Dalam Al-Quran, kita membaca bahwa Nabi Isa as. telah memberikan kabar
gembira dengan datangnya seorang nabi setelahnya yang bernama ‘Ahmad’. Lalu,
apakah nama ini terdapat dalam Injil sekarang?
Nama ‘Ahmad’ terdapat dalam Al-Quran demikian, “Dan memberi kabar
gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad. Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
mukjizat dan bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang
nyata.’”(QS. Shaf []: 6).
Kabar gembira yang dinukil dari Nabi Isa as. juga termuat dalam Injil
Johanes, Bab XIV, Bab XV dan Bab XVI. Di sana Nabi Isa as. memberitakan tentang
kedatangan seseorang setelahnya yang bernama “Paraclete”. Berbagai indikasi
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw. Untuk memperjelas
topik ini, kita mau tidak mau harus menukil teks ayat-ayat Injil dalam bab yang
telah disebutkan.
“Jika kamu mencintai-Ku, peliharalah ajaran-ajaran-Ku dan Aku akan meminta
kepada Bapa agar mengirimkan untukmu Paraclete lain yang akan bersamamu
selamanya. Ia adalah Roh kebenaran yang tidak dapat diterima dunia, sebab dunia
tidak melihat dan tidak mengenalnya, akan tetapi Ia mengenalmu sebab, Ia berada
di sisimu dan akan ada dalam dirimu.”
“Aku telah sampaikan ucapan-ucapan ini kepadamu tatkala bersamamu tetapi
Sang Penghibur, yaitu ‘Roh Kudus’, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku.
Dialah yang akan mengajarkan segala hal kepadamu dan akan mengingatkan kamu
akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
“Sekarang sebelum terjadi, Aku telah beritahukan kepadamu sehingga tatkala
terjadi kamu harus beriman kepadanya.”
“Sebab Paraclete yang akan Aku kirimkan untukmu dari Bapa adalah Roh
kebenaran yang datang dari sisi Bapa, maka Ia akan bersaksi tentang Aku.”
“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu adalah lebih berguna bagi kamu
jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu
tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Diakepadamu. Dan
kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa,
kebenaran dan penghakiman akan dosa, karena mereka tetap
tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan
kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah
dihukum. Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang
kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu
Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran sebab
Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang
didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu
hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan
memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku Segala
sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya, sebab itu Aku berkata, ‘Ia akan
memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.’”
Dari teks-teks di atas kita memperoleh bukti konkret yang menunjukkan bahwa
yang dimaksud dengan “Paraclete” ialah seorang nabi yang datang setelah Nabi
Isa as, bukan Roh Kudus:
Pertama-tama, harus diperhatikan bahwa beberapa sejarah Kristen menjelaskan
pada masa pra-Islam sebuah hal yang tak dapat dipungkiri di kalangan uskup dan
para ahli tafsir Injil bahwa Paraclete adalah seorang nabi yang dijanjikan itu,
bahkan terdapat kelompok yang telah menyalahgunakan tema ini dan mengaku
sebagai Paraclete yang dijanjikan.
Sebagai contoh, seorang lelaki ahli tarekat bernama Montasar yang hidup di
abad II M, tepatnya pada tahun 178, mengaku sebagai nabi di kawasan Asia Minor
dan mengatakan, “Akulah Paraclete yang telah diberitakan kedatangannya oleh Isa
Al-Masih”, dan berhasil meraih sebuah kelompok sebagai pengikutnya.
Bukti-bukti dan sejarah Islam yang tidak dapat dipungkiri sepenuhnya
menunjukkan bahwa para pemimpin politik dan spiritual dunia Kristen menanti
kedatangan nabi yang dijanjikan dalam kitab Injil. Oleh karena itu, tatkala
utusan Rasulullah Saw. menyampaikan surat beliau kepada penguasa Habasyah dan,
setelah membaca surat, penguasa Habasyah menoleh ke arahnya seraya berkata,
“Aku bersaksi bahwa dia adalah seorang nabi yang dinanti-nanti oleh ahli
kitab.” Sebagaimana Nabi Musa as. telah memberitakan kenabian Nabi Isa as,
beliau juga memberitakan kenabian seorang nabi di akhir zaman dan menjelaskan
ciri-ciri dan tanda-tandanya.
Tatkala surat Rasulullah Saw. sampai ke tangan Kaisar [Romawi] kemudian
membacanya, ia meneliti hal-ihwal sosok Rasulullah Saw. dan menulis jawaban
untuk Rasulullah Saw. yang berbunyi, “Aku telah membaca surat Anda dan memahami
dakwah Anda. Aku telah mengetahui bahwa seorang nabi akan muncul, akan tetapi
aku mengira nabi tersebut akan datang dari negeri Syam.” Dari teks dan dokumen
sejarah ini dapat disimpulkan bahwa mereka menanti datangnya seorang nabi, dan
penantian semacam ini secara pasti memiliki akar yang bersumber dari kitab
Injil.
Indikasi-indikasi kedatangan Paraclete yang telah disebutkan Nabi Isa as.
meyakinkan kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Paraclete tidak lain adalah
seorang nabi yang dijanjikan, dan beberapa indikasi ini menutup ruang
penafsiran Paraclete sebagai Roh Kudus dengan penjelasan sebagai berikut:
Pertama, Nabi Isa as. mengawali
perkataannya dengan ucapan yang berbunyi, “Jika kalian mencintai aku, maka
kalian harus memperhatikan ajaranku dan aku akan meminta ayahku agar
mengirimkan Paraclete yang lain untuk kalian.”
Pengingatan akan kasih sayang dan kecintaan Nabi Isa as kepada mereka
menunjukkan bahwa beliau memprediksikan adanya suatu kelompok dari umatnya yang
tidak akan mengikuti sosok yang beliau beritakan kedatangannya. Oleh karena
itu, melalui stimulasi emosional beliau hendak mendorong mereka untuk
menerimanya. Jika yang dimaksud dengan Paraclete adalah Roh Kudus sebagaimana
yang dipersepsikan para ahli tafsir Injil, maka tidak perlu adanya persiapan
semacam ini.
Sebab, Roh Kudus pasca penjelmaan begitu kuat pengaruhnya dalam hati dan
jiwa hingga tidak menyisakan ruang keraguan dan pengingkaran bagi seseorang.
Akan tetapi jika yang dimaksud dengan Paraclete adalah seorang nabi yang
dijanjikan, maka sangat diperlukan adanya persiapan tersebut, karena seorang
nabi yang dijanjikan tidak memiliki cara lain dalam memberikan pengaruh kecuali
dengan penjelasan dan penyampaian kepada hati dan jiwa. Dengan begitu suatu
kelompok yang bijak akan mengikutinya dan kelompok lain akan berpaling darinya.
Nabi Isa as. tidak cukup dengan bentuk peringatan ini. Beliau dalam ayat
29, bab 14 bersikeras dan berkata, “Sekarang aku telah sampaikan kepada kalian
sebelum kedatanganya sehingga tatkala ia datang kalian akan beriman kepadanya.”
Padahal keyakinan kepada Roh Kudus tidak membutuhkan nasehat, apalagi desakan
keras semacam ini!
Kedua, Nabi Isa as. berkata, “Paraclete
lain akan dikirimkan kepada kalian.” Jika kita katakan maksudnya adalah nabi
lain, maka perkataan ini sepenuhnya benar. Akan tetapi jika maksudnya adalah
Roh Kudus, maka penggunaan kata “yang lain” tidak lepas dari kritik, sebab Roh
Kudus adalah satu dan kata Roh Kudus “yang lain” tidak memiliki makna.
Ketiga, “Segala hal yang telah Aku katakan
kepadamu akan mengingatkanmu.” “Roh kebenaran yang datang dari Bapa akan
bersaksi tentang Aku.”
Dikatakan bahwa Roh Kudus turun kepada orang-orang Hawari selama lima puluh
hari pasca penyaliban Nabi Isa as. Apakah orang-orang pilihan ini telah
melupakan ajaran nabi mereka dalam waktu yang singkat ini sehingga Roh Kudus
harus dua kali mengajarkan kepada mereka?!
Apa perlunya murid-murid Nabi Isa as. kepada kesaksian beliau sehingga
beliau harus bersaksi tentang Al-Masih! Namun jika yang dimaksudkan adalah
seorang nabi yang dijanjikan, maka kedua kalimat itu akan menjadi benar, sebab
umat Nabi Isa as. telah melupakan begitu banyak ajaran beliau karena panjangnya
masa dan adanya rekayasa oleh pemuka Injil. Dan sebuah kelompok tertentu juga telah
melupakan ajaran-ajaran beliau as. Nabi Muhammad Saw. telah menjelaskan
persoalan tersebut dan telah bersaksi atas kenabian Isa as. seraya bersabda,
“Dia pun seorang nabi sepertiku, dan ibunya dibebaskan dari tuduhan-tuduhan
yang tidak benar serta kehormmatan Nabi Isa as. disucikan dari klaim
ketuhanan.”
Keempat, “Jika aku
tidak pergi maka Paraclete tidak akan datang kepada kalian.”[12]. Ia
mensyaratkan kedatangan Paraclete dengan kepergiannya (ketiadaannya), dan jika
yang dimaksudkan adalah Roh Kudus, maka kedatangannya untuk dirinya dan kaum
Hawari tentulah tanpa syarat kepergiannya, sebab menurut keyakinan orang-orang
Kristen, Roh Kudus diturunkan kepada kaum Hawari dimana Nabi Isa as hendak
mengutus mereka berdakwah ke daerah-daerah sekitar[13]. Oleh karena itu,
turunnya Roh Kudus sama sekali tidak bergantung pada kepergian Nabi Isa as.
Akan tetapi apabila yang dimaksudkan adalah seorang nabi pembawa agama, apalagi
agama dunia, maka dalam hal ini kedatangnya akan bergantung pada kepergian Nabi
Isa as. dan penghapusan agamanya.
Kelima, turunya Paraclete ditandai dengan
tiga hal: “Dunia akan diisi dengan dosa, kejujuran dan keadilan,[14] sebab
mereka tidak beriman kepadaku.”[15] Berdasarkan keyakinan orang-orang Kristen,
kita tahu bahwa Roh Kudus telah turun kepada kaum Hawari selama lima puluh hari
pasca penyaliban Nabi Isa as. dan sama sekali tidak memaksa mereka berbuat
dosa, jujur dan berbuat adil. Dan dari lanjutan ayat dapat dipahami bahwa Roh
Kudus menjelma kepada orang-orang yang ingkar, bukan kepada kaum Hawari yang
sama sekali tidak pernah menyangkal Nabi Isa as. Akan tetapi, jika kita katakan
bahwa yang dimaksud adalah seorang nabi yang dijanjikan, maka segala
keistimewaan ini terkumpul pada sosok mulia beliau.
Keenam, “Paraclete akan bersaksi bahwa
akulah Al-Masih”[16], “Ia akan memberitakan tentang kalian di masa depan dan
akan memberikan pujian kepadaku.”[17]. Kesaksian atas Al-Masih menunjukkan
bahwa Paraclete bukanlah Roh Kudus, sebab kaum Hawari tidak memerlukan bukti
kebenarannya. Begitu pula yang dimaksud dengan penghormatan yang diberikan
kepadanya adalah pujian dan penjelasan oleh seorang nabi yang dijanjikan
mengenai Al-Masih dan telah menyempurnakan agamanya. Lantas keagungan apakah
yang melebihi keagungan tersebut!
Mencermati idnikasi-indikasi di atas cukup kiranya membimbing kita ke arah hakikat
yang telah dicapai oleh para peneliti Islam. Tentu saja indikasi-indikasi itu
tidak terbatas pada beberapa poin yang telah disebutkan, bahkan dengan kejelian
maksimal dapat di gali sejumlah indikasi lain.
Akhirnya, kita bubuhkan materi yang tak kurang signifikannya dari
Ensiklopedia Besar Perancis, jld. 23, hlm. 4174 berikut ini:
“Muhammad adalah seorang pendiri Islam, utusan Allah dan penutup para nabi.
Nama ‘Muhammad’ bermakna yang sangat dipuji, berasal dari kata abstrak hamd yang
berarti pujian dan penghormatan. Menurut kejadian unik secara kebetulan, nama
lain sebagai sinonim kata ‘Muhammad’ yang juga berasal dari kata hamd adalah
kata ‘Ahmad’, dimana kemungkinan besar para pengikut Nabi Isa as. di Jazirah
Arab menggunakan kata ini untuk menentukan Paraclete. Ahmad berarti yang sangat
terpuji dan sangat terhormat merupakan terjemahan dari kata Periclitus yang
secara salah tertulis dengan kata ‘Paraclitus’. Dengan demikian, para penulis
Muslim telah berulang kali mengingatkan bahwa yang dimaksud dengan kata ini
adalah berita gembira atas kemunculan Nabi Islam. Al-Quran secara
terang-terangan juga mengungkapkan topik ini dalam ayat penuh pesona dari surah
Al-Shaff.”[18].
(Disadur dari buku Anîs Al-A`lâm, karya Fakhrul Islam)
________________________________
(1). QS. Shaff []: 6.
(2). Injil Johanes, bab XIV, XV, dan XVI, cet. London, tahun 1837 M. Kita
juga menukil teks lain dari cetakan ini serta telah kita cocokkan dengan
terjemahan bahasa Persia lain yang dinukil dari bahasa Syria dan Kasdim.
(3). Ibid., bab XIV, ayat 25-26.
(4). Ibid., bab XIV, ayat 29.
(5). Ibid., bab XIV, ayat 26.
(6). Ibid., bab 16 kalimat 7-15.
(7). Anîs Al-A`lâm, jld. 2, hlm. 179, dinukil dari “Lim Meyur”
cet. 1848 M.
(8). Al-Tobaqôt Al-Kubrô, jld. 1, hlm. 259; Al-Sîroh
Al-Halabiyyah, jld. 3, hlm. 279.
(9). Al-Kâmil fî Al-Târîkh, jld. 2, hlm. 44.
(10). Injil Johanes, bab XVI, ayat 14.
(11). Ibid., bab XV, ayat 26.
(12). Ibid., bab VII, ayat 15.
(13). Injil Matius, Bab X, ayat 29; Injil
Lukas, bab X, ayat 17.
(14). Dalam banyak Injil klasik, tercantum pencelaan sebagai ganti dari
kata ‘pemaksaan’, dan kalimat kedua lebih jelas dan cocok. Ketika sebagian Ahli
tafsir dan para penulis Kristen tatkala sampai di kalimat ini melihat bahwa
kalimat ini sama sekali tidak cocok dengan Roh Kudus, dan dengan sangat heran
mengatakan bahwa pemimpin dunia ialah setan itu sendiri yang menyeret manusia
ke lembah dosa. Bukti atas hal ini ialah perkataan Nabi Isa as. dalam ayat 30,
“Pemimpin dunia akan muncul dan tidak bisa menguasaiku.” Penafsiran ini tidak
lain adalah sebuah pemikiran setan, sebab sekiranya ada pemimpin dunia semacam
itu hingga memaksa manusia berbuat dosa, bagaimana ia juga mengharuskan manusia
untuk berbuat jujur dan bijkasana?!
(15). Ibid., bab XVIII, ayat 9-10.
(16). Ibid., bab XV, ayat 27.
(17). Ibid., bab XVI, ayat 14-15.
(18). Muhammad Khotam-e Peyambaron, jld. 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar