Afghanistan
dan Iraq sudah binasa, para bankir Wall Street semuanya putus asa mencari-cari
cara untuk mengendalikan dunia kita ini, secara tiba-tiba dengan mudahnya Parit
Sumatra meledak. Trick or Treat? “Bahkan yang lainnya terlibat menyerang dalam
bentuk eco-type of terrorism, mereka dapat merubah iklim, membuat gempa bumi
atau meledakkan gunung berapi dari jarak jauh, dengan menggunakan senjata
gelombang elektomagnetik” Menteri Pertahanan Amerika, William S. Cohen, April
1997 Big surprise! Kemungkinan Cohen sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa
sebuah senjata nuklir dapat mendorong terjadinya apa yang dia sebutnya sebagai
“gelombang elektromagnetik”.
Walaupun
kecenderungan alami manusia dikejutkan kedalam kesunyian karena banyaknya orang
yang mati dan luka-luka di Asia pada tanggal 26 Desember 2004, meskipun juga
sedikit merasa takut karena kehilangan kepercayaan pribadi karena besarnya
tingkat kejahatan yang baru saja terjadi, terdapat banyak bukti-bukti kejanggalan
yang dapat dibuktikan mengenai ceritera resmi Tsunami yang dibuat Amerika,
sekarang harus dicatat walaupun secara sederhana, atau untuk selamanya akan
hilang ditelan waktu,
Adalah tidak
diragukan lagi bahwa sebuah gelombang raksasa (Tsunami) telah menerjang
sepanjang Asia Selatan dan Asia Tenggara serta kekuatannya masih cukup untuk
meneruskan bergerak ke sepanjang Lautan India ke Afrika, membunuh dan melukai
ratusan orang lainnya lagi. Jadi hanya sebuah pertanyaan yang harus kita
ajukan,”apakah Tsunami ini terjadi secara alami atau bencana yang dibuat
manusia?”. Sebuah kejadian alam yang cukup mengerikan, akan tetapi jika Tsunami
merupakan perbuatan tangan-tangan jahil manusia, maka kita tidak perlu bertanya
lagi hanya menunjuk kepada satu-satunya penjahat perang terbesar dalam sejarah
dunia.
Untuk
membuat semua ketidak beresan menjadi masuk akal, kita harus memulainya dari
permulaan sekali, dan kemudian mengikuti arah kejadian-kejadiannya sebagaimana
yang mereka ungkapkan, terutama sekali kejadian-kejadian disekitar daerah
sekeliling pusat gempa bumi Tsunami yang sebenarnya, karena episenter yang
disampaikan dengan tanpa belas kasihan oleh the New York Times dan CNN, sangat
berbeda dari lokasi sebenarnya.
Pada tengah
hari waktu Asutralia Saya mencatat dengan sebenarnya yang terjadi mengenai
magnitude dan posisi yang dicatat oleh Kantor Pencatatan Gempa Jakarta,
Indonesia. Sebuah gempa bumi berukuran 6.4 skala Richter telah menghantam
wilayah utara Indonesia, yaitu Pulau Sumatera. Kantor Pencatatan Gempa Jakarta
dengan teliti mencatat pusat gempa bumi yang terjadi pada waktu itu yang
lokasinya pada 155 mil di selatan barat daya Provinsi Aceh.
Posisinya
kira-kira berada 250 mil selatan pada posisi yang kemudian dipilih oleh the
American NOAA, yang memetakan pusat gempa di barat laut Aceh, dan yang pada
mulanya diklaim terbaca sebesar 8.0. Richter. Celakanya, walaupun kekuatan
gempa tersebut tidak cukup untuk menutupi kerusakan yang diakibatkan kejadian
yang luar biasa, jadi NOAA secara terus-menerus memperbaharui membacanya
menjadi 8.5, kemudian menjadi 8.9, dan akhirnya 9.0 – setidaknya untuk waktu
itu.
Jadi,
kejanggalan pertama yang disuguhkan oleh pejabat-pejabat Amerika di NOAA,
tiba-tiba ditemukan sesuatu yang baru yang “fleksibel” titik tertinggi gempa
bumi untuk kejadian tersebut, yang lebih besar daripada Jakarta, ketika kantor
di Jakarta menentukan lokasi yang lebih dekat pada hampir point-blank range.
Percayalah ketika Saya menceritakan kepada Anda bahwa tidak ada sesuatu seperti
“fleksibel” yang baru “titik tertinggi yang diklaim NOAA. Titik pertama
tertinggi gempa bumi yang dicatat adalah hanya titik tertinggi yang sebenarnya,
kecuali tentu saja Anda sendiri kemudian menambahkan menggambar beberapa titik
tertinggi lainnya, untuk menyesuaikan dengan agenda yang diusahakan. Tentu saja
hanya terdapat satu titik pusat gempa yang telah dicatat secara dengan benar
oleh lusinan seismograph, baik di Indonesia maupun di India.
Untuk
menyederhanakan masalah bagi pembaca non-teknis, sebuah gempa bumi selalu dipicu
oleh sebuah getaran frekuensi elektromagnetik berkisar antara 0.5 sampai 12
Hertz, tetapi bukan kejadian yang mendadak, karena getaran frekuensi harus
tepat. Dengan demikian getaran yang sebenarnya mendekat, garis patah mulai
bergetar seperti seutas tali yang tegang, kemudian mengirimkan peringatan
kepada seismograph dalam bentuk peningkatan yang mantap berupa garis lintang
gelombang yang menyapu.
Jika semua
yang Anda dapat adalah sebuah cluster dari “P” tekanan gelombang, kemudian Anda
hampir pasti melihat ledakan di bawah tanah atau di bawah permukaan laut.
Bahkan ini sebenarnya hanya merupakan sinyal yang banyak dari seismik yang
didapat oleh Indonesia dan India, dan mereka memperhatikannya dengan rasa
keingin tahuannya karena serupa dengan yang dihasilkan oleh ledakan besar
senjata nuklir bawah tanah di Nevada beberapa tahun lalu.
Pemerintah
India mengetahui sepenuhnya dengan baik bahwa itu bukan sebuah gempa bumi
“normal”. Pada tanggal 27 Desember, India menolak untuk bergabung dengan
rencana eksklusif ‘club of four’ George Bush, yang akan secara efektif menarik
kekuatan nuklir Asia ini keluar dari koalisi barunya dengan Russia, China dan
Brazil. Pada tanggal 28 Desember Pemerintah India dengan sopannya
memperingatkan militer Amerika untuk tetap tidak memasuki wilayah
kedaulatannya, dan pada tanggal 29 Desember Editorial India Daily secara umum
mempertanyakan sifat dasar kejadian tersebut:
“Apakah ini
sebuah pameran kekuatan oleh sebuah negara untuk memperlihatkan malapetaka apa
yang biasa diciptakan di wilayah ini?
“Dengan
tingkat kerusakan yang ada dan sebagai fakta bahwa India merupakan kekuatan
regional di Asia Tenggara, Angkatan Laut India bertanggungjawab untuk melakukan
penyelidikan dan memberitahukan hasilnya ke seluruh dunia, apa yang telah mereka
temukan .”
Kita akan
kembali nanti kepada gambaran tugas yang relatif sederhana yaitu berupa
pengiriman sebuah senjata termonuklir berkekuatan multi-megaton ke dalam Parit
laut Sumatra, kemudian meledakkannya dengan akibat-akibat yang mengagumkan, tetapi
sekarang ini kita perlu untuk kembali ke tugas awal yaitu mengikuti jalan
kejadian dan ketidakberesan yang tak dapat dipahami. Pertama kita harus
melakukan perjalanan ke selatan jauh ke gurun di pulau Australia yang sekarang
ini dikuasai oleh seorang penjilat Wall Street dikenal sebagai Little Johnny
Howard. Walau membuat kejengkelan yang amat kuat kepada “warga negara”
Australia, Little Johnny Howard tidak pernah melangkah ke luar Australia
kecuali dia menerima instruksi yang tegas dari seorang penjaganya di New York.
Ingatlah kenyataan ini, karena benar-benar penting dalam kaitan dengan apa yang
Australia lakukan berikutnya.
Pada pagi
hari tanggal 27 Desember, media Australia (yang dimiliki New York) memberitakan
dengan sangat jelas bahwa negara yang paling buruk terkena Tsunami adalah Sri
Lanka, sebuah negara pulau di ujung selatan India, seperti Australia, Sri Lanka
juga negara anggota Persemakmuran Inggris. Karena itu, Tim Costello, kepala
salah satu lembaga derma paling besar di Australia, segera membuat rencana
untuk terbang ke wilayah yang terkena musibah dan mengkaji mengenai bantuan apa
yang dibutuhkan. Tetapi pada pagi yang sama, Little Johnny menari mengikuti
irama musik yang berbeda, yang berdasarkan kepada kepatuhannya, harus
mengurangi sambungan telepon yang aman dari Wall Street.
Dengan cara
yang benar-benar tertutup, Little Johnny dengan diam-diam memberangkatkan dua
buah RAAF Hercules pesawat pengangkut lengkap dengan suplainya ke Malaysia on
“Stand By”, dan memerintahkan dua buah pesawat lainnya diterbangkan ke Darwin
di utara Australia. Tolong dicatat jika Little Johnny mempunyai perhatian
terhadap kemanusiaan, keempat pesawat Hercules bisa saja diterbangkan secara
langsung ke mitranya sesama anggota Commonwealth, Sri Lanka, dimana setiap
orang Australia telah diberitahu oleh media bahwa bantuan diperlukan. Tetapi
tidak ada, tidak diperuntukkan untuk itu, dan Little Johnny menunggu dengan
sabarnya perintah dari New York.
Masa tunggu
yang singkat, dan setelah sebuah jet pengintai terbang tinggi menetapkan bahwa
landasan terbang bersih di Medan di Sumatra bagian timur, keempat Hercules
Australia lengkap dengan pasukan, senjata dan lainnya, menyerbu Sumatra tepat
di selatan provinsi Aceh yang hancur. Pada gilirannya, dengan 90% penduduknya terbunuh
oleh Tsunami, Aceh barangkali suatu hari segera menjadi Guantanamo Bay
Indonesia, dipenuhi oleh ratusan orang Australia dan Amerika yang diperlengkapi
dengan senjata berat. Ingat secara hati-hati, meskipun pada waktu itu ke-empat
Hercules ini mendarat di Medan, publik Australia biasa masih tidak mempunyai
ide dimana Sumatra yang diserang Tsunami dengan sangat buruk itu. Hanya Little
Johnny mengetahui, dan tentu kepada kepercayaannya crystal ball di New York.
To hell with
Sri Lanka, boss menginginkan sebuah dasar yang utama untuk kontrak rekonstruksi
yang sangat besar di Asia, yang dirancang untuk menggantikan pencurian minyak
dan rekonstruksi yang gagal di Irak, dan tetap membuat miskin Zion tua yang
berjalan terhuyung-huyung di atas kaki New York untuk beberapa minggu atau
bulan lagi.
Pada
akhirnya, apakah gerangan itu, berarti berapa banyak Goyim yang harus
meninggal? Dan dalam daftar mereka telah membunuh lebih dari 100,000
orang-orang Muslim di Sumatra dengan sebuah gelombang pasang surut, yang merupakan
sebagian pembayaran atas kekalahan mereka di Afghanistan dan Irak.
Tidak perlu
dikatakan lagi ternyata Australia adalah termasuk kelompok awal yang
mempersiapkan diri, yang segera bergabung dengan anehnya karena sudah
mempersiapkan diri dengan baik dan diperlengkapi dengan peralatan Militer
Amerika Serikat, meskipun diragukan bahwa setiap perwira dan personelnya yang
terlibat benar-benar memahami apa yang sebenarnya terjadi. Hanya sedikit dari
mereka yang berpikir untuk mempertanyakan mengapa mereka melakukan latihan
selama setahun penuh hanya untuk sebuah tugas “Misi Kemanusiaan”, ketika semua
menunjuk kepada Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korps Marinir yang sudah
terbiasa membunuh banyak orang. Lihat sajalah ke Falujah, tengoklah Falujah.
Meskipun
terdapat sejumlah besar korban Tsunami di negara bagian Tamil Nadu, India
merubah secara keseluruhan kapal penelitian INS Nirupak menjadi sebuah rumah
sakit terapung berkapasitas 50-tempat tidur kurang dari 72 jam, kemudian
mengirimkan kapal tak bersenjata itu untuk membantu orang Aceh di Indonesia
yang putus asa. Dengan membandingan secara langsung, dimana Amerika mengirimkan
kapal perang serta Marinir bersenjata. Padahal Angkatan laut Amerika Serikat
mempunyai dua buah kapal rumah sakit berkapasitas 1000 tempat tidur, yaitu the
“Comfort’ dan the ‘Mercy”, namun tidak satu pun dikirim untuk membantu korban
di Aceh. Tapi pada kejadian September 2001 USNS Comfort dikirim ke New York
untuk menolong 3,000 orang Amerika yang meninggal, kurangnya tindakan Amerika
terhadap kejadian Tsunami di Aceh ini memberikan sinyal yang kuat bahwa tidak
adanya perhatian apapun dari power brokers di New York, walaupun 150,000 orang
meninggal (sebagian besar Muslim) di Kawasan Asia Tenggara dan setengah juta
orang lainnya luka-luka.
Secara
teoritis, Pentagon 9 megaton W-53 hulu-ledak termonuklir (kiri atas), bisa
dengan mudah dikemas dalam sebuah tempat kecil “menyerupai” saturasi untuk
menyelam (kanan atas), supaya terlindung dari tekanan 10,000 pound dari setiap
inci persegi di dasar laut Sumatra Trench. Keseluruhan kemas yang dilapisi baja
beratnya kurang dari lima ton, bisa diselipkan di buritan kapal penyuplai anjungan
minyak, yang di Asia sendiri terdapat lebih dari 300 buah. Siapa yang akan
memperhatikan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar