Al-Qur'an memberitahukan kepada kita bahwa Yesus adalah putra Maryam
(Maria), dan kitab-kitab Injil pun menunjukkan pula bahwa ia sebagai putra
Maria. Tetapi Injil yang ditulis pada lembaran-lembaran hati dan disampaikan
kepada para muridnya secara lisan itu sayangnya telah dicemari dengan banyak
mitos dan legenda. “Anak Maria” menjadi “Anak Yusuf” yang memiliki saudara
laki-laki dan perempuan [1]. Kemudian
ia menjadi “Anak Daud” [2], “Anak
Manusia”[3], “Anak
Tuhan” [4], “Anak”
saja [5], “Kristus” [6], dan
“Domba” [7].
Beberapa tahun silam, satu hari saya mengunjungi Exeter Hall di London, ketika
itu saya masih menjadi pendeta Katholik, nolens volens saya dibawa ke
Hall tersebut dimana seorang dokter laki-laki muda mulai berpidato dalam
pertemuan Young Men's Christian Association. “Saya ulangi apa yang sudah sering
saya katakan” seru si dokter, “Yesus Kristus adalah pasti seperti yang
diakuinya dalam kitab Injil, atau kalau tidak, ia pasti penipu ulung terbesar
yang penah dunia saksikan!” Saya tidak pernah melupakan statement dogmatis ini.
Yang ingin ia katakan ialah bahwa Yesus adalah Anak Tuhan, atau kalau tidak,
penipu ulung terbesar.
Jika Anda menerima hipotesis pertama, maka Anda adalah seorang Kristiani, seorang penganut Trinitas. Jika Anda kedua, maka Anda adalah seorang Yahudi kafir. Tetapi kita yang sudah pasti tidak menerima kedua pernyataan tersebut sudah pasti kaum Muslim Ahlultauhid.
Sebagai Muslim kita tidak dapat menerima satu pun dari dua gelar yang diberikan kepada Yesus dalam pengertian yang dianggap oleh Gereja dan kitab-kitab suci mereka yang tidak dapat dipercaya berasal dari sebutan-sebutan itu. Belum lagi ia adalah “Anak Tuhan”, dan belum lagi “Anak Manusia”, karena jika dibolehkan memanggil Tuhan “Bapak”, maka tidak hanya Yesus, tetapi setiap nabi dan orang shaleh pun adalah “anak Tuhan”.
Dengan cara yang sama, jika Yesus benar-benar anak Yusuf Si Tukang Kayu, dan mempunyai empat saudara dan beberapa saudara perempuan yang sudah kawin sebagaimana anggapan kitab Injil, lantas mengapa hanya dia yang harus menerima sebutan “Anak Manusia” ini yang lazim bagi manusia?
Tampaknya para pendeta, pastur, teolog dan apologis Kristen ini memiliki logika berpikir sendiri dan cenderung mustahil. Logika mereka tidak mengenal medium, tidak mengenal perbedaan istilah, dan tidak mempunyai ide yang pasti mengenai gelar-gelar dan sebutan-sebutan yang mereka gunakan. Mereka memiliki selera yang patut ditiru akan statemen-statemen yang tidak dapat didamaikan kembali dan saling kontradisi yang hanya mereka sendiri yang dapat menelannya layaknya telur-telur matang.
Mereka dapat mempercayai tanpa ada keraguan sedikitpun bahwa Maria adalah perawan sekaligus istrinya Yusuf Si Tukang Kayu. Bahwa Yakobus, Yoses, Simon, dan Yudas adalah sepupu Yesus dan sekaligus saudara-saudaranya, bahwa Yesus adalah Tuhan yang sempurna dan sekaligus manusia yang sempurna, dan bahwa “anak Tuhan”, “Anak Manusia”, “Domba”, dan “anak Daud” semuanya adalah satu orang yang sama itu-itu juga! Mereka menghidupkan sendiri doktin-doktin yang beraneka ragam dan saling kontradiksi yang ditunjukkan oleh istilah-istilah ini dengan selera yang sama rakusnya dengan yang mereka rasakan terhadap daging babi dan telur-telur saat makan pagi. Mereka tidak pernah berpikir dan merenungkan objek yang mereka sembah, mereka memuja patung salib Yesus seakan-akan mereka mencium tanda salib berdarah dari pembunuh saudara mereka dihadapan bapaknya!
Saya tidak percaya ada satu pun orang Kristen dalam sepuluh juta orang yang benar-benar mempunyai gagasan yang jelas atau pengetahuan yang pasti mengenai asal mula dan pengertian yang sebenarnya dari istilah “Anak Manusia”. Semua Gereja dan tanpa terkecuali para juru tafsir mereka akan mengatakan kepada Anda bahwa “Anak Tuhan” menerima sebutan “Anak Manusia” atau “Barnasha” diluar kemanusiaan dan kelembutan hati, tidak pernah mengetahui bahwa kitab Apocalyptitical (Wahyu) kaum Yahudi, dimana hati dan jiwa Yesus dan murid-muridnya mempercayai, meramalkan bukan “Anak Manusia” yang akan berlembut hati, sederhana, tidak mempunyai tempat untuk berbaring, dan diserahkan ketangan pelaku kejahatan dan pembunuh, melainkan seorang manusia kuat dengan kekuasaan dan kekuatan yang luar biasa untuk menghancurkan dan membubarkan burung-burung pemangsa dan binatang-binatang buas yang ganas yang merobek-robek dan melahap domba-domba!
Kaum Yahudi yang mendengar Yesus berbicara mengenai “Anak Manusia” memahami benar kepada siapa ia menyinggung. Yesus tidak membuat-buat nama “Barnasha”, tetapi meminjamnya dari kitab suci kaum Yahudi: Kitab Enoch, kitab-kitab Sibylline, Anggapan Musa, Kitab Daniel, dan sebagainya.
Mari kita kaji asal mula dari gelar “Barnasha” atau “Anak Manusia” ini.
a.
“Anak Manusia” adalah nabi terakhir,
yang menegakkan “Kerajaan Perdamaian” dan menyelamatkan orang-orang beriman
dari perbudakan dan penyiksaan dibawah kekuasaan Setan.
Gelar “Barnasha” adalah suatu
ungkapan simbolis untuk membedakan sang Juru Selamat untuk orang-orang beriman
yang digambarkan sebagai “domba”, dan bangsa-bangsa pagan lainnya dibumi
digambarkan sebagai “spesies burung pemangsa, binatang buas, dan hewan-hewan
najis”.
Nabi Yehezkiel (diyakini nabinya
bani Israel) hampir selalu disebut Tuhan sebagai “Ben Adam” (Anak Adam) dalam
arti Gembala Domba Israel. Nabi ini juga mempunyai beberapa bagian wahyu dalam
kitabnya. Dalam penglihatan pertamanya yang mana ia memulai kitab nubuatnya, ia
melihat disamping tahta Yang Maha Kekal yang kelihatan seperti permata lazurit
rupa “Anak Manusia” (Yehezkiel 1:26). “Anak Manusia” ini yang berulang kali
disebutkan sebagai selalu dihadapan Tuhan dan diatas Kerub bukanlah Yehezkiel
sendiri (Yehezkiel 10:2). Dia adalah “Barnasha”, nabi terakhir, yang ditugaskan
untuk menyelamati orang-orang shaleh dari tangan-tangan kaum kafir dibumi.
1.
“Anak
Manusia” menurut Wahyu Enoch. Tidak ada keraguan bahwa Yesus
sangat mengetahui wahyu Enoch, percaya ditulis oleh keturunan ketujuh dari
Adam. Adapun Yudas, “saudaranya Yakobus” dan pelayannya Yesus, yakni saudaranya
Yesus, percaya bahwa Enoch adalah pengarang sebenarnya dari karya yang
mencantumkan namanya itu [8]. Ada
beberapa potongan ayat yang tercerai berai dari wahyu ini yang terpelihara
dalam kutipan-kutipan para penulis Kristen awal.
Kitab tersebut hilang lama sebelum
Photius. Hanya pada sekitar awal abad terakhir barulah karya penting ini
ditemukan dalam kitab-kitab suci milik Gereja Abyssinia (Ethiopia), dan
diterjemahkan dari bahasa Ethiopia kedalam bahasa Jerman oleh Dr. Dillmann,
disertai berbagai catatan dan penjelasan [9]. Kitab ini
dibagi kedalam lima bagian atau buku-buku, dan seluruhnya memuat seribu sepuluh
bab yang panjang serta berbeda-beda.
Pengarang kitab tersebut
menggambarkan jatuhnya para malaikat karena hubungan haram mereka dengan
anak-anak perempuan manusia, yang melahirkan ras raksasa yang menciptakan
segala kepalsuan dan pengetahuan yang berbahaya. Kemudian sifat buruk dan
kejahatan meningkat sedemikian tingginya sehingga Tuhan menghukum mereka dengan
banjir besar. Dia juga menghubungkan dua perjalanannya kelangit-langit dan
melinatasi bumi, dengan dibimbing oleh malaikat yang baik, dan berbagai misteri
dan keajaiban yang ia lihat didalamnya.
Pada bagian kedua, yakni gambaran
tentang Kerajaan Perdamaian, sang Anak Manusia menangkap para raja
ditengah-tengah kehidupan mereka yang menggiurkan dan mempercepat mereka
kedalam neraka (Enoch 46:4-8). Tetapi buku kedua ini bukanlah milik satu
pengarang, dan pastinya banyak diselewengkan oleh tangan-tangan Kristen.
Buku (bagian) ketiga dari Kitab
Enoch mengandung beberapa pemikiran astronomis dan fisika yang aneh dan
berkembang.
Buku (bagian) keempat dari kitab
Enoch menyajikan pandangan Apocalypse (ramalan) tentang ras manusia dari awal
sampai masa Islam, yang digambarkan oleh pengarangnya sebagai zaman
“Mesianistik”, dalam dua parabel simbolis atau malah alegoris. Seekor sapi
jantan berwarna putih muncul dari bumi, kemudian seekor sapi muda berwarna putih
bergabung dengannya, dan mereka melahirkan dua anak sapi, satu warna hitam,
satunya lagi warna merah. Sapi jantan hitam mengalahkan dan mengusir yang
merah, dan ketika ia tidak menemukannya, maka ia memekik dan berteriak
keras-keras, ketika sapi jantan merah muncul, mereka pun mulai memperbanyak
spesies mereka.
Tentu saja, parabel (cerita
perumpamaan) yang jelas ini melambangkan Adam, Hawa, Kabil, Habil, dan Syet,
dan lain-lain, sampai Yaqub yang keturunannya digambarkan sebagai “kawanan
domba” – sebagai bangsa Israel pilihan, tetapi keturunan saudaranya (Esau yang
adalah kakaknya Yaqub), yaitu kaum Edom (keturunan Esau) digambarkan sebagai
kawanan babi.
Dalam parabel kedua tersebut,
kawanan domba itu sering diganggu, diserang, dibunuh oleh binatang-binatang
buas dan burung pemangsa sampai tiba lah zaman yang disebut Mesianistik, ketika
kawanan sapi lagi-lagi diserang diserang dengan sengit oleh burung-burung gagak
dan hewan-hewan pemakan daging lainnya, tetapi “Ram” yang perkasa melawan
dengan gagah berani. Setelah itu barulah “Anak Manusia”, yakni tuan atau
pemilik sesungguhnya dari kawanan domba itu tampil membebaskan dombanya.
Seorang sarjana non-Muslim tidak pernah dapat
menjelaskan visi seorang Sophee – atau ahli ramai. Dia, sebagaimana mereka lakukan,
akan membawakan penglihatan itu kepada kaum Maccabees dan Raja Antiochus
Epifanes dipertengahan abad kedua sebelum Masehi, ketika sang Pembebas datang
sambil membawa pentungan atau tongkat kekuasaan yang dahsyat dan menghantam
kiri dan kanan pada burung-burung dan binatang-binatang buas itu, yang
menyebabkan pembantaian mereka besar-besaran, kemudian pedang-pedang dibagikan
diantara domba-domba, dan seekor sapi jantan putih memimpin mereka dalam
kedamaian dan keamanan yang sempurna.
Adapun kitab kelima, ia mengandung
nasehat-nasehat agama dan moral. Keseluruhan karya itu dalam bentuknya sekarang
memperlihatkan berbagai indikasi yang menunjukkan bahwa kitab itu disusun
selambat-lambatnya pada 110 SM dalam bahasa Arami oleh seorang Yahudi
Palestina, setidaknya demikianlah pendapat French Encyclopedia.
Al-Qur'an hanya menyebutkan Enoch
dengan nama keluarganya “Idris” –bentuk bahasa Arab dari bahasa Arami “Drisha”
yang segolongan dengan kata benda sederhana “Iblis” dan “Bisa” [10]. “Idris”
dan “Drisha” artinya orang yang berpengetahuan tinggi, seorang sarjana yang
terpelajar, dari “darash” (Arab, “darisa”.). Nash Al-Qur'an berkata:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah
mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Maryam
19:56-57)
Ahli tafsir Muslim, al-Baydhawi dan Jalaluddin, nampaknya mengetahui bahwa Enoch telah mempelajari astronomi, fisika, aritmatika, bahwa dia lah yang pertama menulis dengan pena, dan bahwa “Idris” berarti manusia yang berpengetahuan banyak, dengan demikian menunjukkan bahwa Wahyu Enoch belum hilang dizaman mereka.
Ahli tafsir Muslim, al-Baydhawi dan Jalaluddin, nampaknya mengetahui bahwa Enoch telah mempelajari astronomi, fisika, aritmatika, bahwa dia lah yang pertama menulis dengan pena, dan bahwa “Idris” berarti manusia yang berpengetahuan banyak, dengan demikian menunjukkan bahwa Wahyu Enoch belum hilang dizaman mereka.
Setelah diakhirinya konun
kitab-kitab suci Ibrani sekitar abad ke 4 SM oleh “Anggota Sinagog Agung”, yang
didirikan oleh Ezra dan Nehemia, semua literatur suci atau keagamaan lain
disamping literatur yang termasuk dalam Konun itu disebut Apocrypa dan
dikeluarkan dari alkitab Ibrani oleh majelis kaum Yahudi yang diantara mereka
adalah “Simeon Yang Adil” (meninggal tahun 310 SM).
Sekarang, diantara kitab-kitab
Apocrypal ini termasuk Kitab Enoch, Baruch, Musa, Ezra, dan kitab-kitab
Sibyline, yang ditulis dalam zaman berbeda antara kaum Maccabee dan setelah
penghancuran Yerusalem oleh Titus, kelihatannya sangat mengikuti mode saat itu
untuk menulis literatur yang berisi ramalan (apocalypse) dan bersifat keagamaan
di bawah nama seorang terkenal dari masa lalu.
Apocalypse pada akhir dari
Perjanjian Baru yang menuliskan nama Yohanes bukanlah suatu kekecualian dalam
kebiasaan Kristen-Yahudi kuno itu.. Jika "Yudas saudara laki-laki dari
Tuhan (Lord)" dapat mempercayai bahwa "Enoch (Idris) adalah Ketujuh
dari Adam" adalah penulis yang sebenarnya dari seratus sepuluh pasal yang
mengandung nama itu, tidak mengherankan bahwa Yustin Sang Martir, Papias, dan
Eusebius pasti akan percaya pada kepengarangan Matius dan Yohanes.
Namun tujuan saya disini bukan untuk
mengkritisi kepengarangan dari kitab-kitab yang membingungkan dan misterius ini
yang dihimpun dalam kondisi yang menyedihkan dalam sejarah perjalanan bangsa
Yahudi, melainkan menceritakan tentang asal mula nama “Anak Manusia” dan
menjelaskan pengertiannya yang benar.
Kitab Enoch juga, seperti Apocalypse
dari gereja-gereja dan seperti kitab-kitab Injil yang berbicara tentang
kedatangan “Anak Manusia” untuk membebaskan kaum beriman dari musuh-musuh
mereka dan mecampur adukkan visi ini dengan Hari Pengadilan Terakhir.
2.
Wahyu Saibyline yang disusun setelah
kejatuhan terakhir Yerusalem oleh tentara Romawi, menyatakan bahwa “Anak
Manusia” akan muncul dan menghancurkan Kerajaan Romawi dan membebaskan orang
beriman. Kitab ini ditulis sekitar 80 tahun setelah Yesus.
3.
Kita sudah memberikan penjelasan
yang terperinci mengenai “Anak Manusia” ketika kita membicarakan penglihatan
Daniel (Daniel pasal tujuh), dimana ia diajukan kepada Tuhan dan diberikan
kekuasaan menghancurkan Binatang Buas Romawi. Maka penglihatan-penglihatan
dalam kitab “Anggapan Musa”, Kitab Baruch, kurang lebihnya mirip dengan yang
digambarkan Apocalypse tersebut diatas. Semua sepakat menggambarkan sang
pembebas orang beriman dalah sang “Anak Manusia”.
- Sang “Anak Manusia” itu tidak mungkin Yesus. Panggilan
“Anak Manusia” ini sama sekali tidak dapat diterapkan untuk anak Maria.
Semua keinginan dari yang namanya “Injil” yang membuat “domba” dari
Nazaret menangkap raja-raja ditengah-tengah kehidupan mereka yang glamor
dan melemparkan mereka kedalam neraka (Enoch 46:4-8), tiada keaslian
sedikitpun dan jarak yang memisahkan dia dari “Anak Manusia” yang berbaris
bersama malaikat-malaikat diatas awan menuju Singgasana Tuhan. Dia bisa
jadi seorang “Anak Manusia” dan seorang “Mesias” karena memang demikian setiap
nabi, dan pendeta kaum Yahudi, tetapi dia bukanlah “Anak Manusia” atau
“Mesias” yang sesungguhnya diramalkan oleh para nabi-nabi bani Israel.
Dan kaum Yahudi berhak menolak gelar tersebut baginya. Mereka jelas salah menolak kenabiannya, dan berusaha membunuhnya pula. Jika dia adalah seorang nabi, bagaimana sampai ia tidak mengakui misi kenabian atau ciri Mesianik dari sang “Mesias”?
Karenanya, inilah alasan-alasan pokok mengapa Yesus bukanlah “Anak Manusia” dan bukan pula Mesias versi Apocalypse:
1.
Seorang utusan Tuhan tidak
ditugaskan untuk bernubuat tentang dirinya sendiri sebagai tokoh terkemuka di
zaman yang akan datang. Yaqub meramalkan tentang Rasul Allah (Kejadian 49:10),
Musa tentang seorang nabi yang akan datang dengan membawa hukum baru dan bani
Israel diharuskan menaati dia (Ulangan 18:15). Haggai meramalkan tentang Ahmad
(Haggai 2:7), Maleakhi memprediksikan kedatangan sang “Utusan yang dijanjikan”
(Maleakhi pasal 3), tetapi tidak ada satu pun nabi-nabi itu pernah bernubuat
tentang kedatangan keduanya kedunia.
Yang sangat
abnormal dalam kasus Yesus adalah bahwa dia diusahakan menganggap identitasnya
dirinya sebagai “Anak Manusia”, namun dia ternyata tidak mampu melakukannya,
paling tidak, pekerjaan besar yang diharapkan diselesaikan oleh “Anak Manusia”
yang diramalkan itu! Menyatakan kepada kaum Yahudi dibawah penindasan Pilate
(Penguasa Romawi di Palestina) bahwa dia adalah “Anak Manusia” itu, dan
kemudian membayar upeti kepada Kaisar Romawi, dan mengaku bahwa “Anak Manusia”
tidak punya tempat untuk meletakkan kepalanya, dan kemudian menunda pembebasan
umat dari penindasan Romawi sampai masa yang akan datang yang tidak terbatas.
Bila semua ketidaklogisan ini dianggap sebagai ucapan-ucapan dari mulut Yesus,
maka itu hanya membuat diri mereka sendiri idiot.
2.
Yesus lebih mengetahui daripada
siapa pun siapa “Anak Manusia” itu dan apa misinya. Dia menurunkan raja-raja
jahat dari tahtanya dan melempar mereka kedalam api neraka.
“Apocalypse Baruch” dan “Apocalypse
Ezra” – kitab keempat dari Esdras dalam Vulgate – berbicara tentang kedatangan
“Anak Manusia” yang akan menegakkan Kerajaan Perdamaian yang kuat diatas
reruntuhan Kerajaan Romawi. Semua Apocrypha ini menunjukkan ramalan kaum Yahudi
tentang kedatangan “Anak Manusia”.
3.
Kajian kritis terhadap sebutan “Anak
Manusia” yang diletakkan delapan puluh tiga kali dalam mulut Yesus akan dan
mesti menghasilkan satu-satunya kesimpulan bahwa dia tidak pernah mengambil
sebutan itu untuk dirinya sendiri, dan sebenarnya ia sering menggunakan gelar
itu pada orang ketiga. Beberapa contoh cukup untuk meyakinkan kita bahwa Yesus
menerapkan sebutan itu pada seseorang yang akan muncul dimasa yang akan datang.
§
Seorang Scribe (ahli Taurat)
berkata, “Aku akan mengikuti engkau kemanapun engkau pergi”, Yesus lalu
menjawab, “Srigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya” (Matius 8:20). Dalam
ayat berikut ia menolak izin salah satu pengikutnya untuk pergi dan menguburkan
bapaknya!
Anda akan
menemukan tidak seorang pun Santo, atau penafsir telah menyusahkan kepalanya
atau kemampuan akalnya untuk mengungkapkan pengertian yang sederhana yang
terdapat dalam penolakan Yesus untuk mengizinkan Scribe yang terpelajar itu
untuk mengikutinya. Jika ia mempunyai tempat untuk tiga belas kepala, maka
pasti ia juga dapat menyediakan tempat untuk keempatbelasnya. Selain itu, dia
dapat mendaftarkannya diantara tujuh puluh pengikut setianya (Lukas 10:1).
Sang Scribe
yang sedang dibicarakan itu bukanlah seorang nelayan yang bodoh, seperti
anak-anaknya Zebedee dan Yonas, ia adalah seorang sarjana dan pengacara
praktek. Tidak ada alasan untuk mencurigai ketulusan hatinya, ia digiring untuk
mempercayai bahwa Yesus adalah sang Mesias yang diramalkan, sang Anak Manusia,
yang sewaktu-waktu bisa memerintahkan pasukan langitnya dan menaiki tahta
leluhurnya Daud.
Yesus
memahami pikiran salah si Scribe, dan terang-terangan membiarkannya memahami
bahwa orang yang tidak mempunyai dua yard persegi tanah di bumi untuk
meletakkan kepalanya pastilah bukan “Anak Manusia” itu! Dia tidak kasar kepada
si Scribe, dengan penuh kebaikan dia menyelamatkannya dari membuang-buang waktu
untuk mengejar harapan yang sia-sia!
§
Yesus dilaporkan telah menyatakan
bahwa Anak Manusia akan memisahkan domba dari kambing (Matius 25:31-34).
“Domba” melambangkan bangsa Israel yang beriman yang akan memasuki kerajaan,
tetapi “kambing” melambangkan bangsa Israel yang tidak beriman yang bergabung
kedalam musuh-musuh agama yang benar sehingga konsekuensinya ”kambing” dijatuhi
hukuman mati. Singkatnya, inilah apa yang telah diramalkan oleh Apocalypse
Enoch tentang Anak Manusia.
Yesus benar-benar mempertegas
Apocalypse Enoch dan memberinya sifat ilmiah. Dia sendiri diutus untuk
memperingatkan domba Israel (Matius 15:24) agar tetap beriman pada Tuhan dan
menunggu dengan sabar akan kelahiran Anak Manusia yang akan datang untuk
menyelamatkan mereka dari musuh-musuh mereka.
§
Anak Manusia dikatakan sebagai
“Tuhan hari Sabat”, yaitu, ia mempunyai kekuasaan untuk membatalkan hukum yang
menjadikan hari itu sebagai hari libur dari bekerja.
Yesus adalah pelaksana hari Sabat
yang keras, dimana pada hari itu dia selalu menghadiri ibadah di bait atau di
sinagog. Dia terang-terangan memerintahkan para pengikutnya untuk berdoa agar
kejatuhan nasional karena penghancuran Yerusalem tidak terjadi pada hari Sabat.
Kalau demikian bagaimana mungkin
Yesus mengklaim dirinya sebagai Anak Manusia yang adalah “Tuhan atas hari
sabat”, sementara ia harus melaksanakan dan menjaganya seperti orang Yahudi
lainnya? Bagaimana mungkin dia berusaha keras mengklaim gelar yang membanggakan
itu dan kemudian meramalkan kehancuran Bait dan kota Yerusalem?
Contoh-contoh ini dan banyak lagi
yang lainnya menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah menyebut “Barnasha” untuk
dirinya sendiri, melainkan ia nisbahkan kepada nabi terakhir yang kuat, yang
benar-benar menyelamatkan “domba-domba” yaitu orang Yahudi beriman dan
menghancurkan “kambing-kambing” yaitu orang Yahudi yang tidak beriman,
menghapus hari sabat, menegakkan kerajaan perdamaian, dan menjanjikan bahwa
agama dan kerajaan ini akan eksis hinga hari kiamat.
Dalam uraian selanjutnya, kita akan
beralih pada menemukan semua tanda dan sifat dari “Anak Manusia” yang benar.
Sumber: “Menguak Misteri Muhammad” edisi khusus diterbitkan di Indonesia oleh Sahara Publishers cetakan kesebelas Mei 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar