Banyak sekali para sahabat yang menjadi
pahlawan-pahlawan Islam, di antaranya: Thalhah bin Ubaidillah, Abu Dujanah,
Hatib bin Abu Balta’ah, Sahal bin Hanif, Qatadah, Abdurrahman bin Auf, dan
Malik bin Sinan. Inilah kisah tentang para pahlawan Islam yang gagah berani!
Pada saat Perang Uhud, Thalhah menjadikan tubuhnya
sebagai tameng yang membentengi tubuh Rasulullah Saw. Dia membusungkan dadanya
untuk menghadang anak panah yang melesat ke arah Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. berdiri di samping Thalhah sambil
memegang kantung anak panah, dia berkata, “Sediakan anak panah sebanyaknya
untuk Thalhah!” Beliau mencoba mengawasi dan melihat orang-orang. Lalu, Thalhah
berkata, “Demi Ayah dan Ibuku, engkau tidak usah mengawasi, nanti anak panah
musuh akan mengenai tubuh engkau. Biarlah leherku menjadi pelindung bagi
lehermu. Kita berjalan bersama tanpa menggerakan tubuh.”
Dalam aksi kepahlawanan itu, gigi depan Thalhah patah,
kepalanya terluka, lalu memanggul tubuh Rasulullah Saw. dengan tubuhnya hingga
dapat menaiki bukit, dan setelah itu datanglah Abu Bakar dan Abu Ubaidah, maka
Rasulullah saw berkata kepada keduanya: “Pada hari ini Thalhah ditempatkan di
surga wahai Abu Bakar.”
Thalhah menderita lebih dari 70 bekas tusukan, panah
dan pukulan, hingga salah satu jarinya ada yang putus.
Abu Dujanah berdiri dihadapan Rasulullah Saw.. Dia
menjadikan punggungnya sebagai tameng demi melindungi beliau sehingga anak
panah mengenai punggungnya, tetapi dia tetap bertahan dan tidak bergerak.
Adapun, Hatib bin Abu Balta’ah mengejar Utbah yang
telah membuat gigi Rasulullah terpecah. Setelah dekat dia membabatkan pedangnya
hingga Utbah mati.
Sementara itu, Sahal bin Hanif yang juga mahir di
dalam memanah telah berjanji kepada Rasulullah Saw untuk berperang sampai titik
darah penghabisan. Dia bangkit dan menerjang barisan orang-orang Musyrik.
Lalu ada Qatadah yang menjaga Rasulullah hingga
matanya terkena panah! Kemudian Rasulullah Saw. mengobatinya dengan tangan
beliau. Hingga sembuh bahkan pandangannya terasa lebih baik daripada mata yang
sebelahnya.
Di samping Rasulullah juga berjuang habis-habisan
Abdurahman bin ‘Auf. Giginya pecah dan tubuhnya dipenuhi luka, tidak kurang
dari dua puluh luka menganga di tubuhnya. Salah satu luka tersebut di kakinya
hingga jalannya menjadi pincang.
Malik bin Sinan tidak kurang pengorbanannya. Dia yang
mengisap darah yang mengalir dari gigi Rasulullah. Saat Rasulullah Saw.
menyuruhnya untuk memuntahkan darah tersebut, dia berkata, “Demi Allah, aku
tidak akan memuntahkannya.” Kemudian dia maju melawan barisan musuh. Rasulullah
Saw. bersabda, “Barangsiapa yang ingin melihat ahli surga, maka lihatlah lelaki
itu.” Kemudian Malik bin Sinan meninggal dunia dalam perang itu sebagai syahid.
Hikmah
Begitu tingginya pengorbanan para sahabat Rasulullah Saw. dalam menjaga dan melindungi Rasulullah, meskipun nyawa taruhannya! Sungguh, kisah ini merupakan pelajaran berharga bagi kita, agar kita juga melakukan hal yang sama. Yaitu mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah, menjadi para pembela Islam dan mencintai Rasulullah walaupun musuh-musuh Islam tidak menyukainya.
Hikmah
Begitu tingginya pengorbanan para sahabat Rasulullah Saw. dalam menjaga dan melindungi Rasulullah, meskipun nyawa taruhannya! Sungguh, kisah ini merupakan pelajaran berharga bagi kita, agar kita juga melakukan hal yang sama. Yaitu mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah, menjadi para pembela Islam dan mencintai Rasulullah walaupun musuh-musuh Islam tidak menyukainya.
Sungguh menyakitkan, ada orang yang berani menghina
Rasulullah, membuat gambar-gambar yang buruk mengenai Rasulullah, menodai
Rasulullah dengan tulisan-tulisan fitnah, menuduh Rasulullah yang bukan-bukan.
Yang paling menyakitkan adalah perkataan muslim yang meremehkan hinaan
orang-orang itu dan menganggap Rasulullah tidak perlu dibela! Mereka tidak
membaca sejarah atau sengaja melupakannya atau menurut mereka hal itu tidak
perlu diingat apalagi diamalkan.
Subhanallah, Rasulullah bukan hanya sekedar manusia
yang harus dibela dari perbuatan zalim mereka, tetapi beliau adalah bagian dari
ajaran Islam. Perkataan dan perbuatan beliau adalah Al-Hadits. Dan, Al-Hadits
adalah sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an. Oleh karena itu, bagaimana bisa
Islam tanpa Al-Hadits? Bagaimana bisa kita memahami Al-Qur’an tanpa Al-Hadits?
Semakin jauh dari Rasulullah, semakin kita jauh dari Islam. Semakin membenci
Rasulullah, berarti membenci Islam. Tidak mau membela Rasulullah, berarti tidak
mau membela Islam.
Kita lihat banyak orang membela mati-matian seseorang.
Berdemo menuntut pembebasan orang yang mereka bela. Bahkan rela beradu fisik
dengan aparat keamanan. Padahal orang itu jelas-jelas terbukti bersalah! Tapi
mereka tidak sedikitpun peduli bila Rasulullah dihina dan dizalimi, padahal
Rasulullah adalah orang yang paling bertakwa, tak pernah berkata dusta, dan
tidak bersalah.
Semoga kita menjadi para pembela Rasulullah dengan
lisan, perbuatan, dan tulisan-tulisan kita. Sekalipun hanya bisa diam, di hati
ini harus tertanam kuat kecintaan kepada diri Rasulullah dan jangan sampai
menyetujui kezaliman terhadap diri beliau. Ketika kita dimintai tanggapan
tentang penghinaan tersebut, maka kita katakan, itu perbuatan zalim yang hanya
dilakukan oleh orang-orang yang hatinya busuk atau oleh orang-orang yang tidak
tahu tapi sok tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar