Aceh
dijuluki Serambi Mekkah, merupakan sebuah wilayah kaya raya. Membaca riwayat
sejarah Aceh tidak akan lepas dari potret perjalanan panjang sebuah suku bangsa
yang penuh dengan air mata dan bersimbah darah. Militansi yang didasari
semangat jihad fi sabililillah dalam menentang penjajahan dan ketidakadilan
membuat perlawanan rakyat Aceh tidak pernah bisa dilumpuhkan. dalam waktu
singkat.
Kerajaan
Aceh Darussalam dibangun Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1511 M yang
merupakan penyatuan beberapa kerajaan kecil di aceh dan pesisir timur Sumatra
seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan
Aru (di Sumatera Utara).
Sejak awal
berdiri dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah hingga di masa kejayaan
Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Iskandar Muda, konflik dan perjuangan
bersenjata melawan kolonialisme bangsa Eropa baik portugis maupun Belanda terus
berkobar. Terlebih sejak abad ke 19, dibukanya terusan Suez makin membuat
posisi kerajaan aceh dan selat Malaka menjadi lalulintas perdagangan sangat
strategis dimata bangsa eropa sehingga hasrat menguasai daerah itu begitu
besar.
Perlawanan
rakyat Aceh menentang penjajahan terus berkelanjutan dari generasi ke generasi.
Dari perlawanan yang dipelopori oleh Kasultanan sampai dilanjutkan dengan kaum
ulama dan ullebalang yang menjadi motor pergerakan. Tersebut tokoh seperti
Teuku Umar, Tgk. Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Meutia menjadi martir
kemerdekaan.
Memasuki
paruh abad ke-20, ketika Jepang menduduki Aceh, perlawanan juga tidak pernah
surut. Diberbagai tempat perlawanan terus berlanjut melihat tindakan
kesewenanwenangan jepang sampai pada proklamasi kemerdekaan Indonesia . Salah
satunya yang diperingati dengan adanya tugu Cot Plieng di pidie.
Periode awal
revolusi fisik sampai masa akhir pemerintah Presiden Sukarno, hubungan aceh dan
pemerintah pusat mengalami pasang surut. Tapi yang tak bisa dipungkiri, peran
Aceh bagi pemerintah republic tidak kecil. Dengan bantuan financial dari
masyrakat aceh, Indonesia bisa membeli pesawat Seulawah yang menjadi komoditi
perjuangan dan penghasil pendapatan utk perjuangan.
Kekecewaan
dan diingkarinya janji oleh pemerintah pusat membuat masyarakat aceh meradang
dan Tgk Daud Beureuh mengambil sikap berseberangan dengan pemerintah pusat dan menyokong
Kartosuwiryo dengan Negara Islam Indonesia . Konflik bisa diakhiri dengan
digelarnya musyawarah kerukunan masyarakat aceh dimana Daud Beureuh mau turun
gunung dan kembali ke pangkuan RI. Dimana pemerintah pusat memberikan konsesi
untuk mastarakat aceh sebagai Daerah Istimewa Aceh.
Pada periode
orde baru, penekanan pembangunan lebih banyak terpusat di jawa dan luar jawa
tidak memperoleh porsi yang besar, memunculkan persoalan baru lagi di aceh.
Ketika Hasan Tiro memproklamasikan bentuk perlawanan terhadap pusat dengan
Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) yang didirikan di gunung halimun 1976.
Pemerintahan
pusat yang bersifat militeristik saat itu menjawab ketidakpuasan masyrakat aceh
itu dengan mengelar operasi penumpasan GAM dan pemberlakuan Daerah Operasi
Militer ( DOM) yang sangat menyakitkan hati masyarakt aceh pada umumnya dan
merendahkan derajat suku bangas aceh. Tak terhitung berapa jumlah korban tewas
pada masa-masa itu.
Berbagai
upaya perdamaian terhadap kedua kubu yang bertikai terus digalakan dengan
beragam mediator netral. Namun semuanya belum mencapai kata sepakat. Akhirnya,
tahun 2004 bencana tsunami menerjang aceh dan meluluhlantakan kota . Peristiwa
ini menjadi pendorong bagi kelompok yang bertikai antara GAM dan pemerintah
pusat untuk saling intropeksi diri dan menggalakan perundingan demi tercapainya
kedamaian yang abadi di bumi rencong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar