Disaat aku
menulis tulisan ini, rasanya ingin sekali aku meneteskan air mataku walaupun hanya
setitik saja. Aku tak tahan, tapi aku malu. Malu sama kawan-kawan SMA dan
Kampus sekarang bahwa betapa ababilnya aku.
Semua karena
dia. Dia yang telah meninggalkan aku,,,,, sendiri disini. Awalnya begitu manis
bagiku tapi semuanya berakhir dengan sangat pahit. Pahit sekali. Tapi tak
sepenuhnya kesalahan yang dia buat. Aku pun tau aku juga salah. Aku memulai
sebuah hubungan yang aku tau pasti akan berujung dimana. Itulah resiko yang
harus kita ambil dalam menjalin sebuah hubungan. Awalnya aku berisikeras
membetangi diriku agar aku tak memiliki rasa padanya. Tapi apalah daya aku tak
tau kenapa benteng runtuh??? Runtuh hanya kerena satu kata “Cinta”. Yaa cinta.
. .Cinta yang mengubah semuanya dalam menjalin hubungan dengan seorang kekasih
yang dicintai.
Kami
berkenalan pertama kali lewat dunia maya. Rentang waktu antara kami berkenalan
hingga akhirnya kami menjalin sebuah hubungan yang cukup lama. Lebih kurang
setahun lah. Dalam waktu 1 tahun itu kami hanya berkomunikasi beberapa bulan
saja, itu pun kalau kebetulan saat aku online di warnet dan juga online di
warnet, karena dia sangat pelit ketika aku minta nomor HP nya. Hehehehe, , ,
Kisah pun
mulai berlanjut ketika aku tiba-tiba ingin membeli laptop agar aku bisa
berinternet ria di kos, gak perlu repot-repot lagi ke warnet untuk browsing.
Alasan ku beli laptop baru bukan karena dia, tapi karena tugas sekolah yang
mulai menggila.
Niatku untuk
mengerjakan tugas sekoah mulai luntur, dan aku mulai kerajingan online. Karena
kebetulan dia juga online alhasil kami sering bercakap-cakap atau sekedar say
hello di dunia maya itu, tukar no Hp dan mlai berlanjut perbincangan lewat telp
dan smsan, kami ada kecocokan, cerita nyambung.......
Ketika dia
bilang dia menyukaiku, aku tidak serta merta menerima, bisa saja itu hanya
sebuah gombal dari perempuan, aku bilang dan aku katakan padanya bahwa kita
berbeda dan enggak mungkin berlanjut dengan happy ending, padahal aku sudah
katakan sejak awal hal itu, tapi kenapa juga aku masih terjebak dalam cinta
yang seperti ini.
Cinta
mengalahkan segalanya bahkan melampui batas keimanan seseorang. Kami saling
menghargai, saling menghormati satu sama lain, tidak pernah kami menyinggung satu
sama lain meski terkadang kami sering memperbincangkan hal tersebut.
Seiring
berjalannya waktu, kami menjalani hari-hari bersama, suka dan duka, tangis dan
tawa, sedih dan bahagia. Hingga tiba akhirnya aku harus meninggalkan kampung
halamanku untuk menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di Banda Aceh.
Kami masih sering kontak, telp, sms. Tapi lambat laun dia mulai bosan dengan
keadaan itu, mungkin inilah salah satu sifat bosan seorang manusia. Dia sempat menyatakan
untuk menikah dengan aku, aku bingung ahrus jawab apa, dia ingin hidup
bersamaku, tapi benteng yang memisahkan kami terlalu tinggi. Dan aku belum siap
untuk menikahi nya karena aku merasa belum saatnya untuk duduk dipelaminan,
belum mempunyai pekerjaan yang layak, dan masih banyak faktor yang menghalangi
itu.
Salahku?
Tidak. . aku gak merasa bersalah sepenuhnya. Aku tidak bisa meningalkan dia
meski aku tau aku tak mungkn bersamanya. Dia mulai gak suka dengan keadaan itu,
setelah mengetahui itu, aku mulai mencari cara supaya aku bersedia meninggalkan
dia. Dia marah-marah sama aku, memaki-maki aku, mengatakan hal yang buruk
tentang aku, segala macam hinaan dan kata-kata kasar keluar dari mulutnya. Dan
anehnya aku masih menyayangi nya meski aku tau aku terluka danaku disakiti
olehnya.
Entah sikap
yang dia tunjukan itu memang rasa benci dan gak sukanya sama aku karena aku
masih ingin bersamanya atau hanya supaya aku pergi meninggalkan dia. Tuhan....
aku gak tau apa yang harus aku lakukan,,,,,, mungkin inilah yang dinamakan Cinta
Buta. Hingga akhirnya perjalanan cinta ku kandas ditengah jalan, kemudian aku
berkata padanya “cukup, aku pengen udahan saja, hubungan kita cukup sampai
disini tak perlu lagi dipersoalkan, aku ini bukan jodoh mu” dan sekarang aku
putuskan mulai saat ini aku fokus dengan kuliahku, ku sampingkan semua urusan
Cinta. Semua ini telah diatur oleh Sang Penguasa Alam “Allah Swt” hanya kita
yang menjalankan semua ini, tak perlu harus kita sesali apa yang telah terjadi,
yang berlalu biarlah berlalu, biarkanlah semua berlalu hanyut dan tenggelam
oleh masa. Lantas bagaimana dengan hidupku tanpa ada seorang kekasih dan Rasa
Cinta??? Gampang saja, akan ku jalani hidupku hari demi hari tanpa harus
mengeluh dan menangisi semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar