Agar kita
paham, betapa kuatnya sejarah dalam mengawal kehidupan ini, kita awali dengan
sebuah ayat ini, yang artinya: “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir
di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang
pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin,
bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah;
maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka
sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka
memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan
orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai
orang-orang yang mempunyai wawasan.” (QS. Al-Hasyr [59] : 2) .
Ayat
tersebut terletak di dalam Surat al-Hasyr yang artinya pengepungan. Shahabat
Ibnu Abbas, menyebut surat ini dengan nama Surat Bani Nadhir (Tafsir Ibnu
Katsir 8/56, MS). Bani Nadhir adalah suku Yahudi yang pernah meninggali bagian
selatan Kota Madinah sebelum diusir oleh Nabi Muhammad SAW dan para shahabat
setelah dikepung selama 6 hari saja pada Bulan Rabi’ul Awwal 4 H. Surat ini
mengisahkan tentang pengusiran suku Yahudi yang mengkhianati perjanjian dengan
Rasulullah itu.
Ayat ini memulai
kisah pengepungan dan pengusiran Yahudi Bani Nadhir. Yang menarik adalah
penutup ayat tersebut, “fa’tabiru ya ulil abshar (Maka ambillah
pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan)”. Sungguh satu ayat ini
saja, terdapat pelajaran yang sangat banyak. Tetapi pelajaran-pelajaran itu
tidak mampu digali kecuali oleh orang-orang yang mempunyai bashirah atau ilmu
yang dalam. Ayat yang begitu hidup hari ini, mengingat arogansi Yahudi di
berbagai bidang. Dan merupakan tugas setiap muslim untuk menutup peradaban
Yahudi yang sudah terbukti merusak.
Kata pertama
dalam ayat ini adalah “Dialah, yaitu Allah”. Ini adalah pelajaran pertama.
Bahwa pengusiran Yahudi adalah merupakan anugerah besar dari Allah. Dan tiada
yang mampu menghukum mereka kecuali Allah. Lihatlah, bagiamana Allah
menyebutkan perannya dalam melemparkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang
Yahudi. Untuk itulah muslimin yang hari ini mengeluh tentang tangan besi
Yahudi, tidak akan bisa mengusir mereka dari Palestina dan mengubur peradaban mereka
di dunia kalau modalnya hanya senjata, ilmu dan uang saja.
Benar bahwa
semua itu merupakan variabel penting. Tetapi jika semua itu ditelanjangi dari
kedekatan muslimin kepada Allah, terlalu banyak lubang yang bisa dimanfaatkan
Yahudi untuk menggagalkan setiap rencana yang merugikan mereka. Kedekatan
dengan Allah adalah merupakan harga mati untuk diperhatikan di awal dalam
mengusir Yahudi. Begitulah dahulu Nabi, melibatkan para shahabat yang telah
lama terdidik menjadi hamba Allah yang dekat dengan-Nya, dalam mengepung dan
mengusir Yahudi. Fa’tabiru ya ulil abshar.
Yahudi
memang hebat dalam mempengaruhi opini. Bayangkan, sekelas shahabat mengira
bahwa mereka tidak akan mampu mengusir Yahudi. Hal ini ditambah dengan
kepercayaan diri yang berlebihan dari Yahudi, bahwa mereka yakin tidak akan
terusir dari daerah kekuasaannya. Tentu ini merupakan gabungan antara kemampuan
menguasai opini dan kemampuan pertahanan mereka, berupa benteng, wilayah dan
persenjataan. Bukankah seperti itu pemandangan muslimin hari ini. Banyak yang
tidak percaya bahwa Yahudi bisa diusir dan tidak sedikit dari ilmuwan muslim
yang pesimis bisa membangkitkan peradaban Islam kembali menggantikan peradaban
rusak hari ini. Yahudi sangat percaya diri karena cengkeramannya dalam, hingga
ke pedalaman wilayah muslim dan telah mampu merogoh nurani para penguasa
muslim. Tapi, ternyata Yahudi Bani Nadhir dengan sangat-sangat mudah diusir
oleh muslimin. Fa’tabiru ya ulil abshar.
Yahudi kalah
telak dengan cara yang paling hina. Di mana muslimin hanya perlu memandangi,
dan mereka merobohkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri. Sungguh
kekalahan yang lebih dari sekadar kekalahan. Kekalahan mereka datang dari sisi
yang tidak pernah mereka duga. Semua prediksi kekuatan mereka runtuh di hadapan
kekuatan muslimin dan pertolongan Allah. Fa’tabiru ya ulil abshar.
Ini baru
satu ayat. Ketika kita memasuki Surat ini lebih dalam, kita akan menjumpai
lebih banyak lagi inspirasi. Lebih lengkap dan utuh lagi, ketika muslimin mau
membuka lembar-lembar sejarah Nabi saat berhadapan dengan Yahudi.
Data berikut
ini semakin menguatkan bahwa sejarah mampu memberikan inspriasi. Apa yang harus
dikerjakan oleh muslimin terhadap Yahudi:
1.
Yahudi Bani Qoinuqo’ DIKEPUNG selama 15 hari dan
MENYERAH (Syawal 2 H)
2.
Yahudi Bani Nadhir DIKEPUNG selama 6 hari dan MENYERAH
(Rabi’ul Awwal 4 H)
3.
Yahudi Bani Quraidzah DIKEPUNG selama 25 hari dan
MENYERAH ((Dzul Qo’dah 5 H)
o
Ka’ab bin Asyraf petinggi Yahudi Bani Nadhir DICULIK
dan DIBUNUH oleh 5 anak muda dari Anshar Aus
o
Sallam bin Abi al-Huqoiq petinggi Yahudi di Khaibar
DICULIK dan DIBUNUH oleh 5 anak muda dari Anshar Khazraj
Yahudi hanya
perlu dikepung oleh masyarakat sekualitas shahabat Nabi. Mereka orang yang
tidak mungkin merenggangkan shaf hanya oleh suap Yahudi. Dikepung dalam arti
yang sebenarnya ataupun dikepung dalam makna kiasan.
Adapun
petingginya, memang penculikan adalah jawabannya. Bagaimana cara menculiknya,
kapan saat yang tepat, dengan skenario seperti apa, bacalah detik per detik
peristiwa penculikannya dalam sejarah Nabi SAW.
Sejarah
memang mampu me nghadirkan kekuatan inspirasi. Contoh di atas hanya salah satu
contoh dari lautan inspirasi yang diberikan oleh sejarah. Individu, keluarga,
masyarakat, negara, dunia. Semua bisa mereguk kekuatan inspirasi dari sejarah.
Kita, bahkan
dunia sering kehilangan inspirasi untuk menghadapi gulungan permasalahan hidup.
Apa yang bisa dikerjakan oleh dunia di hadapan mafia narkoba. Jalan apa yang
ditawarkan oleh penelitian yang mengaku canggih hari ini untuk melahirkan bukan
saja generasi cerdas tetapi juga bermoral. Mana para mafia ekonomi yang merajai
dunia dengan teori-teorinya di hadapan keruntuhan ekonomi kapitalis.
Para ulama
sejarah Islam yang masih berpikir lurus sudah banyak menuangkan hasil pemikiran
yang dicetuskan oleh inspirasi sejarah. Dan masih akan terus dibuka untuk
siapapun yang mau memeras akalnya menyarikan inspirasi dari sejarah Islam yang
cemerlang.
Dalam
Muktamar pandangan kontemporer dalam siroh nabawiyyah yang diadakan di Kuwait
13-17 februari 2010 yang lalu, hadir sebagian ulama siroh. Menggali jernihnya
mata air inspirasi siroh untuk hari ini. Inilah beberapa tema kontemporer dari
siroh nabawiyyah pada muktamar tersebut:
o
DR. Thoriq as-Suwaidan: Ilmu manajemen perbedaan,
terapan berdasarkan siroh
o
DR. Sa’duddin al-Utsmani : Perilaku politik Rasulullah
o
Prof. DR. Thoriq al-Habib: Ketika mencapai usia 40
tahun (analisa psikologi)
o
DR. Abdul Karim as-Syathi : Handzalah kembali kepada
kalian
Siroh juga
dimuktamarkan secara dunia yang dihadiri berbagai ulama siroh dari berbagai
negara. Pada muktamar sunnah dan siroh nabawiyyah yang ke-3 yang diadakan di
Doha, Qatar pada tahun 1400 H, ketua muktamar Syekh Abdullah bin Ibrahim
al-Anshari memberikan sambutannya,
“Siapa yang
lebih berhak dibandingkan kita untuk mempelajari siroh beliau (Rasulullah SAW)
dari waktu ke waktu. Khususnya pada saat ini di mana umat ini sedang mengalami
masa-masa sulit. Kondisi gelap yang sedang dilewati umat ini. Bertubi-tubinya
musibah, kepedihan, krisis dan cobaan.”
“Siapa yang
lebih berhak dibandingkan kita untuk menarik pelajaran-pelajaran dari siroh
dari berbagai dimensi luasnya. Dengannya kita bisa menjelaskan tentang karya,
konsep hidup untuk anak dan cucu. Agar ini menjadi senjata mereka yang ampuh
untuk menghadapi pertarungan tantangan peradaban dan pembangunan diri. Agar
mereka mampu mempertahankan diri dari berbagai serangan buas dari musuh-musuh
mereka, yang menyasar agama, kemuliaan, nilai dan pondasi hidup mereka. Bahkan
menyasar eksistensi mereka sebagai sebuah umat di muka bumi ini.”
Sangat jelas
bahwa siroh Nabi SAW memberikan inspirasi di berbagai dimensi kehidupan. Siroh
telah memberikan tantangannya bagi siapapun untuk menggali inspirasi darinya.
Berikut ini
adalah sebagian dari tema-tema dalam muktamar ke-3 :
1.
Analisa perjanjian-perjanjian di zaman Rasulullah SAW,
pemakalah: Mufti Atiq ar-Rahman al-Utsmani, Ketua Majlis Konsultasi India
2.
Siasat Rasul SAW dalam peperangannya melawan Yahudi,
pemakalah: DR. Ihsan Tsuraya Shirama (Turki)
3.
Rasul SAW di dalam rumahnya, pemakalah: DR. Abdul Adzim
al-Dib (Mesir)
4.
Kehidupan militer Rasul SAW, pemakalah: Syekh Abdul
Lathif Zaid (Qatar)
5.
Rasul SAW dan Ilmu, pemakalah: DR. Yusuf al-Qaradhawi
(Qatar)
6.
Masyarakat Madinah sebelum hijrah dan setelahnya,
pemakalah: DR. Akram Dhiya’ al-‘Umari (Irak)
Dalam muktamar
tersebut, tidak hanya diikuti oleh para ahli agama. Almarhum Mayjen Mahmud
Syits Khattab, salah seorang panglima militer di Irak yang aktif mendalami
Sirah Nabawiyyah adalah termasuk yang hadir dalam diskusi siroh internasional
tersebut.
Karya-karya
inspiratifnya dalam mendalami bidangnya yaitu militer sungguh sangat berharga
dan kelak akan menjadi panduan saat penyambut siroh ini mulai banyak.
Bukunya yang
berjudul Rasul sang panglima ditulisnya dalam 543 halaman. Selain itu ada
beberapa bukunya yang mendalami siroh Rasulullah dari sisi militer. Di
antaranya:
o
Menjaga Rahasia dalam Militer dari Siroh Nabawiyyah.
o
Manajemen perang dalam jihad Islami
o
Rapat militer di masa kerasulan
o
Peran militer dari masjid (sebuah makalah yang
kemudian disempurnakan menjadi buku dalam 386 halaman. Dipresentasikan di
muktamar peran masjid di Mekah tahun 1975)
Dan masih
ada beberapa karya beliau yang sangat inspiratif hasil kajian mendalam pada
siroh nabawiyyah.
Kekuatan
inspirasi dari siroh dan sejarah Islam secara umum, sungguh tidak diragukan
lagi. Banyak hal yang bisa kita kerjakan di hari dunia sedang kebingungan
meneruskan langkah peradabannya. Banyak hal yang harus kita pelajari dari
sejarah kita yang cemerlang untuk menjadi pengganti para pemegang peradaban hari
ini.
Tetapi
sebelum itu semua, siapa yang mau menggali dan terus menggali inspirasi dari
siroh nabawiyyah dan sejarah Islam. Untuk disampaikan kepada muslimin dan
dunia. Mari berkarya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar