17 Juni 2013

Sejarah Indonesia Masa Pergerakan Nasional: Muhammadiyah

Oleh: Nopi Sari Dewi dan Ayuni

Latar Belakang

Awal lahirnya organisasi Muhammadiyah bermula dari niat K.H.Ahmad Dahlan yang sekembalinya dari tanah suci mekkah yang cita-cita untuk pembaharuan keagamaannya makin mantap. Hal yang mula dilakukan Ahmad Dahlan ketika itu adalah membetulkan arah kiblat. Admad Dahlan ketika itu ditentang keras, terutama keinginannya untuk membetulkan letak masjid Kesultanan Yogyakarta. Kemudian ia mendirikan surau yang ketepatan letak kiblat diletakkan demikian rupa, walaupun usaha ini juga ditentang oleh K.H.Muhammad Halil dan langgar yang didirikannya pun dibinasakannya. Namun kelurganya membangunkan sebuah langgar untuk dia dengan jaminan tidak akan dirubuhkan lagi, sehingga dapat memudahkan Dahlan untuk mengajarkan dan mempraktikan agama yang menjadi keyakinannya.

Untuk memperluas jangkauan penyiaran ide-ide pembaharuannya, Dahlan lantas masuk Budi Utomo pada tahun 1909. Di organisasi ini ia mengajarkan agama Islam. Isi pengajian yang mencerminkan gagasan-gagasan baru, segar dan penuh semangat dinamika tentang Islam membuat anggota pengajian ini menyarankan agar Dahlan membuka lembaga pendidikan sendiri, supaya daya jangkau ide-ide pembaharuannya dapat dengan mudah tersiar. Disinilah awal lahirnya muhammdiyah sebagai induk pendukung bagi aktivitas ide-ide pembaharuannya terutama di bidang pendidikan.

Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial Islam yang didirikan di yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan tanggal Zulhijjah 1330 H, oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.

Organisasi ini adalah perjuangan pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Organisasi ini mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tablig di mana dibicarakan masalah-masalah Islam, menertipkan wakaf dan mendirikan masjid-masjid serta menerbit  buku-buku, brosur-brosur surat-surat kabar dan majalah-majalah.

Usaha lain untuk mencapai maksud dan tujuan itu ialah dengan:

1.      Mengadakan dakwah Islam
2.      Memajukan pendidikan dan pengajaran
3.      Menghidupkan-suburkan masyarakat tolong-menolong
4.      Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf
5.      Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda, supaya kelak menjadi orang Islam yang berarti
6.      Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam
7.      Berusaha dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat.

Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan.

Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendorong Lahirnya Muhammadiyah

1.      Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;
2.      Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
3.      Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;
4.      Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;
5.       Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat

Gerakan Muhammadiyah pada mulanya sama sekali menjauhkan bias dari komitmen politis-praktis. Inilah yang membuat gerakan ini tidak begitu banyak dicurigai oleh kalangan penguasa Belanda pada waktu itu, begitu pula kalangan elit dan kelas sosial menengah ke atas, merasa gerakan Muhammadiyah mempunyai tingkat penguasaan dan pengamalan praktis terhadap ajaran Islam.

Daerah operasi Muhammadiyah mulai diluaskan setelah tahun 1917. Pada tahun itu Budi Utomo mengadakan kongresnya di yogyakarta, ketika nama K.H.Ahmad Dahlan telah dapat mempesona kongres itu melalui tablig yang dilakukannya sehingga pengurus Muhammadiyah menerima permintaan dari berbagai tempat di Jawa untuk mendirikan cabang-cabangnya. Pada tahun 1920 bidang kegiatan muhammadiyah diluaskan meliputi seluruh pulau Jawa dan pada tahun 1921 seluruh Indonesia.


Pembaharuan yang mula-mula dilakukan oleh K.H.Ahmad Dahlan yaitu tentang praktek-praktek seperti kiblat dan kebersihan, kemudian dirangsang oleh pemikiran pembaharu Mesir dan diperluas secara lambat laun kepada masalah-masalah fundamental misalnya tentang sudah tertutup atau masih terbuka pintu ijtihad.

Sekitar tahun 1920, tahun perluasan Muhammadiyah ke luar Yogyakarta, manfaat dari persatuan dan dari organisasi pada umumnya telah diakui oleh sebagian besar kalangan muslim Indonesia. Dalam beberapa tempat kehadiran pedagang-pedagang Minangkabau yang merupakan hasil dari gerakan pembaharuan di Minangkabau sendiri, merupakan bantuan yang sangat berharga bagi Muhammadiyah. Jadi Nurul Islam di Pekalongan yang didirikan oleh para pedagang ini di ubah menjadi sebuah cabang Muhammadiyah. Daerah Surabayapun telah mengenal dan tertarik kepada pemikiran-pemikiran itu sebagai hasil usaha seorang pedagang bernama Pakih Hasyim, yang dikenal seagai ulama Padang. Ia adalah salah seorang murid dari Haji Abdul Karim Amrullah. Dalam kota Surabaya berdiri Muhammadiyah atas inisiatif ulama-ulama setempat, seperti Kyai Haji Mas Mansur yang kemudian menjadi ketua umum dari organisasi ini.

Mulanya usaha memperkenalkan Muhammadiyah ke daerah Minangkabau memperoleh banyak tantangan dari pihak Sumatera Tawalib Padang Panjang yang dipengaruhi oleh orang-orang komunis. Pada tahun 1927, Sumatera Tawalib di Padang Panjang berada di bawah pengaruh komunisme, perkembangan ini menyebabkan tumbuhnya dua golongan dalam tawalib, yaitu yang pro dan bergabung dengan pihak Komunis dalam berjuang melawan Belanda, serta yang mengakui diri mereka sebagai termasuk dalam lingkungan gerakan Komunis. Golongan anti Komunis ini membatasi kegiatan mereka pada perjuangan pembaharuan pendidikan tanpa mempersoalkan kedudukan Belanda di Indonesia, sekurang-kurangnya tidak terlalu terbuka.

Haji Rasul, salah seorang pendiri Sumatera Tawalib, menolak untuk mengajarkan di lembaga tersebut, walaupun kemudian lembaga itu telah bersih dari unsur-unsur pro Komunis. Mungkin usaha Haji Rasul memperkenalkan Muhammadiyah di daerah kelahirannya pada tahun 1925 didasarkan pada keyakinannya bahwa Tawalib sebagai suatu organisasi telah tidak dpat di tolong lagi. Karena alasan inilah hubungan antara Muhammadiyah dan tawalib di Minangkabau tetap dingin sampai tahun 1927, walaupun dalam masalah-masalah agama kedua organisasi tersebut sebenarnya sepaham. Alasan lain terletak pada kenyataan bahwa Tawalib lebih banyak merupakan tempat sekurang-kurangnya sampai pada penumpasan Permi oleh Belanda pada tahun 1934,  untuk kegiatan-kegiatan politik. Hubungan dingin antara keduaorganisasi itu akhirnya pecah menjadi kecaman terbuka antara yang satu terhadap yang lain.

Dalam tahun 1927 Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di Bengkulu, Banjarmasin dan Amuntai, sedang pada tahun1929 pengaruhnya terbesar ke Aceh dan Makasasar. Mubalig-mubalig dikirim ke daerah-daerah tersebut dari Jawa atau dari Minangkabau untuk meyebarkan cita-cita Muhammadiyah.

Dalam hubungan ini cabang-cabang itu bukan hanya sebagai tempat berkumpul orang-orang yang mempunyai cita-cita yang sama namun juga sebagai cabang gerakan Muhammadiyah. Gagasan Dahlan yang dikembangkan lebih lanjut menurut konsep Muhammadiyah juga mengajarkan agar umat Islam bekerja keras membangun ekonomi. Sebab Islam tidak melarang umatnya untuk menjadi kaya-raya, namun tidak boleh boros dan kikir. Dengan memilki kekayaan, ia dapat menafkahkan hartanya untuk kepentingan agama dan sosial. Ini dibuktikan oleh Muhammadiyah dengan bnyak medakan kegiatan yang bersifat permanen, yaitu dengan mendirikan sekolah kursus-kursus yang teratur ataupun memelihara anak yatim piatu.

Kegiatan lain dalam bentuk kelembagaan yang berada di bawah organisasi Muhammadiyah ialah :

1.      PKU (Penolong Kesengsaraan Umum) Yang begerak dalam usaha membantu orang-orang miskin, yatim piatu, korban bencana alam dan mendiriksn klinik-klinik kesehatan.
2.      Aisyiah, organisasi wanita Muhammadiyah,  menitik beratkan perhatiannya pada kedudukan wanita sebagai ibu dan pendidik yang mempunyai tanggung jawab besar untuk kemajuan masyarakat melalui asuhan dan didikan anak dan mengkoordinir kegiatan remaja putri  di dalam Nasyiatul Aisyiah
3.      Hizbul Watan, berupa gerakan kepanduan Muhammadiyah yang di bentuk pada tahun 1918 oleh K.H.Ahmad Dahlan.
4.      Majlis Tarjih, yang didirikan atas dasar keputusan kongres Muhammadiyah di pekalonagan pada tahun 1927.

Dalam tahun 1925 organisasi ini telah mempunyai 29 cabang-cabang denga 4.000 orang anggota, sedangkan kegiatan-kegiatannya yaitu:

·         Dalam bidang pendidikan meliputi

Delapan Hollandss Inlandse School, sebuah sekolah guru di Yogyakarta, 32 buah sekolah dasar lima tahun, sebuah snakeschool, 14 madrasah, seluruhnya dengan 119 orang guru dan 4.000 murid.

·         Dalam bidang sosial meliputi

Dua buah klinik di Yogyakarta dan Surabaya dimana 12.000 pasien memperoleh pengobatan, sebuah rumah miskin dan dua buah rumah yatim piatu.

Dalam tahun 1929 peserta-peserta dari kongres tahunannya berasal dari hampir semua pulau-pulau besar Indonesia (kecuali Kalimantan), kongres ini mencatat 19.000 anggota Muhammadiyah, sedangkan bagian publikasi dari Muhammadiyah telah menerbitkan sejumlah 700.000 buah buku dan brosur. Cabang organisasi ini di Solo telah membuka sebuah klinik mata dan di Malang sebuah klinik lain.

Diantara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua dan besar jasanya ialah:

1.      Kweekschool Muhammadiyah Yogyakarta.
2.      Mua’allimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta.
3.      Mu’allimat Muhammadiyah, Yogyakarta.
4.      Zu’ama/Za’imat, Yogyakarta
5.      Kulliyah Muballigin/Muballigat, Padang Panjang (Sumatera Tengah).
6.      Tabligschool, Yogyakarta.
7.      HIK Muhammadiyah Yogyakarta dll.

Semua itu didirikan pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, dan tersebar pada tiap-tiap cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia. Pada masa Indonesia merdeka Muhammadiayah mendirikan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah berlipat ganda banyaknya dari masa penjajahan belanda dahulu.

Kesimpulan

Jadi, lahirnya organisasi Muhammadiyah awalnya bermula dari niat K.H.Ahmad Dahlan yang sekembalinya dari tanah suci mekkah yang cita-cita untuk pembaharuan keagamaannya makin mantap. Hal yang mula dilakukan Ahmad Dahlan ketika itu adalah membetulkan arah kiblat. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial Islam yang didirikan di yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan tanggal Zulhijjah 1330 H, oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.

Organisasi ini adalah perjuangan pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Organisasi ini mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tablig di mana dibicarakan masalah-masalah Islam, menertipkan wakaf dan mendirikan masjid-masjid serta menerbit  buku-buku, brosur-brosur surat-surat kabar dan majalah-majalah. Organisasi muhammadiyah pada awalnya berkembang diwilayah pulau jawa saja, namun dalam waktu cepat dapat menyebar keseluruh Indonesia. Pada masa kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan, pengaruh Muhammadiyah terbatas di wilayah Yogjakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah pekalongan sekarang. Pada tahun 1925, Andul Karim Amrullah membawa perserikatan ini ke Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia, perserikatan ini menjadi organisasi Islam yang besar dan berpengaruh dalam Pemerintahan Republik Indonesia.

Daftar Pustaka

Sani,Abdul. 1998. lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam. Jakarta:        PT RajaGrafindo Persada.

Pringgodigdo. AK. 1986. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia: Dian Rakyat.

Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional. Yogyakarta:Pustaka Pelajar (anggota IKAP).

Zuhairini, dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Suryanegara,Ahmad Mansur.2009. Api Sejarah. Jawa Barat: Salamadani Pustaka Semesta

1 komentar: