Awal
mula perkembangan kerajaan Lamuri dan letak Geografisnya.
Kerajaan Lamuri juga dikenal dengan
banyak nama, antara lain adalah sebagai berikut:
- Indra Purba
- Poli
- Lamuri ( seperti yang disebutkan oleh Marcopolo)
- Ramini/Ramni atau Rami ( seperti yang disebutkan oleh pedagang atau ulama Arab yaitu Abu Zayd Hasan,Sulayman ataupun Ibnu Batuthah )
- Lan-li, Lan-wuli dan Nanpoli ( seperti yang disebut oleh orang Tionghoa.
Berita tentang kerajaan Lamuri diperoleh
dari suatu prasasti, yang di tulis pada masa raja Rajendra Cola I pada tahun
1030 di Tanjore ( India Selatan ) serangan Rajendra Cola I, mengakibatkan
beberapa kerajaan di Sumatera dan semenanjung Melayu menjadi lemah (1023/1024)
dan disebutkan bahwa Rajendra Cola I mengalahkan Ilmauridacam ( Lamuri ) yang
telah memberikan perlawanan yang hebat dan dapat dikalahkan dalam suatu
pertempuran habis-habisan. Penyerangan terhadap Lamuri di ujung pulau Sumatera
dilakukan karena kerajaan Lamuri merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya yang
sebelumnya juga mendapatkan serangan dari kerajaan Cola pada tahun 1017M
dan tahun 1023/1024M. maka dapat disimpulkan bahwa kerajaan ini diperkirakan
sudah mulai berdiri pada abad ke IX dan sudah mempunyai angkatan perang yang
kuat dan hebat, dibuktikan ketika dengan susah payah diserang oleh kerajaan
Cola barulah dapat dikalah kan oleh prajurit kerajaan Cola. Ini membuktikan
bahwa kerajaan Lamuri adalah suatu kerajaan yang mempunyai pemerintahan yang
teratur dan kuat pada zamannya. Tentu saja untuk mengatur pemerintahan yang
teratur dan kuat angkatan perangnya Lamuri memerlukan sumber-sumber kekayaan
yang dihasilkan dari kegiatan perekonomian,pertanian dan lain-lain.
Tentang nama Lamuri diperoleh banyak
versi, ada Lamuri seperti yang disebutkan oleh Marcopolo, ada Ramini atau Ramni
sebagaimana yang disebutkan oleh orang-orang Arab, sejarah Melayu pun menyebut
Lamuri dan orang-orang Tionghoa menyebut Lan-li,Lan-wuli dan Nanpoli. Seorang
saudagar Arab yang bernama Ibnu Khurdadbah (885) menyebutkan bahwa Ramni
mempunyai hasil alam berupa kemenyan,bambu,kelapa,gula,beras,kayu cendana.
Sedangkan saudagar Sulaiman (851) ketika setelah melewati lautan India bahwa
daerah yang dikunjungi nya adalah Ramni. Abu Zayd Hasan (916) menyebut
Rami,juga menceritakan tentang hasil alam dari Rami/Lamuri yaitu kapur barus
dan kemenyan, demikian juga dengan Mas’udi (945) dia menyebut Al-Ramin, dimana
didapati tambang emas dan letaknya dekat dengan daerah Fansur/Barus yang
termasyur dengan kapurnya. Seorang muslim Parsi yang bernama Buzurg (
955). Tatkala menunjuk Sriwijaya menyebutkan letaknya di Selatan Lamuri. Dan
menurut Buzurg, dari pantai Barus dapat dilakukan perjalanan darat ke Lamuri.
Dr. Solomon Muller menulis berita
tertentu tentang suatu kerajaan di ujung pulau Sumatera, bersumber dari abad
ke-9. dia mengutip Renaudot dalam “ Anciannes relations des Indes et de la
Chine” Paris 1718. Dalam buku ini diperkenalkan nama dua pulau yaitu Ramni dan
Fantsoer, dan diceritakan letaknya antara laut Harkand (India) dengan laut
Sjalahath ( selat Malaka) di daerah Ramni juga terdapat binatang gajah, dan di
perintah oleh berbagai kekuasaan. Sedangkan Fansur disebut kaya dengan kapurnya
dan tambang emas. Telah diceritakan tentang Lamuri atau Lamri atau nama lain
yang mirip,terletak di ujung Sumatera utara yaitu di Aceh Besar sekarang. Dan
telah diceritakan bahwa Lamuri pun ikut terpukul oleh serangan dari Rajendra
Cola I, walaupun tidak sampai runtuh pada tahun 1023 dan 1024. Dan
kira-kira 75 tahun kemudian kerajaan Majapahit melakukan serangan ke Sumatera,
diantara yang diserang termasuk kerajaan Samudera Pasai dan Lamuri. Sesudah
serangan Majapahit, Lamuri juga pernah didatangi oleh Laksamana Cheng Ho (1414
)
Dari akibat peristiwa yang
berlangsung dalam lebih kurang tiga abad ( serangan
Cola,serangan Majapahit dan akhirnya Cheng Ho ) tentunya Lamuri pada akhirnya
menjadi lemah. Timbullah di bekasnya beberapa kampong yang akhirnya bersatu
atau disatukan kembali dibawah kekuasaan seorang raja, dan kemudian
terdengarlah berbagai nama disamping akan lenyapnya Lamuri, diantaranya
Darul Kamal, Meukuta Alam, Aceh Darussalam dan juga disebut nama Darud Dunia.
Dan disekitar masa itu juga
terdengar adanya kerajaan Pedir ( di Pidie ). Menurut Veltman sumber Portugis
mengatakan bahwa sultan Ma’ruf Syah Raja Pedir Syir Duli. Itu pernah
menaklukkan Aceh Besar pada tahun 1497, dan diangkatnya dua orang wakil satu di
Aceh Besar dan satu lagi di Daya.
Seorang Sejarahwan yang bernama
Husein Djajadiningrat mengeluarkan pendapat yang berasal dari dua naskah
hikayat tentang asal mula raja Lamuri dan raja kerajaan Aceh Darussalam.
Pertama (122) Hikayat yang dimulai asal raja Aceh ( Lamuri ) yang bernama
Indra Syah ( mungkin yang dimaksud adalah Maharaja Indra Sakti ). Dan dikatakan
bahwa raja Indra Syah pernah berkunjung ke Cina. Kemudian hikayatnya berhenti
sampai disitu, dan tiba-tiba hikayat itu menceritakan Syah Muhammad dan Syah
Mahmud, dua bersaudara putera dari raja, Syah Sulaiman kemudian mempunyai dua
orang anak yaitu raja Ibrahim dan puteri Safiah. Sedangkan Syah Mahmud setelah
menikah dengan bidadari Madinai Cendara juga mempunyai dua orang anak yaitu,
raja Sulaiman dan puteri Arkiah, dan kemudian dikisahkan juga kalau Sulaiman di
nikah kan dengan sepupunya Safiah dan Ibrahim dinikahkan dengan sepupunya yang
bernama Arkiah, pernikahan ini merupakan usulan dari kakek mereka yang bernama
raja Munawar Syah.
Dikatakan pula raja Munawar Syah
yang dimaksudkan memerintah di kerajaan Lamuri. Hikayat ini juga melanjutkan
cerita tentang lahirnya dua orang putera yang bernama Musaffar Syah yang
memerintah di Mekuta Alam dan Inayat Syah yang memerintah di Darul Kamal. Kedua
raja ini tidak henti-hentinya salaing berperang, peperangan tersebut kemudian
dimenangkan oleh raja Musaffar Syah yang kemudian menyatukan dinasti Meukuta
Alam dengan dinasti Darul Kamal. Dan dikatakan juga bahwa Inayat Syah berputera
Firman Syah Paduka Almarhum, kemudian Firman Syah berputera Said Al-Mukammil
yang kemudian beberapa orang anak diantara nya Paduka Syah Alam Puteri Indra
Bangsa bunda Sri Sultan perkasa Alam Johan Berdaulat ( Sultan Iskandar Muda
Meukuta Alam ). Jadi Said Al-Mukammil merupakan kakek sultan Iskandar Muda dari
sebelah ibu. Selain itu Sultan Alaidin Al-Mukammil mempunyai beberapa orang
putera, salah satunya adalah sultan Muda Ali Ri’ayat Syah (1604-1607 ), yang
merupakan paman dari Sultan Iskandar Muda.
Naskah kedua (124) yang dimaksud
dalam pembicaraan Husein Djajadiningrat mengenai hikayat raja-raja Lamuri (
Aceh ), dimana hikayat ini yang dibuat silsilah berpangkal pada Sultan Johan
Syah ( mungkin maksudnya Meurah Johan atau Sultan Alauddin Johan Syah yang
merupakan putera raja Lingge, Adi Genali. Dan kemudian menikah dengan Puteri
Blieng Indra Kusuma). Berbeda dengan hikayat yang pertama,hikayat ini
menentukan hari,tanggal dan bulan tahunnya. Pada permulaan disebutkan bahwa
Johan Syah memerintah dimulai pada tahun Hijrah 601 ( atau tahun 1205 M ),
lamanya 30 tahun. Dia digantikan oleh anaknya yang tidak disebutkan namanya, sultan
kedua meninggal dan digantikan oleh anakanya yang bernama Ahmad Syah yang
memerintah selama 34 tahun 2 bulan 10 hari, hingga mangkat nya pada ( 885
Hijrah ). Kemudian kekuasaan diserahkan kepada anaknya yang bernama sultan
Muhammad Syah yang memerintah selama 43 tahun. Pada masa itu sultan Muhammad
Syah menceritakan pemindahan kota dan pembangunan kota baru yang diberi nama
Darud Dunia, sultan ini meninggal pada tahun 708 Hijrah. Berpegang pada tahun
ini maka pembangunan Darud Dunia adalah sekitar tahun 700 Hijrah atau kira-kira
tahun 1260 Masehi.
Sesudah sultan Muhammad Syah
meninggal, maka yang naik tahta menjadi raja adalah Mansur Syah yang
memerintah selama 56 tahun 1 bulan 23 hari. Ia kemudian digantikan oleh
anakanya yang bernama raja Muhammad pada tahun 811 Hijrah yang memerintah
selama 59 tahun 4 bulan 12 hari dan meninggal pada tahun 870 Hijrah. Raja
Muhammad kemudian digantikan oleh Husein Syah selama 31 tahun 4 bulan 2 hari
untuk kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama sultan Ali Ri’ayat Syah
yang memerintah selama 15 tahun 2 bulan 3 hari, meninggal pada tanggal 12
Ra’jab 917 Hijrah ( atau tahun 1511 Masehi ).
Atas dasar hikayat-hikayat yang di
telitinya itu, Husein Djajadiningrat telah membuat rentetan nama raja-raja Aceh
( Lamuri ). Yang memerintah semenjak Johan Syah (1205 Masehi ) sebagai berikut;
- Sultan Johan Syah Hijrah -601-631
- Sultan Ahmad -631-662
- Sri Sultan Muhammad Syah, anak
Sultan ke-2, berumur setahun ketika
Mulai naik tahta pergi dari Kandang
Dan membangun kota Darud Dunia
Hijrah -665-708
4. Firman Syah, anak Sultan
ke-3
-708-755
5. Mansur
Syah
-755-811
6. Alauddin Johan Syah, anak sultan ke-5,
Mulanya bernama
Mahmud
-811-870
7. Sultan Husin
Syah
-870-901
8. Ri’ayat Syah ( Mughayat
Syah?-MS)
-901-907
9. Salahuddin, digantikan oleh no.10
(adiknya)
-917-946
10. Alau’ddin ( Alkahar?-MS) adik no.9.
-946-975.
Sebagai yang dapat diperhatikan dari
ke 10 nama raja-raja diatas, tidak ada didapati nama sultan yang bernama
Musaffar Syah, tidak pula ada nama Inayat Syah dan Syamsu Syah. Padahal
nama-nama itu dapat dibuktikan adanya dari nukilan pada makam mereka yang
dijumpai kemudian.
Nama Musaffar Syah terdapat dalam
naskah yang tersebut lebih dulu, sementara nama Mahmud Syah sebagai pembangun
kota Darud Dunia terdapat pada naskah yang tersebut ke-2. Suatu penemuan
penting adalah makam sultan Musaffar Syah, didapati tidak di Meukuta Alam,
ditempat dimana dia pernah bertahta,akan tetapi disuatu kampung bernama
Biluy,IX mukim,termasuk wilayah Aceh Besar juga. Pada batu nisannya ternukil
tahun meninggalnya yaitu 902 Hijrah atau 1497 Masehi.
B. Lamuri Hingga ke Aceh Darussalam
Sekitar tahun 1059-1069 Masehi,
kerajaan Tiongkok yang berada di Cina menyerang kerajaan Lamuri ( Indra Purba ),
yang pada masa itu diperintah oleh maharaja Indra Sakti yang waktu itu masih
memeluk agama Hindu. Tetapi tentara Tiongkok dapat dikalahkan oleh sebanyak 300
orang dibawah pimpinan Syaikh Abdullah Kan’an ( bergelar Syiah Hudan,turunan
Arab dari Kan’an ) dari kerajaan Peurlak. Maharaja Indra Sakti dan seluruh
rakyatnya akhirnya masuk agama Islam. Maharaja Indra Sakti mengawinkan
puterinya, Puteri Blieng Indra Kusuma dengan Meurah Johan yang ikut menyerang
tentara Tiongkok, yang merupakan putera Adi Genali atau Teungku Kawee Teupat
yang menjadi raja Lingge. Dua puluh lima tahun kemudian,maharaja Indra Sakti
meninggal dunia, dan diangkatlah menantunya Meurah Johan menjadi raja dengan
gelar Sultan Alaiddin Johan Syah, dimana kerajaan Indra Purba atau Lamuri menjadi
kerajaan Islam, dan ibu kota kerajaan dibuat yang baru yaitu di tepi sungai
krueng Aceh sekarang dan dinamai dengan Bandar Darussalam.
Pada masa sultan Alaiddin Ahmad Syah
yang memerintah dari tahun 1234-1267 Masehi, baginda berhasil merebut kembali kerajaan
Indra Jaya dari kekuasaan tentara Tiongkok. Pada masa Sultan Alauddin Johan
Mahmud Syah yang memerintah dari tahun 1267-1309 Masehi. Beliau berhasil
mengislamkan daerah Indrapuri dan Indrapatra. Dan sultan Alauddin Johan Mahmud
Syah juga membangun dalem atau keraton ( Istana) yang di namai dengan Darud
Dunia ( Rumah dunia ). Dan mesjid raya Baiturrahman di Kutaraja ( Banda Aceh )
pada tahun 1292 Masehi. Istana adalah lambang rumah dunia,sementara mesjid
adalah lambang rumah akhirat. Keseimbangan atau harmoni inilah yang menandai
system nilai sosial budaya masyarakat Aceh yang terkenal sangat religius.
Pada masa sultan Alaiddin Husain Syah yang memerintah dari tahun 1465-1480
Masehi, beberapa kerajaan kecil dan Pidie bersatu dengan kerajaan Lamuri yang
sudah berganti nama menjadi kerajaan Darussalam, dan dalam sebuah
federasi yang kemudian diberi nama kerajaan Aceh, sedangkan ibu kota
kerajaan dirubah menjadi Bandar Aceh Darussalam. Pada masa sultan Alaiddin
Syamsu Syah yang memerintah dari tahun 1497-1511,ia membangun istana baru yang
dilengkapi dengan sebuah mesjid yang diberi nama mesjid Baiturrahman.
Pada permulaan abad ke-16,sebagian
besar kerajaan Islam telah berada dibawah genggaman kekuasaan imperialisme dan
kolonialisme Barat. Daratan Aceh,yang terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam,
juga tidak terlepas dari pendudukan dan pengaruh Barat. Kekuasaan imperialisme
kolonialis Barat ini bisa bertahan karena kekuasaan yang dimiliki oleh
kerajaan-kerajaan Islam di Aceh terpencar dengan sejumblah kerajaan-kerajaan
kecil, diantara nya adalah sebagai berikut:
- Kerajaan Aceh ( gabungan dari Lamuri, Meukuta Alam dan Darul Kamal ) di Aceh Besar sekarang.
- Kerajaan Peurlak di Aceh Timur
- Kerajaan Samudera Pasai di Aceh Utara.
- Kerajaan Pedir di Pidie
- Kerajaan Lingge di Aceh Tengah
- Kerajaan Meuruhom Daya di Aceh Barat ( sekarang masuk wilayah Aceh Jaya)
- Kerajaan Benua Teumiang di Aceh Tamiang.
Pemikiran untuk bersatu, menjadi
besar dan disegani lawan, baru muncul dari panglima angkatan perang kerajaan
Aceh pada waktu itu. Yaitu Ali Mughayat Syah (1511-1530), mengingat semakin
besarnya peran Portugis di wilayah sekitar selat Malaka. Sebagai panglima
angkatan perang kerajaan Aceh, yang juga adalah seorang putera mahkota dan anak
dari Sultan Alaiddin Syamsu Syah yang memerintah dari tahun 1497-1511 Masehi.
Ali Mughayat Syah meminta kepada ayahnya untuk meletakkan jabatan dan
menyerahkan pimpinan kerajaan kepadanya. Pada saat itu sultan Alaiddin Syamsu
Syah memang sudah cukup tua untuk memimpin perlawanan melawan Portugis, Ali
Mughayat syah menyadari untuk melawan Portugis diperlukan kekuatan yang besar,
selama kerajaan-kerajaan kecil masih tetap berdiri sendiri dan tidak bergabung
didalam suatu kekuatan kerajaan besar yang kuat dan bersatu maka tetap saja
perlawanan pun tidak memiliki banyak arti. Selain menyusun kekuatan dengan
menyatukan kerajaan-kerajaan kecil dibawah payung kerajaan Aceh, Ali Mughayat
Syah juga berpikir bahwa kerajaan juga harus memiliki angkatan darat dan laut.
Maka kemudian sultan Ali Mughayat pun mendeklarasikan berdirinya kerajaan Aceh
Darussalam hingga pada masa pemerintahan sultan Iskandar Muda Meukuta Alam (
1607-1636 M). yang merupakan raja terkenal dari kerajaan Aceh Darussalam.
Semenjak itu berdirilah kerajaan Aceh Darussalam sebagai kerajaan Islam
terhebat dan terkuat di Asia Tenggara yang berdiri sejajar dengan kerajaan
Islam lainnya di dunia seperti kerajaan Turki Usmani di Turki, kerjaan Safawi
atau Ishafan di Persia dan kerajaan Mughal di India.