dan menganut Bung Karno
itu akan tetap hidup tenang. Tidak seperti sekarang dimana mereka tidak dapat
berbuat apa-apa sementara mereka tidak tahu bagaimana nasib pemimpinnya.
Semestinya
Tuan tidak perlu memperlakukan Bung Karno itu sedemikian rupa, yang mungkin
karena perasaan kerdil Tuan. Sebenarnya Tuan akan lebih terhormat apabila Bung
Karno itu sebagai Pemimpin Besar Revolusi dapat meninggal secara wajar bukan
karena tersiksa dalam tahanan. Adalah suatu kerugian besar sekali bagi
Indonesia bahwa Bung Karno itu telah mendapat perilakuan yang tidak wajar
seperti itu setelah beliau mengabdi selama hidupnya untuk Negara Indonesia dan
bangsanya.
Pada akhir
surat terbuka ini saya akan tutup surat ini dengan mengenang kembali akan
kecintaan dan kemesraan saya terhadap Bung Karno dengan seruan!!!
Paris tgl 16-04-1970
Tertanda
Ratna Sari Dewi Soekarno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar