31 Maret 2014

Menguak Konspirasi Gempa dan Tsunami Aceh

Afghanistan dan Iraq sudah binasa, para bankir Wall Street semuanya putus asa mencari-cari cara untuk mengendalikan dunia kita ini, secara tiba-tiba dengan mudahnya Parit Sumatra meledak. Trick or Treat? “Bahkan yang lainnya terlibat menyerang dalam bentuk eco-type of terrorism, mereka dapat merubah iklim, membuat gempa bumi atau meledakkan gunung berapi dari jarak jauh, dengan menggunakan senjata gelombang elektomagnetik” Menteri Pertahanan Amerika, William S. Cohen, April 1997 Big surprise! Kemungkinan Cohen sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa sebuah senjata nuklir dapat mendorong terjadinya apa yang dia sebutnya sebagai “gelombang elektromagnetik”.

Walaupun kecenderungan alami manusia dikejutkan kedalam kesunyian karena banyaknya orang yang mati dan luka-luka di Asia pada tanggal 26 Desember 2004, meskipun juga sedikit merasa takut karena kehilangan kepercayaan pribadi karena besarnya tingkat kejahatan yang baru saja terjadi, terdapat banyak bukti-bukti kejanggalan yang dapat dibuktikan mengenai ceritera resmi Tsunami yang dibuat Amerika, sekarang harus dicatat walaupun secara sederhana, atau untuk selamanya akan hilang ditelan waktu,

Adalah tidak diragukan lagi bahwa sebuah gelombang raksasa (Tsunami) telah menerjang sepanjang Asia Selatan dan Asia Tenggara serta kekuatannya masih cukup untuk meneruskan bergerak ke sepanjang Lautan India ke Afrika, membunuh dan melukai ratusan orang lainnya lagi. Jadi hanya sebuah pertanyaan yang harus kita ajukan,”apakah Tsunami ini terjadi secara alami atau bencana yang dibuat manusia?”. Sebuah kejadian alam yang cukup mengerikan, akan tetapi jika Tsunami merupakan perbuatan tangan-tangan jahil manusia, maka kita tidak perlu bertanya lagi hanya menunjuk kepada satu-satunya penjahat perang terbesar dalam sejarah dunia.

Untuk membuat semua ketidak beresan menjadi masuk akal, kita harus memulainya dari permulaan sekali, dan kemudian mengikuti arah kejadian-kejadiannya sebagaimana yang mereka ungkapkan, terutama sekali kejadian-kejadian disekitar daerah sekeliling pusat gempa bumi Tsunami yang sebenarnya, karena episenter yang disampaikan dengan tanpa belas kasihan oleh the New York Times dan CNN, sangat berbeda dari lokasi sebenarnya.


Pada tengah hari waktu Asutralia Saya mencatat dengan sebenarnya yang terjadi mengenai magnitude dan posisi yang dicatat oleh Kantor Pencatatan Gempa Jakarta, Indonesia. Sebuah gempa bumi berukuran 6.4 skala Richter telah menghantam wilayah utara Indonesia, yaitu Pulau Sumatera. Kantor Pencatatan Gempa Jakarta dengan teliti mencatat pusat gempa bumi yang terjadi pada waktu itu yang lokasinya pada 155 mil di selatan barat daya Provinsi Aceh.

Posisinya kira-kira berada 250 mil selatan pada posisi yang kemudian dipilih oleh the American NOAA, yang memetakan pusat gempa di barat laut Aceh, dan yang pada mulanya diklaim terbaca sebesar 8.0. Richter. Celakanya, walaupun kekuatan gempa tersebut tidak cukup untuk menutupi kerusakan yang diakibatkan kejadian yang luar biasa, jadi NOAA secara terus-menerus memperbaharui membacanya menjadi 8.5, kemudian menjadi 8.9, dan akhirnya 9.0 – setidaknya untuk waktu itu.

Jadi, kejanggalan pertama yang disuguhkan oleh pejabat-pejabat Amerika di NOAA, tiba-tiba ditemukan sesuatu yang baru yang “fleksibel” titik tertinggi gempa bumi untuk kejadian tersebut, yang lebih besar daripada Jakarta, ketika kantor di Jakarta menentukan lokasi yang lebih dekat pada hampir point-blank range. Percayalah ketika Saya menceritakan kepada Anda bahwa tidak ada sesuatu seperti “fleksibel” yang baru “titik tertinggi yang diklaim NOAA. Titik pertama tertinggi gempa bumi yang dicatat adalah hanya titik tertinggi yang sebenarnya, kecuali tentu saja Anda sendiri kemudian menambahkan menggambar beberapa titik tertinggi lainnya, untuk menyesuaikan dengan agenda yang diusahakan. Tentu saja hanya terdapat satu titik pusat gempa yang telah dicatat secara dengan benar oleh lusinan seismograph, baik di Indonesia maupun di India.


Untuk menyederhanakan masalah bagi pembaca non-teknis, sebuah gempa bumi selalu dipicu oleh sebuah getaran frekuensi elektromagnetik berkisar antara 0.5 sampai 12 Hertz, tetapi bukan kejadian yang mendadak, karena getaran frekuensi harus tepat. Dengan demikian getaran yang sebenarnya mendekat, garis patah mulai bergetar seperti seutas tali yang tegang, kemudian mengirimkan peringatan kepada seismograph dalam bentuk peningkatan yang mantap berupa garis lintang gelombang yang menyapu.

Jika semua yang Anda dapat adalah sebuah cluster dari “P” tekanan gelombang, kemudian Anda hampir pasti melihat ledakan di bawah tanah atau di bawah permukaan laut. Bahkan ini sebenarnya hanya merupakan sinyal yang banyak dari seismik yang didapat oleh Indonesia dan India, dan mereka memperhatikannya dengan rasa keingin tahuannya karena serupa dengan yang dihasilkan oleh ledakan besar senjata nuklir bawah tanah di Nevada beberapa tahun lalu.


Pemerintah India mengetahui sepenuhnya dengan baik bahwa itu bukan sebuah gempa bumi “normal”. Pada tanggal 27 Desember, India menolak untuk bergabung dengan rencana eksklusif ‘club of four’ George Bush, yang akan secara efektif menarik kekuatan nuklir Asia ini keluar dari koalisi barunya dengan Russia, China dan Brazil. Pada tanggal 28 Desember Pemerintah India dengan sopannya memperingatkan militer Amerika untuk tetap tidak memasuki wilayah kedaulatannya, dan pada tanggal 29 Desember Editorial India Daily secara umum mempertanyakan sifat dasar kejadian tersebut:

“Apakah ini sebuah pameran kekuatan oleh sebuah negara untuk memperlihatkan malapetaka apa yang biasa diciptakan di wilayah ini?

“Dengan tingkat kerusakan yang ada dan sebagai fakta bahwa India merupakan kekuatan regional di Asia Tenggara, Angkatan Laut India bertanggungjawab untuk melakukan penyelidikan dan memberitahukan hasilnya ke seluruh dunia, apa yang telah mereka temukan .”

Kita akan kembali nanti kepada gambaran tugas yang relatif sederhana yaitu berupa pengiriman sebuah senjata termonuklir berkekuatan multi-megaton ke dalam Parit laut Sumatra, kemudian meledakkannya dengan akibat-akibat yang mengagumkan, tetapi sekarang ini kita perlu untuk kembali ke tugas awal yaitu mengikuti jalan kejadian dan ketidakberesan yang tak dapat dipahami. Pertama kita harus melakukan perjalanan ke selatan jauh ke gurun di pulau Australia yang sekarang ini dikuasai oleh seorang penjilat Wall Street dikenal sebagai Little Johnny Howard. Walau membuat kejengkelan yang amat kuat kepada “warga negara” Australia, Little Johnny Howard tidak pernah melangkah ke luar Australia kecuali dia menerima instruksi yang tegas dari seorang penjaganya di New York. Ingatlah kenyataan ini, karena benar-benar penting dalam kaitan dengan apa yang Australia lakukan berikutnya.


Pada pagi hari tanggal 27 Desember, media Australia (yang dimiliki New York) memberitakan dengan sangat jelas bahwa negara yang paling buruk terkena Tsunami adalah Sri Lanka, sebuah negara pulau di ujung selatan India, seperti Australia, Sri Lanka juga negara anggota Persemakmuran Inggris. Karena itu, Tim Costello, kepala salah satu lembaga derma paling besar di Australia, segera membuat rencana untuk terbang ke wilayah yang terkena musibah dan mengkaji mengenai bantuan apa yang dibutuhkan. Tetapi pada pagi yang sama, Little Johnny menari mengikuti irama musik yang berbeda, yang berdasarkan kepada kepatuhannya, harus mengurangi sambungan telepon yang aman dari Wall Street.

Dengan cara yang benar-benar tertutup, Little Johnny dengan diam-diam memberangkatkan dua buah RAAF Hercules pesawat pengangkut lengkap dengan suplainya ke Malaysia on “Stand By”, dan memerintahkan dua buah pesawat lainnya diterbangkan ke Darwin di utara Australia. Tolong dicatat jika Little Johnny mempunyai perhatian terhadap kemanusiaan, keempat pesawat Hercules bisa saja diterbangkan secara langsung ke mitranya sesama anggota Commonwealth, Sri Lanka, dimana setiap orang Australia telah diberitahu oleh media bahwa bantuan diperlukan. Tetapi tidak ada, tidak diperuntukkan untuk itu, dan Little Johnny menunggu dengan sabarnya perintah dari New York.

Masa tunggu yang singkat, dan setelah sebuah jet pengintai terbang tinggi menetapkan bahwa landasan terbang bersih di Medan di Sumatra bagian timur, keempat Hercules Australia lengkap dengan pasukan, senjata dan lainnya, menyerbu Sumatra tepat di selatan provinsi Aceh yang hancur. Pada gilirannya, dengan 90% penduduknya terbunuh oleh Tsunami, Aceh barangkali suatu hari segera menjadi Guantanamo Bay Indonesia, dipenuhi oleh ratusan orang Australia dan Amerika yang diperlengkapi dengan senjata berat. Ingat secara hati-hati, meskipun pada waktu itu ke-empat Hercules ini mendarat di Medan, publik Australia biasa masih tidak mempunyai ide dimana Sumatra yang diserang Tsunami dengan sangat buruk itu. Hanya Little Johnny mengetahui, dan tentu kepada kepercayaannya crystal ball di New York.

To hell with Sri Lanka, boss menginginkan sebuah dasar yang utama untuk kontrak rekonstruksi yang sangat besar di Asia, yang dirancang untuk menggantikan pencurian minyak dan rekonstruksi yang gagal di Irak, dan tetap membuat miskin Zion tua yang berjalan terhuyung-huyung di atas kaki New York untuk beberapa minggu atau bulan lagi.

Pada akhirnya, apakah gerangan itu, berarti berapa banyak Goyim yang harus meninggal? Dan dalam daftar mereka telah membunuh lebih dari 100,000 orang-orang Muslim di Sumatra dengan sebuah gelombang pasang surut, yang merupakan sebagian pembayaran atas kekalahan mereka di Afghanistan dan Irak.

Tidak perlu dikatakan lagi ternyata Australia adalah termasuk kelompok awal yang mempersiapkan diri, yang segera bergabung dengan anehnya karena sudah mempersiapkan diri dengan baik dan diperlengkapi dengan peralatan Militer Amerika Serikat, meskipun diragukan bahwa setiap perwira dan personelnya yang terlibat benar-benar memahami apa yang sebenarnya terjadi. Hanya sedikit dari mereka yang berpikir untuk mempertanyakan mengapa mereka melakukan latihan selama setahun penuh hanya untuk sebuah tugas “Misi Kemanusiaan”, ketika semua menunjuk kepada Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korps Marinir yang sudah terbiasa membunuh banyak orang. Lihat sajalah ke Falujah, tengoklah Falujah.

Meskipun terdapat sejumlah besar korban Tsunami di negara bagian Tamil Nadu, India merubah secara keseluruhan kapal penelitian INS Nirupak menjadi sebuah rumah sakit terapung berkapasitas 50-tempat tidur kurang dari 72 jam, kemudian mengirimkan kapal tak bersenjata itu untuk membantu orang Aceh di Indonesia yang putus asa. Dengan membandingan secara langsung, dimana Amerika mengirimkan kapal perang serta Marinir bersenjata. Padahal Angkatan laut Amerika Serikat mempunyai dua buah kapal rumah sakit berkapasitas 1000 tempat tidur, yaitu the “Comfort’ dan the ‘Mercy”, namun tidak satu pun dikirim untuk membantu korban di Aceh. Tapi pada kejadian September 2001 USNS Comfort dikirim ke New York untuk menolong 3,000 orang Amerika yang meninggal, kurangnya tindakan Amerika terhadap kejadian Tsunami di Aceh ini memberikan sinyal yang kuat bahwa tidak adanya perhatian apapun dari power brokers di New York, walaupun 150,000 orang meninggal (sebagian besar Muslim) di Kawasan Asia Tenggara dan setengah juta orang lainnya luka-luka.


Secara teoritis, Pentagon 9 megaton W-53 hulu-ledak termonuklir (kiri atas), bisa dengan mudah dikemas dalam sebuah tempat kecil “menyerupai” saturasi untuk menyelam (kanan atas), supaya terlindung dari tekanan 10,000 pound dari setiap inci persegi di dasar laut Sumatra Trench. Keseluruhan kemas yang dilapisi baja beratnya kurang dari lima ton, bisa diselipkan di buritan kapal penyuplai anjungan minyak, yang di Asia sendiri terdapat lebih dari 300 buah. Siapa yang akan memperhatikan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar